Sepiring Dadar

Aku mencintai kuning
Warna terang dan putih
Setengah matang di atas piring
Sebagai sarapan ternikmat pagi ini

Keringat yang bening sesegar air dalam gelas
Lalu kuteguk tanpa jedah itupun ku suka
Seperti mengisi pori-pori kulit menetes dengan semangat

Udara dengan pohon burung mata merah di ujung damar laut
Keteduhan atas rerimbunannya dengan segala semak
Guguran jati menggenangi jalan setapak
Suara hiruk pikuk canda burung
Lalu nafas yang mulai mengenal hangat pagi
Itupun aku suka

Kemudian suara-suara. Banyak sekali suara mengular mengulur di sisi jalan
Bernyanyi riuh. Berseragam kuning merah
Bertepuk suka ria menginjak aspal yang masih saja bermalasan
Mengukur panjang jalan itu dengan jantungnya yang berdenyut
Mendendangkan mulut-mulut bersuara padu
Seakan mengusir jarak karena lari awal kini berakhir
Pun begitu. Kita sama suka.

Kini dadar itu tak berbekas sama sekali
Begitu pula air dan juga keringat
Kemana semua mereka
Ini masih pagi
Siang belum lagi datang

Katanya "Mereka akan datang lagi, tidak saat ini,
"Tapi, subuh menjelang pagi,
"Mungkin di pagi yang sama"

Ah, sudahlah,
Akan kucari mereka di saat itu
Tapi saat ini biar kita nikmati pagi
Segelas air putih dan dadar kuning itu juga boleh

Segelas teh atau kopi,
Segelas kesegaran di kamar mandi
Pun boleh
Tapi yang jelas biarkan kaki-kaki ini berselonjor
Akan ku hirup udara sebanyak-banyaknya
Sambil menatap langit yang selalu balik menatap
Dan kali ini kita hanyalah kawan lama
Yang sama menikmati segelas air dan sepiring dadar

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan