Di Sari Laut

Di atas meja merah ini terhampar makan malam kita : segelas tanya dan sepiring jawaban. Kau makan dengan lahap, sekali kunyah 2  pertanyaan terlontar dari bibirmu yang agak berminyak. Dengan enggan ku gigit sebatang jawaban. Dan kau balas gemas. Seperti menyuruhku memakan sebanyak mungkin jawaban di sana.

Kita masih di meja yang sama mengunyah makan malam kita yang telat datangnya. Kau masih duduk di depanku seakan takut tak ku habiskan piring jawaban itu.

Seekor ikan menunggu kukunyah namun tak jua ku lakukan. Wajahmu menunggu jawaban namun tak jua ku layani. Sayur serta nasi itupun masih menunggu giliran yang tak mudah terjamah dari tanganku yang kaku.

Mulut mu yang kukenal sebelum berminyak siap menyantap sebuah pertanyaan, tapi aku sudah hilang selera kali ini. Ku tinggalkan dirimu dengan semeja pertanyaan serta jawaban yang mudah kau tebak.

Aku pergi bukan karena tak bisa menjawab atau tak nafsu pada menu makan malam kali ini. Tapi, kita telah memesannya berulang-ulang kali. Hingga merasa muak pada ikan dan sayur itu, pada meja merah itu, pada acara makan kita pada semua yang berbau sari laut.

Kau dengan pertanyaan mu serta aku dengan jawabanku yang tak kan pernah ketemu di atas meja. Yang sama kita tau pertanyaan dan jawaban apa yang akan kita lontarkan.

Aku pergi dan sekedar menunggu mu menghabiskan pertanyaan itu meski tak terjawab. Di dapur, di rumah kita yang reot, di situ aku duduk bersama sekantong belanjaan. Segelas susu di hadapanku menunggu kusentuh. Tapi Kutakut nikmati sendiri tanpa mu. Kau yang tanpa pertanyaan, dan aku yang penuh jawaban. Menunggu mu. Di lorong BTN kita yang lebar, serta sepetak kebun serai yang rimbun.

Masih di dapur ini aku menunggu mu. Kantong belanjaan itu menunggu dirimu. Tak tahan merasakan sentuhan mu di sana. Perintahmu yang seenaknya. Atau bau tumisan bawang gorengmu yang gurih. Kami masih menunggu.
Kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan