Usia

Ada yang berlari layaknya anak panah lepas dari bilah busurnya

Bergerak cepat ke sasaran tanpa menoleh ke belakang

Dan tiba-tiba saja semua tampak menua

Sebilah tongkat menjabat tangannya yang rapuh

Kaki-kaki yang dulunya nampak kokoh berangsur lapuk
Bukan karena dimakan rayap hingga menua

Ada pula rambut yang dulunya hitam cerlang berkilat oleh cahaya surya
Kini nampak kelabu, memutih di tiap lembarannya

Kulit yang semula kencang berisi dan sintal akhirnya kalah oleh waktu yang kian hari mengikis

Tulang-tulang itu sekarang bergelutuk jadi keropos dan reot

Semua menuju sasaran tembaknya
Sebuah dunia yang lain sekali dari awalnya

Bukan sebuah rahim atau kamar plasenta dengan cairan ketubannya

Namun sebuah kamar dengan penuh foto akan anak cucu

Kamar di mana mereka datang silih berganti dan berkata-kata tentang sesuatu namun kita hanya melongo karena suara mereka mengecil

Lalu ada anak kecil memanggil kita dengan nama asing lalu ia mengaku "cucu"

Di mana kaca mata itu yang semula memang tidak ada, namun mereka mengenakannya lalu semua nampak jelas

Dan siapa pula mereka yang selalu memaksa untuk mengganti pakaian dan memberikan makan

Berbicara seolah olah mereka adalah anak-anak dan cucu-cucu serta cicit

Inikah sasaran tembak itu yang kita tujuh sekarang

Kemana saja kita hingga tiba-tiba sudah berada di sini menancap pasti pada lingkaran hitam putih

Sekarang hanya mengingat sebagian demi sebagian masa yang telah berlalu

Masa saat bilah anak panah itu hanya sebesar batang bambu

Seorang ibu yang rajin mengukirnya dalam buaian
Memanjakan dan menyusuinya tanpa kenal letih
Kemana pula ia, ah ku rasa ia telah sampai pertama pada sasaran tembaknya dan seseorang telah mengasingkannya

Dan ada seorang ayah yang selalu merautnya dengan pisau tajam agar larinya nanti sekuat baja tak kalah oleh ombak dan angin
Kemana pula ia, ku rasa sama saja mereka telah mendahului kita menempuh sasaran ini bertahun-tahun lalu

Dan kini aku anaknya yang telah beranak pinak kembali berjalan di tempat yang sama sesuai petunjuk Yang Maha Kuasa aku berada di sini "sasaran tembak terakhir"

Menunggui anak-anak ku sendiri, memberi senyum bahkan merenung akan keceriaan mereka

Mereka adalah anak-anak panah yang sehat dan lincah

Suaranya berdesing keras menembus ruang waktu

Batangnya nampak kokoh melaju tanpa kenal takut

Pikirannya tajam mengoyak rintangan duka cita

Mereka penuh vitalitas layaknya aku yang dulu

Ceria dan terasa bahagia di setiap suasana

Kebugaran yang lama telah terlupakan

Kesehatan yang mantap dan aku yakin dulu pasti demikian

Saat mereka semakin dewasa kamar ini tambah kusam saja

Saat mereka menikah dan beranak cucu kamar ini semakin tua, penuh sesak oleh canda tawa mereka

Bukannya aku tak suka tawa mereka namun itu selalu kurindukan

Di saat-saat hening ketika mereka tak lagi di sisi karena alasan sibuk dengan rutinitas sehari-hari

Namun saat mereka datang hatiku kembali damai

Tentu saja pertanyaan demi pertanyaan tentang siapa mereka selalu ku ulangi tidak sekali, hanya sekadar agar tidak melupakan

Kini semua telah berlalu, masa yang dulu tinggal kenangan yang sebagian terlupakan

Usia layaknya anak panah berlari lincah dan riang pada awalnya

Dan berakhir pada sasaran tembak hitam putih tanpa kita sadari

Selamat datang pagi siang dan malam

Kini kita menyatu dalam ruang dan waktu yang hanya kita yang rasa

Hari-hari nampak berpendar layaknya pelita di ujung subuh

Senja yang kian mengguning saja

Ah, ini lah sasaran itu magrib yang bertabur adzan di ufuk barat

Sebentar lagi malam datang, namun sebelum gelap meraja biarkan suara adzan itu ku nikmati alunannya

Agar kulit keriput ini bersimbah air wudhu

Setelah itu mari kita nikmati malam panjang
Di bawah bintang yang mungkin tak kau kenal lagi namanya

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan