BEGADANG MENGHADANG DAN MERADANG

Kamar menemukan diri dengan kepala setengah telanjang. Dan setengahnya lagi ditarik ranjang. Kedinginan memaksa agar segera sadar dari waktu yang menerjang.

Jam di dinding berdetak keras dan menabrak bola mata hingga hancur. Rasa kaget yang menerjang tiba-tiba mengucur. Kesiangan selalu saja jadi nakal dan mimpi menggoda bagai pelacur.

Segelas Susu dan sepiring dadar melarikan dirinya sebelum sempat terkejar. Air pun yang membanjiri pancuran kali ini tak sudi menghajar. Hanya wajah sedih menyetor diri pada cipratan dan merasa ini tak wajar.

Jalan-jalan segera menjadi jarak yang membentang. Memisahkan waktu dan tempat bagai bulan dan bintang. Lalu keterlambatan menampar kantor yang merentang.

Sampai kapan pengalaman harus terus menemani. Menghardik begadang dengan lantang dan berani. Menyuruhnya tuk' pulang dan segera istirahat di malam dini.

Dan jika esok pagi sekumpulan malam masih saja berkabut di dalam kamar. Bantal dan selimut masih saja merayu dan melamar. Mungkin masa lalu tak cukup jeli menjadi pelajaran yang menyamar.

Ibnu Nafisah
Kendari, 23 Agustus 2015

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan