NEGERI BERANGIN
Semalam lelah menapak di kota ini. Dan aku bagai layangan putus dan tiba-tiba terhembus di Negeri berangin.
Ketika bayang hinggap di pepohonan terasa siut mendera. Dingin itu bukan dari kibaran umbul-umbul. Atau lampu-lampu yang bergoyang dengan warna-warni bintang, sisa-sisa tujuh belasan.
Dingin itu berasal dari keterasingan. Menempel pada daun yang bergoyang, ranting yang berbisik serta jalan-jalan yang penuh kendaraan raksasa.
Mereka mengusik indraku. Manusia yang tak tahu namanya. Gedung yang ingin selalu dikenal. Lorong dan gang yang mau saja dijejaki tanpa mau terlewati.
Hingga subuh kini angin masih membuat jiwaku kedinginan. Adzan yang entah di mana dan mau ke mana, menyambangi tidur. Menarik ujung telinga dan menyentil sukma.
Dan akhirnya memilih menjadi udara memenuhi sudut kota. Bergelantungan diboncengan motor. Dengan mengibarkan kaki dan tangan serta mata yang tak hentinya berkedip.
Ibnu Nafisah
Kediri, 25 Agustus 2015
Comments
Post a Comment