KENANGAN

KENANGAN

I
Kenangan itu hanya sehelai daun. Ketika wajahmu mulai menguning reranting menghitam di antara awan pilu. Sebaris angin menarik-narik masa kembali ke silam. Sebagian menerpa wajahmu sebagian berlalu di udara.

II
Pernah dulu pucuk-pucuk mekar di ujung tunas muda. Di musim peralihan antara hujan dan kemarau sekuntum bunga mekar. Menyaksikan hijaunya daun, terpaan mentari pagi dan sesekali gerimis menempel jadi embun di pagi buta. Seekor lebah tanpa sengaja jatuh hati pada kembang warna jambon itu. Sang lebah tak sampai hati mengisap sarinya. Sulur mudanya hanya mengagumi. Dan bunga pun layu seiring waktu. Tertinggal hanya biji-biji bulat di sana.

III
Musim berganti bagai malam dan siang. Pohon yang kau lewati tempo hari saat pulang sekolah kini menjulang. Sesekali terbersit untuk melompat menjangkau ujung dahan terendah. Yah, kau mampu, tapi di ujung jari saja terasa. Sementara daun berbentuk hati itu tetap menggantung, sedikit bergoyang oleh angin. Rasa penasaran membuatmu semakin nekat. Di setiap waktu sepulang sekolah, jalan itu tak pernah tidak kau lalui. Demi sekadar menjangkau daun berbentuk hati itu. Lama-kelamaan hal itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari sepulang sekolah. Hingga suatu ketika waktu itupun tiba. Kau melompat setinggi mungkin dan-. Yah. Daun terkulai di udara. Warnanya agak menguning, tidak seperti dahulu. Hatimu kecewa menatapnya di atas tanah. Kecewa karena masa-masa untuk meraihnya telah usai.

IV
Beribu helai daun jatuh dari ranting setiap harinya. Begitu pula pucuk-pucuk muda selalu bermuculan di tingkap-tingkap paling tinggi. Kukila, berkaki lincah dan bersuara merdu kadang menguasai pepohonan itu. Bersahut-sahutan di pagi atau siang hari. Dahan-dahan rimbun juga batang yang kokoh membuat suasana tenang. Kukila begitu mencintai pohon rindang itu. Dan pohon begitu senang karenanya. Pucuk dicinta ulam tiba, rasa itu hadir bagai udara meniup sepoi-sepoi. Lalu hujan pun bagai petir. Menghantam rebah segalanya, bahkan pohon rindang berdaun lebat. Ia membangkai di tanah saat hujan redah.

V
Kini, setelah sekian lama waktu berlari. Dan kau tak lagi menjadi anak sekolahan saban hari di pinggir jalan yang melompat-lompat gemas. Kau mengingat hari itu. Tapi semua tinggal kenangan. Pohon, bunga, dan Kukila tiada lagi. Mereka telah pergi. Mencari hati lain di kehidupan lain. Meninggalkan dirimu dengan sehelai kenangan di otakmu yang tak mudah pergi.

IBNU NAFISAH
Kendari, 11 Maret 2017

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan