KEDIRI

(Kata yang tak ingin tersebut, setelah beranjak pergi)

Selamat tinggal Kediri. Melepasku dengan tangan melambai di hati. Lalu kita saling pandang mengeluarkan bermacam rasa sendiri.

Totok Kerot ingin menyalami, terurung oleh lengan yang terkulai. Syodanco Soepridjadi pun seakan memeluk, terhenti oleh keris dan samurai. Hanya Mayor Bismo yang berdiri di atas alun-alun, dengan seragam emas yang terpakai.

Selamat tinggal jejak di angan. Debu masa purba di kotamu melekat bagai bayangan. Di waktu aku tiba kembali aku berlari seriang menjangan.

Dan kan kusapa kalian yang belum sempat tersalam. Karena terusir bathara kala sepagi tadi di makam. Tunggulah sesaat, dan kita sama kembali terselam.

Memaknai sekelumit cerita di jalan Dhoho. Atau tertawa riang dengan nasi pecel di depan toko. Dan selebihnya Tuhan akan selalu memberi sejumput ridho.

Selamat tinggal Kediri! Inilah kalimat yang tak ingin terucap di diri. Melepas rasa kita lari berdiri.

Ibnu Nafisah
Kediri, 26 Agustus 2015

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan