SENA MULIH

(Ketika pulang tak lagi sama)

Masihkah kau mengenali wajah ini?
Bunga kecilku yang manis

Lelaki yang berjalan terseok
Meniti kampung lama terlupa
Saat tulang tak lagi meruok
Membawa segala luka

Torehan baret di kulit dan daging
Semakin rapuh nan ceking
Ini bukan penyakit, sayang
Hanya sebuah kenangan panjang

Bahkan langit pun tak ingin menyapa
Lalu berlari di bawah tatapnya
Bila tidak beribu cebikan mendera

Inilah hasil kemenangan
Sebuah kebanggaan

Ribuan peluru menembus
Tak jua mampus

Aku serahkan tubuh ini pada derita
Tapi kalian menyerahkan nyawa
Pun meringis ketakutan
Hanya menawar kematian

Masihkah kau mengenali wajah ini?
Bunga kecilku yang manis

Lelaki dulu kau kenal
Sebagai hibat terhebat
Yang dahulu bagal
Kini hanya bayang berkelebat

Masihkah kau mengenali wajah ini?
Bunga kecilku yang manis

Ah, setan pun tak tahu siapa diri ini
Berdiri di antara hidup dan mati
***

Catatan Kaki :
Sena : prajurit
Mulih : pulang (jawa)
Meruok : berbuih, membual, mendidih, meluap, marah
Cebikan : celaan
Hibat : cinta
Bagal : terlampau besar (kuat)

Ibnu Nafisah
Kendari, 05 Oktober 2015

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan