SERIBU PANTAI
(Berharap datang dan melupakan, nyatanya engkau adalah ia)
Aku tak tahu kau atau ombak yang berdiri di depanku. Bergelombang air wajah dan rambut terurai bah pasir biru. Menatap debaran-deburan menerjang hati yang berdiri kaku.
Matamu bagai karang di tengah laut, menghujam. Bibir itu adalah cekungan di tepi pantai, meredam. Suara itu kupikir riuh-piuh antara angin dan air, menjeram.
Hadirnya dirimu di antara Pantai Jogan dan Nglambor hanya memecahkan rasa. Cinta dan kerinduan sekelebat mengarungi kata. Bertebaran di langit udara yang selama ini terbaca.
Ke mana pun mata memandang senyummu terbentang di samudera. Dari jauh menggulung lalu peluk erat, kaki didera. Kau segalanya penuhi jiwa dan sekelumit indra.
Kan kubawa engkau; wahai angin, bebatuan, serta karang dan pasir. Juga laut, gelombang, buih dan juga diri yang selama ini menaksir. Tapi kau hanya diam bagai ribuan pantai menunggu dan berdesir.
Ibnu Nafisah
Bantul, Sembungan, 27 Agustus 2015
Comments
Post a Comment