Berita Kehilangan
Kata-kata menerobos pintu mataku pagi itu. Saat sebuah sepeda berlengan melemparkan setumpuk kabar yang langsung jatuh di kepalaku. Judul teranyar memberontak di sana "Dicari Seorang Suami...."
Kutelusuri bait perbait larik perlarik, sejuta kata acak beterbangan bagai burung tanpa sayap. Paruhnya kecil tajam melukai retina mataku. Semakin dalam aku, terluka dalam darah. Ku ulangi kalimat itu "Dicari Seorang Suami Yang Telah Pergi..."
Kalimat itu belum juga buatku sadar. Istri siapakah yang merasa kehilangan suami? Apakah anak itu kehilangan seseorang? Tidak. Anak itu takkan pernah kehilangan. Hanya saja belum menemukan sebuah kata pertamanya yang akan ia rindukan setelah kata "Ibu".
Kemana perginya laki-laki bangsat itu. Tidak sayangkah ia pada darah dagingnya, pada istri yang menunggu dengan semangkuk sayur bening di ranjangnya. Pada jeritan tengah malam buta atau di subuh berkabut. Pada kata pertama yang akan diucapkan anak semerah dan segemuk itu. Pada hangatnya sebuah foto yang akan kau sebut sebagai "itu keluarga ku dan mereka anak dan istriku"
Sudah berlembar sajak ku baca di atas koran, namun tak kutemukan sesuatu. Lalu ku baca lagi dan lagi, "Dicari Seorang Suami Yang Telah Pergi Dan Istri Yang Tak Ingin Kembali" akhirnya kumenarik nafas. Ini berita t*ik, tak ada nilai moral di dalamnya. Kulipat lalu kepak semua berita yang berada di kepala. Dan esoknya kulepar tumpukan puisi yang tak bernama pada sepeda berlengan yang tak datang pagi itu.
Comments
Post a Comment