MUSSAENDA
MUSSAENDA Kumenemukannya bersemayam di halaman yang anggun tak seberapa luas Menengadahkan wajah diantara reranting sewarna kuas Bila kabut menampar pagi dan tubuhnya hanya beku diremputan Segala rapalan yang ia sebutkan dalam bibir sesepi kuburan Tiada lagi tangisnya di udara sebagaimana sinar pertama mengecupnya Pun tawa yang terdengar jauh di entah sebagaimana rintik hujan jatuh memeluknya Dari teras rendah beratap sepi kumelihatnya mengecap sesal Alih-alih bertapa hilangkan gundah kelopaknya jenuh terasa gagal Karena resah tanah menangkupnya jatuh Sementara gelisah jiwa menangkapku rapuh Kendari, 16 Oktober 2017 IBNU NAFISAH