UDARA

UDARA
(Bt : Habibati)

Ketika lihat dirimu pertama kali, dada ini tak lagi sesak. Segerombolan oksigen tiba-tiba penuhi paru yang lama nyesak. 

Kata seorang dokter mungkin aku mengindap asma. Atau mungkin pula butuh selaksa asmara.

Katanya, "Berhentilah menjadi ruang kosong. Sebentar lagi uban keluar dan gigi ompong".

Hingga aku tak ubahnya jadi kulit berbulir keringat. Kaupun datang seperti pusaran angin berkelebat.

Engkau duduk bergeming menanti. Wajahmu berseri dengan jubah indah bagai mentari.

Akhirnya aku tahu tulang rusuk sendiri. Ia tepat di depanku layaknya ratu, menyendiri.

Dan aku datang bagai ruang kosong nan hampa. Kau seumpama udara yang mengembara.

29 Maret 2020

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

TERSELAP