PRAJURIT PIKET

Laras hitam terjaga di lantai diselimuti keheningan
Bedil terikat tegang di dada
Baret biru itu termangu diam di puncaknya
Sementara portal menatap penuh awas

Jalan ini dulunya semak belukar baret baret di wajah menebasnya dengan rentetan peluru
Gedung ini dulunya gundukan tanah "loreng pelopor" meratakannya dengan sangkur
Halaman ini dulunya medan laga tangan tangan terlatih membuatnya jadi kolam darah
Parkiran ini dulunya hutan belantara namun pasukan menyamar hilang di baliknya

Untuk semua yang telah diperjuangkan
Mereka yang tinggal tengkorak
Darah yang telah kering
Untuk setiap jengkal tanah yg dibebaskan
Cinta yang terkoyak pd merah putih
Serangam yang berpeluh darah keringat
Untuk tangan tangan yang teracung dan bibir berkata merdeka
Untuk semua ;
Semua pasukan pengabdi
Mereka menidurkan baret di kepala
Menenangkan bedil di dada
Melekatkan seragam di badan
Membaringkan laras di lantai
Serta merindukan gerbang di perbatasan

Mungkin tubuh itu tak sepadan
Langkah tak sampai
Tangan hanya diam bisu
Mata pun tak tajam
Namun semangatmu melekat pd tembok ini
Teriakan mu merayap di udara
Jiwa mu menghantui barak barak serta pos pos terasing

Untuk itu semua portal berwarna merah kuning di gerbang menganga
Jalan jalan lenggang dan waspada
Rerumputan sepi siaga
Pohon pohon kaku tanggap
Hingga waktu terhapus senja hilang di balik embun pagi
Seperti itu pula rasa damai melewati udara

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan