TANAH MERAH

TANAH MERAH

Inilah kisahku yang telah mati
Menjadi pusara tak bernama di hati

Suara sengau masih terus bergaung
Di malam sepi saat bulan berkabung

Di bawah pohon tua keriput
Di atas tanah merah batu beringsut

Aku memujamu sesegar kelopak melati
Memujimu sehebat dukaku merintih

Namun hanya bisu berbalut lesu
Kau pandang aku dalam beku

Desahan ranting kering meringis
Menangkis ditampar hujan menangis

Bagai karang tajam kita meluka
Tak terkira dalamnya darah terduga

Akulah suara hening di pekuburan
Dan kau sepi yang datang jadi hiburan

Merangkai derita jadi tangkai cerita
Menyibak kisah menebak resah

Apakah nantinya kita berpeluk di kubur
Setubuhi gelisah kian hari semakin cebur

Terperangkap kenangan dan genangan masa lalu
Tertangkap keremangan dan kemalangan rasa rindu

Dan kita seperti kemenyan yang berbau gaib
Berkabut bergelut aroma sakit menjadi aib

Apa mesti kutanam saja gejolak ini
Bagai mustika karam jadi onak begini

Atau kita ziarahi semua yang telah pergi
Menaburkan kembang dan tembang di gerigi pagi

Mendoakan rasa yang mulai wafat
Di tiga tujuh bahkan seribu harimu yang telah mangkat

Bukan. Bukan begini akhirnya
Tapi kau hanyalah tanah merah nyatanya

Dan aku gema itu
Bergerak pelan di udara menyatu

IBNU NAFISAH
Kendari, 25 Januari 2017

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan