TENTANG HARI ULANG TAHUN
Aku paling benci dengan hari ulang tahun. Hari di mana kita diingatkan akan ketuaan.
Dan aku sangat mencintai kemudaan. Usia belia, masa kekanakan. Memuji kulit kencang dan paha putih yang mulus. Aku memuja mereka semua.
Di acara peringatan itu. Penuh dengan mereka yang bersifat munafik. Ingin meniup lilin namun tak ingin lilin berbentuk angka. Takut dengan kenyataan.
Sepasang muda-mudi yang baru seminggu pacaranpun demikian. Saling memberi surprise di hari jadi masing-masing. Namun baru beberapa tahun nikah sudah lupa hari.
Mereka yang suka memberi sesuatu sama saja. Ingin sesuatu pula di hari itu. Namun ketika dilupakan mereka juga pura-pura lupa kapan hari itu ada.
Tidak menginginkan surprise dari teman dan keluarga secara berlebihan. Jika tidak dilaksanakan akan marah. Saat dikerjain karena hari itu tiba, ia juga marah karena "keterlaluan," katanya.
Sebagian besar hanya pemborosan. Mereka yang berduit menghamburkan. Memesan tempat makan semahal-mahalnya. Semegah seramai pesta pernikahan raja. Sementara sekelilingnya tercekik kelaparan.
Mereka yang kekurangan memaksakan. Memenggal leher ibu dan bapanya demi acara yang bisa membiayai uang spp dan kehidupan sehari-hari.
Di mana letak nilai moral dari semua ini. Bukankah berulang tahun hanya sebagai sesuatu yang gila. Namun jadi kebiasaan umum dan lumrah. Seperti kegiatan hura-hura lainnya.
Apakah kalian mengerti apa yang saya katakan. Jika sudah tercatat di otak. Sekarang saya mengundang semua orang untuk datang ke pesta ulang tahun. Tepatnya tanggal 11 Desember, saya ingin surprise dan kado dan juga meniup lilin. Usahakan lilinnya tak berbentuk angka.
Jika kalian tidak datang dan lupa. Akupun akan pura-pura lupa. Dan sampai hari itu tiba aku akan tetap benci hari ulang tahun.
Ibnu Nafisah
Kendari, 22 Agustus 2015
Comments
Post a Comment