PADA SUATU WAKTU: ENGKAU DIEMPAT ZAMAN INI

Pada suatu waktu : Engkau diempat zaman ini :

I. ZINA
Suatu saat gemuruh dahsyat akan menggetarkan rongga tubuhmu. Pancarannya bagai gejolak badai menerjang karang. Tiada jalan untuk berlari menyelamatkan diri. Engkau sempat memikirkan untuk pergi darinya, namun dahaga segera menyeruak sesakkan dada. Napasmu nanti berlomba mengejar kenikmatan semu. Fikirmu nanti bak bohlam redup terlempar anak-anak jahil. Kekuatanmu serupa siluman menyibak yang tersingkap. Engkaulah serendah-rendahnya tanah yang terpijak, tapi tak jua kausadari. Matamu nyalang menahan geram. Engkaulah kegelapan malam, dari jauh suara anjing meraung-raung. Dari bulan jauh hanya cahayanya yang tak mampu menahan liar udara. Hingga akhirnya dengan senang hati engkau memasuki ladza.

II. SUTRA
Hingga di suatu waktu yang cerah. Langkah kakimu menapaki rumput bak permadani. Kereta emas yang engkau naiki tadi, parkir tak jauh dari istanamu yang keemasan. Keanggunanmu bagai angin yang jatuh kala mentari sore melemparkan senja bagai bunga di taman. Bayang-bayang seakan segan mengikuti pundakmu yang menjatuhkan kain menjuntai di tanah. Suaranya bagai rambut yang berjatuhan di atas sutra.
Lalu di tempat berbeda dari sekarang mereka memakai apa yang engkau pakai. Tapi engkau, tidak.

III. KHAMR
Ketika gelas-gelas telah dipenuhi dan botol-botol telah dikosongkan. Udara berubah api membakar jeritan. Engkau laksana kobaran melahap apa yang ada meski itu daging sendiri. Mulutmu naga kelaparan membakar segala rumah yang kau masuki. Matamu saga merah menyala didihkan amarah ribuan tahun yang telah padam membeku. Tanganmu adalah peluru siap menerobos pintu-pintu terkunci. Menyulut ketakutan pada ilalang kering. Kakimu hanyalah batu ; berdiri kokoh dan menumbangkan dirinya sendiri dari tebing tinggi dan longsor memecah bumi. Engkaulah martir dari sombongnya dunia, lalu pergi menuju hilang tanpa pernah kembali.

IV. MA'ASIF
Engkau memang tidak berada di sini. Tapi suaramu jelas kudengar. Mungkin ribuan juta kilometer engkau saat ini namun rayuanmu menggoda ditelinga. Engkau membisikkan kata-kata cinta. Betapa rindu dan sayangnya engkau padaku. Ketika mendengarkan suaramu aku bahagia kita bagai berdendang di taman surgawi. Membicarakan tentang kita, cinta, dan segala isi dunia yang engkau janjikan. Akulah cintamu saat ini dan selamanya. Aku memujamu sebagaimana engkau padaku. Hingga suatu waktu aku tak dapat mendengarkan yang lain selain senandung cintamu.

D_Kdi_18/08/2019

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan