Hujan Pujaan Angin
Dengan malu-malu hujan melentikkan rintiknya. Masih saja ia tersenyum dalam hijab awan. Bukan dari bibirnya yang ranum, namun pada desaunya terpancar.
Satu-satu telapak kakinya menyentuh bumi. Udara hening pada kening pepohonan. Ujung kainnya menyapu segala permukaan. Diciumnya dedaun-rerumputan serta bunga lalang.
Tiba-tiba tanah membuncah serupa Petrikor. Jubah langit seketika mengepung dengan aroma masa lalu. Cadar alam menghalangi pandang dari keperawanan rintik.
Angin berkesiut pada wangi setelah langkah sang hujan. Dicium-hirup dalam-dalam, sedalam rindunya pada senyuman pertama sang perawan.
Ia terlena sekejap akan masa di mana hujan malu memandangnya. Karena kemarau begitu menggoda. Kini saatnya ia bermandi dingin dalam aroma hujan yang telah lama dinantikan.
Angin termangu memuja hujan.
Comments
Post a Comment