Kamar
Kau kembali di kata itu. Meletakkan segala penat di kata itu, bukan hanya sekali. Namun, sebagaimana puisi kau baca lalu kau katakan "ah, ini terlalu singkat", maka kau baca dan baca lagi hingga tak terasa kata itu menjadikan dirimu candu.
Saat kata kerja yang kau gunakan sepulang dari kantor berubah menjadi kata sifat. Saat itu kau mencari alasan agar kau kembali menekuni buku yang kemarin. Buku puisi karya Aan Mansyur, "Melihat Api Bekerja", teronggok di matamu. Sementara mimpi mu mengemasi kata itu dalam-dalam.
Kau ingin melihat api bekerja, namun sekarang matamu sedang mengunyah bantal dan selimut. Karna kata mulai bermain dalam puisi hidupmu. Memaksa seluruh tubuh bahkan alam semesta tunduk pada kata . Kata di mana segala rasa berpendar menjadi angka nol.
Dunia serasa gelap. Hanya kata itu yang kau lihat. Sementara seisi jiwa mati dalam kata, terbuai, terpukau pada ketangguhannya. Ku rasa kita sama setuju. Kata itu berubah menjadi segala yang kita inginkan. Semacam kata yang kita butuh lalu terlupakan saat waktunya telah hilang. Namun kita selalu butuh, saat tubuh lelah dan gelisah akan dunia.
Kemana semua yang hidup saat kata kerja berubah jadi kata sifat. Kata sifat yang kita gunakan sebagai pengandaian sekarang kita cari. Kita butuh, sebagai penyegar kalimat yang telah penat akan keseharian. Di kata benda ini kita meringkuk. Bukan memalingkan wajah dari dunia. Namun menimbun diri agar esok kita dapat memandang dunia dengan kata kerja yang lebih hidup.
Dengan atau tidak sama sekali, tanpa sadar kita lupa sadar. Lupakan dunia yang lupa pada keberadaan sebuah kata pada sebuah puisi yang kau baca. Yang tertinggal hanya setumpuk Kata-kata tak bermakna karena mereka buta. Mereka ingin di baca agar bermakna. Tapi sama kita tahu, kata itu terperangkap dalam sebuah buku yang tak bisa kita eja lagi. Karena kau telah kembali pada kata itu : kamar dan lelap.
Comments
Post a Comment