Anak Yang Hilang

Anak hilang. Ia lepas bebas. Ia hanya layangan di langit. Menunggu udara membawanya ke tempat yang tak bernama.

Rumahnya adalah udara. Segala alam yang menghembuskan namanya. Segala air yang memercikan dukanya. Segala debu yang menertawakan tubuhnya.

Kepala yang lelah itu terlelap pada ranjang rumput dimana kau bisa terlelap. Berbaring dimana kau nyenyak bisa bermimpi. Namun ia akan mengigau menyebut namamu saat malam hening.

Makanan yang biasa kau makan adalah makanan dimana ia mencarinya di persimpangan jalan. Deretan peluh luruh menjadi makanan pokoknya. Berbulir-bulir biji keringat adalah alasan kenyangnya hari ini.

Nafasnya yang berbaris satu-satu adalah semangatnya, ia pilin dari hari ke hari tanpa pernah keluh. Saat irama hidup tak lagi senada, nafas itu ditariknya lebih dalam. Dan lebih dalam lagi.

Hidup baginya hanya rentetan nama-nama hari di kalendermu. Tak ada yang berwarna disana. Hanya ada pagi dan malam. Selebihnya mereka sebut denyut kehidupan di dunia yang hilang.

Jangan mencari ia yang telah pergi. Kenalilah jejak langkahnya yang tertatih. Tawanya yang menggema, semangat hidupnya yang menebal, atau sisa-sisa cintanya pada Tuhan dibayang hening. Temuilah ia pada jasad kasar di tubuhmu. Mungkinkah kau menjadi sebagian darinya. Atau sekadar bayang kelabu saja.

Ia masih di sana menunggu turun hujan. Menangkap rintik bagai anak kecil. Memercikan suka cita dalam kegembiraan. Lalu lelah hanya membawanya terbaring dalam senyap. Dan saat ia terbangun masih ku dengar jeritan tawanya. Dan senyumnya mencerahkan langit pagi ini.

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan