Sang Penyair
Aku tersenyum saat kau katakan "Tolong jangan simpan di hati apa yang ku ucapkan", dan senyum itu bertambah lebar.
Aku terbakar senyum karena apa yang kau katakan merupakan puisi dalam hatiku. Kata-kata yang berkibar dari bibirmu telah mengisi lembaran buku di jiwaku.
Tak tahukah kau sepahit apapun kalimat yang telah kau lukiskan hanya akan menambah sapuan warna dalam galeri buku sajak hidupku. Semakin kau membakar daun di bawah pohon kering itu hanya akan menambah larik-larik sajak dalam pustaka kenangan.
Bagi ku hidup ini adalah puisi. Suka duka yang berhasil menamai hari-hari ku adalah syair. Keberhasilan serta jatuh bangunnya cerita keseharian ku adalah sajak. Tak tahukah kau adalah aku yang selalu menuliskan bait-bait pahit dan manis dalam kitab indah itu. Dan lalu aku menolak saat kau memberiku gelar, "Sang Penyair". Karena aku hanya barisan kata yang kau baca saat membuka buku sajak ini.
Lalu aku kembali tersenyum,"Kau adalah inspirasi puisi ku pagi ini",kataku pada punggung yang berjalan menghilang ditelan buku sajak.
Comments
Post a Comment