TETAPLAH TERSENYUM

Tetaplah Tersenyum

Kita telah lama jadi debu, asap, darah, dan air mata. Mereka menghadiahi kita dengan peti-peti kosong. Tapi kita cuma mengambil kain kafan. Untuk anak tetangga yang kemarin sore, kakak atau adik dan kerabat. Aku sengaja tak menyebutkan nama orang tua kita, karena wajahnya pun mereka hapus dalam hitungan detik.

Kita telah lupa rasanya tidur nyenyak dan bangun dengan membuka kaca jendela di pagi hari. Karena mereka telah mengambil kamar kita. Lupa rasanya makan dengan perut kenyang, minum dari mata air yang jernih. Karena mereka telah bersusah payah meratakan daratan.

Kita telah bosan melihat darah dan airmata. Lalu mereka jengkel melihat senyum yang masih bertahan meski napas tiada lagi di rumahnya. Hanya Dhouma masih mereka beri buat kita. Itupun berbaik hati dengan mengganti udara buatan, hingga beberapa dari anak dan dewasa lebih cepat bertemu Tuhannya.

Mereka bisa saja mengambil ingatan tentang orang-orang yang kita sayangi. Harumnya bunga, rasa roti di pagi hari serta hidup yang tak seberapa ini. Tapi ingat, tak satupun dari mereka bisa mengambil senyuman di wajah.

IBNU NAFISAH
KDI 08 APRIL 2018 

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan