Kenangan

Masih ada satu udara yang ku hidup sedari kecil
Dalam udara itu asap dapur mengepul di langit-langit
Sementara kepalaku berbantal paha gemuk ibu yang sibuk
Udara itu terus ku hirup hingga kini ketika ke dapur ingin kembali
Udara di pagi menjelang shalat ied dan kami berdua
Banyak sudah kayu yang terbakar di sudut ruang
Potongan bawang serta penumbuk berserakan di lantai
Kita masak apa ? Mungkin ayam karena sedari tadi kudengar bunyi kokok dari belanga
Mungkin juga ketupat kenangan karena baunya buat mataku terus terpejam
Bunyi kretek dari kayu bakar memaksa terus bermimpi
Tentang ibuku yang sibuk dan aku yang menikmati
Lalu kuputuskan untuk terus tertidur dalam paha gemuk itu
Mungkin inilah cara agar kita terus terhubung dengan masa lalu
Membayangkan kabut asap menerangi pagi dingin yg sejuk
Seakan medan waktu berlompatan dalam kepala
Merakit jembatan masa lalu ke masa kini
Tali-tali jembatan itu belum lagi putus
Namun di bagian tertentu nampak berbulu dan awas
Ibu pun masih duduk di lantai lalu kepala kecil itu di bilah pahanya
Kaki dan paha nya masih kuat sekuat ingatan yang mulai berkabut
Hari demi hari telah mengambil sebagian demi sebagian udara
Memaksa diri bernafas sesak karena kita hampir melupakan
Lupa akan cerita kita di masa itu
Tentang asap yang ngepul
Kesibukan jari jemari di beberapa bumbu rahasia
Atau keheningan pagi berkabut
Cuma kita berdua
Merapalkan saat-saat purba di ruang yang kita anggap dapur
Meskipun tempat itu bisa kita jadikan restoran kecil
Bahkan bisa jadi hotel dengan kamar mandi plus beranda dengan chef handal
Apa yang kau butuhkan sekarang?
Masakan italia dengan rasa soto atau kari
Atau ala Papua dengan ubi bakar di arang yang berbatu
Tidak ada yang butuh sekarang
Aku hanya ingin terus meletakkan kepala di atas paha itu
Menghirup dalam-dalam asap
Jendela membawa serta udara
Sambil mendengarkan ayam itu berhenti berkokok
Dan ibu semakin sibuk meracik masakan kesukaanku

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan