Di Pusat Malam
Selalu ada kalimat-tanya. Pada diri yang mengkultuskan gelap sebagai candu. Pelarian terakhir dari segala. Akan hal ikhwal kejadian.
Aku hadapkan diri menatap lekat wajah Mu, demi sebuah jawaban. Seperti biasa kita selalu memaknainya sepihak. Lalu kesimpulan membias.
Masih dengan pertanyaan yang sama. Kali ini jawaban hanya hening. Ketika ku pertanyakan harta, Kau beri istri dan anak, Kau berikan rindu, juga Kau beri kertas serta pensil. Dan aku menulis mereka di sana sebagai sajak tak tergapai.
Ada saja ingin kutanyakan. Dan selalu saja ada jawaban meski tak Kau jawab. Kau beri hidup, lalu Kau beri hasrat. Kemudian Kau beri dosa, dan terjawab sudah. Penyesalan.
Saat jawaban tak jua terpuaskan. Aku menyerupai istri-istri yang biasa. Melayani diriku sendiri. Menanyakan kabar terupdate hari ini. Lalu aku tertawa bersama tawaku. Mengomel bersama tangisku.
Aku juga menyerupai anak-anak. Menghentikan tangis dan menetek senafsu lapar. Kemudian aku tertidur. Senyenyak setenang bayi gemuk itu.
Masih kurang puas dengan jawaban. Aku kembali bertanya dan bertanya. Meski dijawab dalam hening dan jawaban pending. Menunggu.
Comments
Post a Comment