Kepada Yang Ingin Jadi Penyair (Bt:sejati)
Kepada kata yang kau torehkan pada kertas, yang hanya menggariskan sebuah kalimat tanya, dan sederet kata benda. Pada hasratmu yang kian membabibu pada harapan cemas buku kumal yang kau anggap sebagai kitab. Renungkanlah kata per kata, kalimat per kalimat yang nantinya kau jadikan pakaian bacaan di saat senggang.
Akan dunia luas terbentang abjad dan aksara. Beribu bahasa tercetak di langit dan toh akan hilang seperti awan yang tersapu angin. Nantinya hanya impian bersikeras melumpuhkan nada-nada cerita dalam tiap lembar koran dan majalah.
Kata temanmu "bagai windows yang hanya hidup tapi tidak play on, perlu restart" sedikit listrik kejut mungkin biar lebih segar, lebih penuh wawasan, lebih hidup, tidak vakum, cenderung pasif
Kita letakkan saja sebuah tokoh pada pedoman kesepahaman lalu kita ikuti denyut nadinya. Kita raba aliran darah bergetar penuhi jantung buku, ulang demi perulangan sehingga menjadi roh yang tak terpisahkan. Lihat dan rekam makna tiap bait dan larik itu semua akan menjadi bunga di setiap pot yang kau semai
Ketika buah yang kau petik tak semanis pucuk mawar yang berduri, simpanlah di vas, di meja setiap ayat gudang peti kemasmu, mungkin sedikit ciuman sang kekasih akan memberi warna padanya. Dan mungkin saja buah itu bakal biji dari sebuah pohon besar yang nantinya diberi nama akan nama mu yang semut pun tak akan tahu pada awalnya
Atau kita sudahi saja memetik daun dari pohon mangga yang tumbuh di depan rumahmu. Karena daunnya yang berjatuhan adalah kehampaan. Di malam yang entah kapan pohon itu tumbuh dalam mimpi, mencium hidungmu yang baunya semerbak bunga mangga. Lalu batangnya kau lukis getah di parang panjang ini, hingga esok kau terbangun, tak ada lagi daun yang hendak kau pungut, hanya kata yang ada, menjelma pohon di buku-buku kumal mu.
Seumpama rumah yang sepi, kau hanyalah ketiadaan. Berpendar bagai udara tak tampak jelas wujudmu. Namun ketika atap memanggil hujan bertamu di tembok BTN mu yang asal asalan, hanya bayang yang berlintasan menambal kesal di sana sini. Berilah ruang pada jiwamu yang sepi biar dia bercerita, tentang hati yang sendiri, tentang jasadmu yang tak lagi ingin berpijak namun ingin sekali berguling pada bantal dan ranjang. Ceritakanlah pada alam seberapa dingin malam itu, di rumah yang hanya seluas kandang sapi itu.
Tuliskan asal usul jamur yang mengendap di tembok putih, yg kini tak lagi putih.
Atau kau hanya seorang teman yang entah sudah berapa lama tak muncul, lalu saat ketemu, kata-kata itu kau muntahkan bagai air. Membanjiri ruang tamu dan kita tenggelam dalam kalimat berlintasan, berlompatan makna lalu kita mulai merangkai tangkai demi tangkai hingga kita temukan judul malam itu. "Aku ingin jadi penyair", itulah awal kesalahan yang kita buat sekaligus awal cerita yang terjalin. Dan buku-buku online merekam semua yang terjadi sejak malam itu. Dan untukmu yang ingin jadi penyair, temukan lah aku, yang tak lain adalah kata dan juga kalimat yang tak mudah kau terjemahkan.
Comments
Post a Comment