Kemana Kita Setelah Mati
Kemana kita setelah mati
Aku tak tahu kemana kita setelah mati. Tapi yang pasti bukan ke mall untuk menghabiskan waktu mencari baju lebaran. Atau sekadar mencuci mata dan menghabiskan waktu bersama teman.
Begitu kita hanya angin di udara. Mungkin takkan ada rasa ketupat saban hari kita makan sambil tertawa bersenda gurau di meja makan bersama keluarga. Mereka yang makan mungkin akan menangis memikirkan opor ayam kesukaan kita masih tersisa di panci. Atau angin itu tiba-tiba saja terasa dingin di kulit mereka yang peka dan nama yang berupa angin itu kini menggantung.
Kemana kita setelah mati. Katamu seakan itu pertanyaan penting buatmu saat ini. Aku hanya tertawa dan kau menangis mengingat ini. Aku terdiam tapi yang jelas kita tidak ke kantor atau di rumah tetangga berbasa-basi di terasnya yang mengkilap lantainya. Mungkin ia akan hadir saat kita akan pergi dengan kemeja hitamnya dengan raut wajah tanpa makna.
Kemana kita ketika mati. Itu tidak penting kataku akhirnya. Lalu dengan wajah cemberut kau duduk bagai angin menempel ditembok rumah yang penuh jelaga di langit-langinya dan kerak lumut di tembok putihnya. Kemudian aku ganti bertanya padamu, kemana kau akan pergi? Kau hanya diam, bagai angin malam kaupun enggan menjawab.
25 Juni 2017
Kendari
Comments
Post a Comment