ADINDA

Adinda
Biarkan aku bersemayam dalam gelung hitam rambutmu
Bagai batu cadas di dasar telaga terlelap jauh dan menghilang
Atau sekadar menidurkan lelah dalam curug lembahmu
Adindaku sayang
Diantara bukit terjal dan pepohonan cinta ada hamparan rindu yang kian menggunung
Resah gelisah di sepanjang hutan belantara ini mengalir sungai berair jernih
Jika engkau menelaah lebih jauh airnya berasal dari dua mata air asaku
Kesemuanya akan bermuara ke laut di mana cintamu bermukim
Jika engkau ridho beribu ekor ikan akan berenang bebas di dalamnya
Beberapa nelayan dengan senyum yang amat manis datang ke pondok pondok mereka
Anak-anak mereka akan tertawa bahagia dengan hasil tangkapannya
Lalu istri-istri mereka akan menjatuhkan air mata cinta mendaratkan pelukan ke pundak-pundak sang perkasa
Adinda oh adinda
Biarkan aku menjadi pemerah bibirmu yang senantiasa kau kecup, menempel tanpa jemu
Izinkan aku menjadi bulir-bulir keringatmu tergelincir di atas kulit putihmu yang ranum
Senantiasa kau sentuh dengan lembut lalu engkau selipkan dalam sakumu yang wangi
Adinda oh adindaku sayang
Bila malam tiba berupa purnama dan bintang bagai manik di mata gadis
Maka engkau berupa bidadari di atas awan
Lalu kita akan bertemu di ruang mimpi yang tak bertepi
Engkau akan mendapati aku meringkuk di dada subuh yang beku
Tenggelam dalam kelam pagi di mana mentari malu-malu menerobos masuk dari tepian jendela
Meski kita tak lagi di sana

Kendari, 03 September 2018
D_


Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan