Anak-Anakmu Bukanlah Anak-Anakmu

Anak-Anakmu adalah rintihan langit yang jatuh kepangkuanmu. Mereka tumbuh menjadi pohon berdaun hijau di rumahmu. Hingga suatu saat mereka akan mengisi sebagian kisah hidupmu dalam sajak hati.

Anak-Anak ini adalah anak hujan yang berjatuhan di wajahmu yang belia. Mereka akan akan mengalir di rumahmu sebagai sungai. Lalu suatu saat mereka pun akan menuju ke laut maha luas.

Jalan setapak yang kau babat itu menumbuhkan kenangan. Ia akan menjadi jalan raya dengan kendaraan yang akan melewati halaman rumahmu. Dan suatu saat jalan itu pun menatap lambaian tangan dan menghapus air mata yang tiba-tiba menggenang

Juga kamboja berbunga merah ini. Ia adalah anakmu yang kau sirami saat pagi. Daunnya yang cokelat akan mengisi teras rumahmu. Hingga saat nanti ia akan berbunga dan berbiji. Dan biji itu akan terbang ke udara.

Rumah yang kau diami akan menjadi buku puisi. Banyak lembaran tercatat dan sebagian masih kosong. Karena sebagian dari mereka akan mengisinya dengan tawa serta sebagian dengan air mata.

Anak-Anakmu adalah anak-anak udara yang bisa kau hirup dan kau hembuskan. Namun seketika itu pula akan berasa hampa. Bukan karena ia tidak mencintai mu, tapi alam memerlukan mereka di suatu tempat di mana udara sangat dibutuhkan.

Anak-Anakmu adalah anak-anak yang tak bisa kau miliki sepenuhnya. Mereka pucuk mudah di gunung-gunung tertinggi. Mereka punya puncaknya sendiri. Kau hanya bisa memandang dengan takjub hasil karyamu namun hanya angin yang mampu membawa baunya ke tempat mu.

Laut yang kau pandangi seakan membalas memandang adalah anak-anak mu yang kau besarkan dengan kasih sayang dan air mata. Biarkan mereka berlabuh pada pelabuhan hatinya. Biarkan ikan-ikan kecil bermain di akuarium rumahmu. Biarkan angin laut bertiup hangat di sela-sela tepian bahumu. Agar mereka mengerti kehilangan mu pada mereka.

Rerumputan hijau jugalah mereka, yang kau pangkas dan kau bakar. Lalu mereka tumbuh lagi jadi pohon mangga di depan rumahmu. Mereka akan selalu mencintai mu.

Mereka akan membentuk pagar bambu di halaman dan mengisi ingatan mu yang mulai luruh. Daun-daun nya akan selalu kau lihat tapi baunya mungkin terbawa angin.

Anak-Anakmu bukanlah Anak-Anakmu sepenuhnya. Mereka anak-anak yang memiliki wilayahnya sendiri untuk bermain. Mereka memiliki jiwanya sendiri untuk berhasrat. Mereka memiliki cintanya sendiri untuk hidup. Mereka memiliki anak-anak nya sendiri untuk memberi kasih sayang. Mereka akan memiliki mu sepenuhnya jika nanti anak-anak mereka telah tumbuh. Mereka akan memiliki rasa seperti yang kau rasa saat ini. Mencipta-memelihara-sementara dengan rasa kehilangan.

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan