Hujan
Air yang berjatuhan dari langit mengingatkan aku pada malam dimana kita kebasahan
Saat itu rambutmu yang hitam jatuh melekat di pipi serta leher jenjangmu
Rasa dingin yang menggigil ini pun bukan dari tiupan angin di sela pepohonan
Namun dari ingatan saat itu
Ketika kita terjebak suasana kikuk saat tak sengaja bersentuhan tangan
Berkali-kali kuusap wajah bukan karena air yang menetes
Namun sekadar ingin menyadarkan diri bahwa aku sedang berkhayal lagi tentang malam itu
Malam di mana kau dan aku berpeluk beku di atas motor menembus malam membelah hujan
Kaki ini pun segera kularikan di atas genangan air hanya sekedar untuk berusaha melupakan kenangan itu
Kenangan di mana kita mudahnya merangkai kata "sayang" dan bibir secara lugu berucap "untuk selamanya"
Setibanya di pintu rumah kudapati dirimu berdiri di sana
Namun ternyata itu hanya bayang semu karena yang kini hadir hanyalah pintu kosong dengan titik air merembes dalam pikiran
Dunia apa ini, yang segalanya hanya hujan dan kenangan
Dan demi semua yang telah terjadi akupun bergegas keluar rumah menikmati hujan bukan sekadar membasahi pakaian yang terlanjur basah namun untuk menikmati kenangan dan membekukannya di dalam sel otakku
Comments
Post a Comment