Posts

Showing posts from April, 2020

JANGAN PERNAH

JANGAN PERNAH (Bt : Habibati) Jangan pernah engkau datangi sungai itu _bebatuan beku. Air yang keruh di dasarnya. Tak ada ikan yang rela bertandang Jangan pernah sekali-kali engkau menengoknya Meski sekejap Meski pangling Mesti lenyap Mesti berpaling Jangan pernah engkau Jangan. Kendari, 28 April 2020 d4nosaurus

BUAT HABIBATI

BUAT HABIBATI Apakah aku pernah katakan ini sebelumnya_  aku hanya sebentar di sini Hanya sementara Berceritalah tentang bunga-bunga di halaman rumah kita Yang merah yang hijau yang mataharinya penuh Rumput-rumputnya yang segar Burung-burung bersuara di tiap tangkainya Tentang air hujan yang datang di teras Tentang embun di kakimu ketika pagi-pagi engkau berjalan-jalan di sana dengan ceria Maukah engkau bercerita Tentang suatu waktu pada waktu yang sudah tak muda ini Tentang halaman rumah kita_ indahnya saat pagi saat sore bahkan malam hari di sana.  Maukah engkau bercerita sekali lagi tentang itu Untukku? Kendari, 28 April 2020 d4nosaurus

JANGAN

JANGAN (Bt : Habibati) Jangan pernah katakan itu Karena tanah hitam meski diam kau tak pernah bisa selami dambanya pada hujan Akan belaian air bening nan lembut basahi lelahnya akan dunia Engkau takkan bisa rasakan dendam sang 🌹 mawar ketika malam dingin bekukan kelopak merah demi cintanya pada sinar mentari Engkau takkan bisa rasa sepinya taman berbunga tanpa kekupu beterbangan dari kuncup ke kuncup Jadi jangan pernah katakan  kata-kata tanpa kata cinta tiap saatnya. Engkau tak akan pernah tahu rindunya aku mendengar bibirmu berkata, "uhibbuka fillah," pada hatiku Pada bibirku yang setiap saat ingin mengucapkan, "Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu" pada dirimu Kendari, 27 April 2020 d4nosaurus

CANDIL

CANDIL (Bt : Habibati) Aku mencarimu di sebuah mangkuk berisi Candil Mencari gula di dalamnya yang kutemui senyummu yang centil Uap gurih menguar dari santan pandan Begitu pula wajahmu berseri hatiku tertawan Oh lihatlah 👅 lidahku dimanja adonan ubi jalar bercampur tepung Bagai cintamu yang siap menangkap dan aku terkepung Seketika jatuh dalam kolam asmara Seperti sup kolak kini lumer terasa Kendari, 26 April 2020 D4nosaurus

BUKU

BUKU (Bt : Habibati) Aku bayangkan engkau kata-kata yang berbaris di halaman hati Jadi tinta tuliskan kata cinta dengan huruf-huruf besar pada jari Aku tak melarang engkau menggambar simbol hati Meletakkan anak panah dengan hati-hati Engkau boleh mewarnai dengan spidol merah jambu Menuliskan nama kita dengan pensil warna abu-abu  Apapun boleh kautorehkan di sana Segala sedih juga bahagia Namun jika engkau benci berpura-puralah sebagai kura-kura lucu yang ceria Bahkan jika kau marah tuliskan saja kata 'Rindu' dengan gembira ria Agar nanti suatu hari yang entah kapan aku bisa membacamu  Menemukan betapa berharganya diriku karena engkau telah mencintaiku Kendari, 24 April 2020 d4nosaurus

28 SYABAN

28 SYABAN  (Bt : Habibati) Setahun yang lalu di ranjang operasi Wajah itu pucat pasi  Pesakitan bah hantu mencekik napas Seluruh tenaga menguar di udara lepas Tepis segala sia-sia  Lendir darah menyeruak. Seorang anak manusia Teriakmu tangis dan tawa Suaranya mengisi ruang hampa Ah, engkau tak pernah lupakan itu Air matamu kini sehangat tahun yang lalu Kendari, 01 Ramadhan 1441 (24 April 2020) d4nosaurus

NASIOPA

NASIOPA (Bt : Habibati) Entah apa rasanya ketika tubuhku seperti pepaya muda engkau cemplungkan ke air mendidih Sementara engkau menjelma menjadi ikan pindang dengan bertabur biji cabe merah di panci Di saat siang hari yang cerah kita saling berpelukan di piring makan : dapur kita yang lengang Mungkin rasa lapar yang telah lama bertandang menjadi nafsu menguar hingga memberontak Saat itu kita saling cium tanpa henti puaskan hasrat yang lama pendam karena rindu terperam Jangan tanyakan akhirnya karena kita seperti piring kotor di atas ranjang dengan segala nikmat yang ada Kendari, 23 April 2020 d4nosaurus

SARAPAN

SARAPAN (Bt : Habibati) Beginikah rasanya sarapan secara online? 🍞 roti berwarna kecoklatan : Layaknya engkau yang berlumuran mentega dan garing di teflon Di tengahnya masih pula kau bermandikan cream susu Aku duduk di teras bagai rumput menanti embun Membaca pesanmu : 'ada roti tawar di kulkas' Seketika roti bakar itu meletup di balon pikiran Tetiba, Remahnya berhamburan begitu saja Pesan telah kujejalkan ke lambung Namun, Masih menanti embun_ Dan engkau yang lumer di bibir Kendari, 21 April 2020 d4nosaurus

PUISI CINTA

PUISI CINTA (Bt : Habibati) Masih ada tempat untuk dirimu di bait puisi ini Cukup buat dirimu meletakkan dudukmu Menatap huruf-huruf kecil yang bermain berkejaran Tunggu dulu simpan saja wajah beku yang tertekuk itu Bukankah telah kukatakan masih ada tempat untukmu di baris pertama pada puisi ini? Jadi tolong pandangilah huruf-huruf kecil itu dengan senyuman Seperti ketika pertama kali engkau mendengar puisi cinta tentang hatimu Kendari, 18 April 2020 d4nosaurus

MAKANAN (dari) MASA LALU

MAKANAN (dari) MASA LALU (Bt : Habibati) Siang itu aku pulang tepat jam makan siang Engkau sibuk menghidangkan makanan di atas meja "Aku tahu engkau dulu suka makanan itu, makanya aku memanaskan lagi untukmu," katamu saat kita duduk di meja makan tanpa kursi Asap mengepul dari atas piring sayur 🍄 jamur Tiba-tiba aku berdiri membalikkan badan hendak keluar "Mau ke mana?" Tanyamu lagi "Aku akan pergi ke masa lalu untuk menghabiskan sisa makanan itu, agar engkau tak lagi memanasinya berulang-ulang kali!" "..." Kendari, 17 April 2020 d4nosaurus

PULANG

PULANG (Bt : Habibati) Sayang apakah engkau telah bersiap-siap? Jam keberangkatan tak tentu kapan waktunya Tapi tiket sudah ada pada masing-masing kantong baju yang kita pakai Tak usah turunkan koper itu, kita tak membutuhkan itu Karena kita tak memerlukan barang bawaan Sudah simpan setrika itu, kita tak membutuhkan pakaian dinas yang rapi di sana Bergegaslah sayang kita hanya sementara di sini Besok, lusa, tulat, tubin entah kapan supir grab kita datang ke depan rumah Ia tak perlu mengucapkan salam untuk masuk ke kamar-kamar kita Bahkan saat kita sedang tertidur Ia dengan suka cita membawa kita kembali 'Tuk P    u    l    a    n    g . . . Kendari, 16 April 2020 d4nosaurus

ROH

ROH (Bt : Habibati) Mungkin engkau belum lupa tentang tanyamu "Sejak kapan engkau mencintaiku?" Aku tersenyum bukan karena tak bisa menjawab itu Namun karena kau takkan percaya jika jawabannya begitu Seperti kayu yang tahu menjadikannya abu ketika diucapkan cinta pada 🔥 api Seumpama hujan yang yakin menjadikannya tiada sejak awan merayunya Sebagaimana malam yang tahu pasti esok tiada lagi namun selalu merindukan pagi Seperti itu cintaku bermula sejak rohku mengenal rohmu meski jua belum bersua Walau wajahmu tiad a terbilang namun kepatuhan kepada Tuhanmu telah terbaca dan hatiku telah menerima Kendari, 15 April 2020 d4nosaurus

CEMBURU

CEMBURU (Bt : Habibati) Engkau tahu sayang ada daun yang tak pernah resah meski langit merahasiakan hujan Ada tanah yang tak pernah iri meski wajahnya pecah dan terbelah karena kemarau meradang Bahkan benang sari dan putik menahan rindu saat angin reda tak lagi menyatukan mereka Meski pelepah jatuh dan terkulai ada pohon yang tak sedih karena yakin ada waktunya pucuk-pucuk muda tumbuh berganti Begitu pula cinta juga kebaikan pada inangku  Jangan engkau cemburu karena sesungguhnya aku sedang mengajari anak kita untuk berbakti kepadamu Kendari, 15 April 2020 d4nosaurus

DOA

DOA (Bt : Habibati) Suatu ketika engkau bertanya apakah aku mencintaimu? Entah dengan apa bisa kujelaskan ini padamu, sayang Karena sebagaimana malam meski mencintai embun ia hanya bisa mensyukuri matahari pagi kagumi titik air pada kuntum bunga  Seekor ulat daun akhirnya ridho menyembunyikan diri dalam kepompong agar kekupu bahagia nantinya Sehitam-hitamnya tanah akan sabar membiakkan akar di dalamnya hingga bunga-bunga bermekaran di atasnya Hujan di depan rumah kita ikhlas jatuh ribuan kilo jauhnya dari awan demi pepohonan kering di teras kita Lalu dengan apa aku mencintaimu sayang? Dengan doa yang dipanjatkan meski tak kaudengar kusebut namamu Kendari, 15 April 2020 d4nosaurus

AKU BERADA DI DALAM MU

Aku Berada Di DalamMu WajahMu ribuan titik sinar menghujam dari sesela pohon  Aku hanyalah keremangan dedaun bergerak liar di antara dahan yang rapuh  Bila tangan tak mampu menggapai apalagi pandangku tak kuasa menahan gemerlap bias  Bila cahya begitu terang lagi membutakan mungkinkah kesadaran menerawang hingga akhir  Engkau panas lampu tempel dalam pondok berjelaja bambu dengan sulur-sulur benang minyak yang pekat mengeluarkan asap dan aku hanyalah seekor laron kecil mencoba melihat lebih dekat tanpa sadari sayap telah terbakar dan mati Di dapur beratap daun kering dan bertungku batu Engkau pula api yang meretas di antara kayu bakar dan setelahnya tinggal aku menjadi debu beterbangan Bagaimana pula menggapaiMu sementara aku berada di genggamMu Bagaimana harus mencariMu  Sementara aku berada di dalamMu Kdi, 28 Februari 2018 

GELEMBUNG CINTA

GELEMBUNG CINTA  Andai saja aku gelembung  Engkau mungkin udara mengambung  Penuhi jiwaku yang haus Puaskan sukmaku menghalus  Semakin kusebut namaMu  Ragaku melayang mengadu  Meratapi jerat jerit duka meluka  Tajamnya ranting runcing melupa  Angin angan kehidupan terbawa  Di waktu yang entah terduga  Kadang tawa buat kita menangis  Hingga doa terbersit di langit mengais  Akulah yang terombang-ambing Tertiup sang bayu terpontang-panting  Mengarungi segenap semesta banglas  Demi pengampunanMu yang maha luas  Jika waktuku telah tiba Aku pecah tak terduga  Di antara siang menjelang  Malam kelam berenang  IBNU NAFISAH  Kdi, 07,Maret 2018 

GUNUNG TIHAMAH

Gunung Tihamah Ketika panasnya menusuk kulit dan daging  Kita sedang berlomba-lomba bak lumba-lumba  Penuhi surau-surau yang parau jauh berdenging  Di tengah malam sepi tak bertepi kita juga sama berjumpa  Tatkala kau hilang dalam kesendirian entah di mana  Gunung setinggi Tihamah pun beterbangan bagai debu  Aku terjungkir dari puncaknya entah ke mana Layaknya musafir terhempas dan lepas jadi abu  IBNU NAFISAH  Kdi 26 Maret  2018 

SUNGAI DI DEPAN RUMAH

Sungai Di Depan Rumah  Entah ada atau tidak sungai di depan rumah  Namun sekali waktu aku turut mandi  di sana Di pagi buta airnya begitu bening arusnya mengalir hening  Nampak ikan-ikan berenang terpantul tenang  Kala mentari menari airnya segar menetes di kening  Seakan anak-anak berlomba lari dalam renang  Tatkala sinarnya tergelincir ke arah barat suaranya masih syahdu  Katak pun melompat ketepian saat remang mengadu Jangkrik seakan bertasbih di malam kakiku terakhir kubasuh  Entah ada atau tidak sungai di depan rumahmu Tapi kuyakin suatu waktu kau takkan melewatkan  Di lima waktu setiap hari yang kau rindu  Seakan menyucikan dosa yang kerap tersentuh di jalanan  IBNU NAFISAH  Kdi 29 Maret 2018 

LIMA PUISI

Lima Puisi I. Pemuda Aku tak punya kekuasaan pada dirimu. Karena engkaulah peluru yang terlanjur dimuntahkan. Darinya menerobos segala sekat meski pekat terasa. Engkau pula badai yang terperangkap dalam rumah. Jika engkau melangkah segala petir dan hujan bersatu. Jalan-jalan dan selokan tak mampu menampung keluh kesahmu. Engkaulah di mana segala penyesalan bermula. Ketika tembok runtuh oleh kepalanya tangan, kekesalan pecah di kaki yang masih hijau. Wajah dan badan selayaknya gendang yang coba dibunyikan dengan hasrat yang paling liar. Hingga engkau sampai di kaki sebuah bukit. Lalu senja memanggilmu sebagai lelah dan lemah. Ketidakberdayaan adalah namamu terakhir saat puncak itu engkau raih. II. Sehat Denganmu segala rasa mampu kuucapkan dengan lantang. Luka terbuka dari pedihnya dunia mampu kutampung. Akulah lautan tempat muara segala harap. Tempat kapal-kapal angan berlabuh. Camar  berkepak cita-cita yang menukik di atas samudra gairah. Denganmu ak ulah gunung yang tinggi. B

TAMU YANG TAK INGIN KAUSAPA

Tamu Yang Tak Ingin Kau Sapa  Tamu  Seorang kawan  Minta untuk bertemu  Di ranjang tempat kutertawan  Ia katakan ingin menjenguk Mendoakan yang sakit Hatiku remuk  Pahit  Kejang  Tubuh bergetar  Menahanku dari ranjang  Meski senyum seringai  melatar  Kaki-kaki seakan ingin berlari Namun raga membeku  Ia menghampiri  Terpaku Kosong  Wajahnya meringis  Jiwaku serasa gosong  Seperti batu yang menangis  Ketika ia berkata,  "Pergi!"  Aku terpojok sendiri  Tatapan sepi  Abadi  IBNU NAFISAH  Kdi 01 April 2018 

BAGAI BUNGA YANG DIPETIK KEMUDIAN LAYU

Bagai Bunga Yang Dipetik Kemudian Layu Aku tak punya kekuatan padamu. Bumi tempatmu berjalan dan kegembiraan serta rumah-rumah di atasnya hanyalah perempuan yang menari di atas gendang. Sekali terpikat olehnya dunia seakan surga buatan. Aku tak punya daya mengubahmu seperti benih. Ia bebas berkecambah sesuka hati menjulurkan pucuk muda ke mana matari bersinar. Ke mana akar mengarah untuk mencapai air hidupnya. Aku tak punya kekuasaan atasmu. Layaknya awan gelap bergumul dan di mana saja ia mampu menurunkan tetesnya. Membanjiri sungai dan jalanan yang hendak kau jalani. Aku takkan pernah mampu memintamu menjalani jalan yang tak kau sukai. Karena kampung dunia begitulah menggiurkan. Menawarkan setangkai bunga mekar yang hendak kau petik. Tak seberapa lama iapun layu di tangan. IBNU NAFISAH Kdi 04 April 2018 

JIKA AKU BELAJAR MENCINTAI

Jika Aku Belajar Mencintai Jika aku belajar mencintai maka seluruh indraku mengeja. Kepala bertumbuh rumput di padang-padang yang tertiup angin membawa aroma alam di pondok kayu beratap daun kering. H atiku menggali lubang-lubang dikedalamannya dan akan kutemukan pasir, bebatuan dan mata air yang nantinya menyegarkan mata batinku. Ragaku merangkai tiap gerak bersama tulang belulang dan otot daging di dalamnya. Kakiku akan ringan melangkah karena cinta yang ditawarkan tak lebih jua tak kurang. Tanganku menggapai-gapai seakan cinta adalah awan yang nampak maya tapi kaya rasa. Bila aku belajar mencinta, kau akan memandangku sebagai anak yatim di pojok-pojok toko atau tangan-tangan yang memegang tamborin di lampu-lampu merah. Akulah mesjid-mesjid yang lapang namun tak jua memasukinya. Pun lemari berisi musyaf yang tak akan  kaudekati bahkan sekadar menyapa, ''Apa kabarmu hari ini?'' Jika aku belajar mencintai, kau akan memandangku sebagai puncak menara di mesjid-mesjid.

KESENANGAN YANG MENIPU

Kesenangan Yang Menipu  Jangan percaya pada Dunia Jika janjikan abadi Hanya fana Sejati  Jangan terlena hingga terlupa Hiburan tak bermakna Kadang hebat Sesaat Saat merasa inilah surga Hidup damai bahagia Penuh tawa  Sahaja  Ketika itu ujian dimulai Khuldi nampak lezat  Ranum gemulai Nikmat  Sekali engkau tancapkan gigi  Maka terhempaslah ia Pada gerigi Dosa Begitulah mawar nampak indah Mekar marak bersemi  Sembunyi luka Berduri  IBNU NAFISAH  Kdi 03 April 2018 

APA HEBATNYA CINTA

Apa Hebatnya Cinta Apa hebatnya cinta ini  Datang dan pergi  Sesuka hati Berlalu Sedalam lautan luas terbentang  Setinggi gunung terentang  Sejauh memandang  Menyayang Katanya tak akan meluntur  Meski rindu mengucur  Cemburu  melacur  Menghambur  Apa hebatnya cinta ini  Manis saat kini Pahit sedih  Nanti  Adakah cinta yang sejati  Memberi tanpa benci Tiada mati Abadi Adakah cinta yang paripurna  Pemilik maha sempurna  Selain Dia Allah  IBNU NAFISAH  Kdi, 15 April 2018  28 Rajab 1439 H 

JIWA MURSAL

Jiwa Mursal Suatu ketika aku bersujud tiada henti. Raga entah di mana begitu pula jiwa mursal. 'Sembunyikan jiwamu' meski sunyi terus berbunyi. Begitu pula malam menutupi hidup yang tak lagi penuh. 'Maka biarkan hatimu kosong' dalam lorong-lorong terasing hingga jera melolong. Tapi, aku hina-dina, celaka belaka! Tak ada tempat bagi kaum diryah di surga. Lalu ke mana mereka pergi? IBNU NAFISAH Kdi, 17 April 2018 01 Syaban 1439 H 

HANIF

Hanif Apa yang kau cari selain jalan yang lurus Tanpa tanda tanya di balok menjurus Engkau sudah tahu kompas mana yang benar Jarum di sana menunjukkan arah tempatmu bernalar Sebagaimana sungai tahu muara lautan Hingga arusmu nantinya bersatu bagai larutan Sejak kecil lisanmu telah merangkak membaca namaNya Hingga dewasa kau bisa menjawab dan bertanya Lalu kini tentukan arahmu seandainya kau tersesat menjalani  Karena engkau sepandai-pandainya kaum yang terberkahi  IBNU NAFISAH  Kdi, 19 April 2018  03 Sha'ban 1439 H 

EMPAT PUISI BUAT LELAKI

Empat Puisi Buat Lelaki #Kecantikan Kadang kita menjatuhkan diri ke dalam lembaran paragraf seorang asing dan setelahnya menuliskan kata-kata yang bukan kita. Mengagungkan paras sebening porselin yang kadang dipajang di atas lemari dan dibersihkan jika berdebu. Diri kita telah lama sekali dicuri dari badannya. Awalnya dijajah oleh pikiran yang sama sekali bukan kita. Otak kita dicekoki, dipaksa dan akhirnya dicuci oleh pergaulan dan pandangan. Hingga akhirnya seorang perempuan dinilai bak bunga. Dicium semerbaknya dan dipandangi warnanya. Tanpa peduli mereka berduri atau beracun. Sekali mengenali kemolekannya lalu kita mencapnya sebagai ratu yang harus menguasai sebuah kerajaan. Meski sang ratu menghadiri pesta-pesta tanpa apapun. Lalu semua mengaminkan keindahan tubuhnya dan kita hanya termangu tanpa bisa berkata-kata. Karena kecantikan yang ada dalam kepala kita hanya apa yang terlihat. Apa yang terbaca oleh mata dan dirasakan oleh kulit. Karena kita adalah anak-anak zaman yang

DIBATASI RINDU

Malam ini kita memang dibatasi rindu sejauh sepuluh koma sembilan kilometer lebih Aku berjaga-jaga menatap ke jalan raya tapi bukan di sisimu Mataku dibanjiri kendaraan lalu lalang tapi tak satupun menepi Bukan berarti berharap engkau turun di salah satu kendaraan itu Aku hanya berharap ia membawa doa-doa yang terucap di hati Hingga rindu terkikis meski tak jua terobati Bt: hbbt//D_ 24/042019

PADA SUATU WAKTU: ENGKAU DIEMPAT ZAMAN INI

Pada suatu waktu : Engkau diempat zaman ini : I. ZINA Suatu saat gemuruh dahsyat akan menggetarkan rongga tubuhmu. Pancarannya bagai gejolak badai menerjang karang. Tiada jalan untuk berlari menyelamatkan diri. Engkau sempat memikirkan untuk pergi darinya, namun dahaga segera menyeruak sesakkan dada. Napasmu nanti berlomba mengejar kenikmatan semu. Fikirmu nanti bak bohlam redup terlempar anak-anak jahil. Kekuatanmu serupa siluman menyibak yang tersingkap. Engkaulah serendah-rendahnya tanah yang terpijak, tapi tak jua kausadari. Matamu nyalang menahan geram. Engkaulah kegelapan malam, dari jauh suara anjing meraung-raung. Dari bulan jauh hanya cahayanya yang tak mampu menahan liar udara. Hingga akhirnya dengan senang hati engkau memasuki ladza. II. SUTRA Hingga di suatu waktu yang cerah. Langkah kakimu menapaki rumput bak permadani. Kereta emas yang engkau naiki tadi, parkir tak jauh dari istanamu yang keemasan. Keanggunanmu bagai angin yang jatuh kala mentari sore melemparkan senj

PERI(H)AL CANTIK

PERI(H ) AL CANTIK (Bt : Habibati) Suatu ketika engkau nyatakan sebuah tanya tentang cantik? Cantik itu ketika maju mundur maju mundur lincah Berpakaian minim dan suara mendesah Lalu semua mata menatap birahi padamu Layaknya 🐺 serigala anggap 🐑 domba tamu yang harus dijamu Seperti barang di pertokoan Bungkusannya menawan meski loakan Tapi engkau wanita yang anggun Saat jubahmu menyentuh alas kaki aku tertegun Engkau tersipu malu tunduk seakan sembunyi Dalam diam berjalan dalam sunyi tanpa bunyi Seakan-akan menutup aib Tabir gaib enggan tuk raib Begitulah dihatiku tinggal Citra yang enggan tanggal Dan sekarang apakah engkau masih bertanya tentang cantik? Kendari, 09 April 2020 d4nosaurus

TENTANG CINTA

TENTANG CINTA (Bt : Habibati) Ada yang percaya cinta terbuat dari waktu Dari hari yang dilarutkan ke pekan bersemu tahun membatu dan beku Juga mata meraba pada cahaya pertama Dari pandang karam alam hati diperam dalam rindu membara Namun bagiku cinta ketika ayat-ayatNya  bagai puisi di lidahmu Mengisi ruang-ruang kosong kemudian meraung-raung di kalbu Kala kepala berkali-kali sujud tiada henti tanpa nanti-nanti Bagai rumput terus kembali meski selalu mati lalu menanti Ketika aku mencintaimu karena Allah Dan Allah subhana wa taala mencintaimu dzat yang telah membuatmu mencintaiku karenaNya Kendari, 11 April 2020 d4nosaurus

SEBUAH PESAN

SEBUAH PESAN (Bt : Habibati) Jangan salahkan anak kita kelak Jika memilih jadi penyanyi daripada Hafizah Jangan salahkan anak kita kelak Jika lebih memilih pamer buah dadanya ketimbang buah pikirannya Dan jangan pernah menyalahkannya kelak Jika anak itu mengenal dunia percintaan dibanding mencintai Allah dan Rasulnya Tapi salahkanlah AKU Karena tidak tegasnya dalam kataku Salahkanlah diriku sebelum terlambat  Karena nanti sesal jadi kalimat menyayat Bukankah, "... zina, sutra, khamar, dan alat-alat musik ...," suatu saat akan dihalalkan pada segolongan orang? Bukankah kita bukan segolongan itu? Yah, kita adalah segelintir lain dari golongan itu, sayang! Kendari, 08 April 2020 d4nosaurus

SELASA

SELASA (Bt : Habibati) Suatu saat nanti puisiku tak akan ada lagi Tapi tak akan kubiarkan engkau menyendiri  Jejak rinduku akan turun bersama hujan di kemudian hari Suatu ketika kata-kataku akan hilang oleh masa Namun tak akan kubiarkan engkau berduka Rintik air akan membilas segala bahasa cinta Besok, lusa, tulat ataupun tubin engkau tak akan bisa menemukan tawaku lagi Tapi tak akan kubiarkan engkau bersedih Dalam baris-baris puisi ini tak henti-hentinya engkau kucari Suatu hari nanti pikiranku tak membekas di mana-mana Namun aku tak ingin engkau mengeja waktu dengan beribu rasa   Aku yakin Tuhan akan menuntun dirimu meski  aku tak ada lagi seperti di hari Selasa Kendari, 07 April 2020 d4nosaurus

DAPUR

DAPUR (Bt : Habibati) Ada yang senantiasa melukis asap di dapur  Mengukir nasi dan sayur di mangkuk meski tak lagi berpupur Menangisi berlembar-lembar kulit bawang dalam dukanya Atau menertawai diri karena mengajari🎏 ikan berenang di pancinya Akan ada seseorang betah berdiri memanaskan wajah Berjalan mondar-mandir sambil merapalkan ayat-ayat rempah Di candi di tempat ia bersemedi hangatkan doa, piring dan gelas berbunyi tanpa kenal lelah Memanggil jiwa-jiwa kelaparan yang jauh berkelana karena resah Ada yang senantiasa berdiri di sana menyalakan api Atau sekadar memberi segelas air dengan senyuman di pipi Kendari, 07 April 2020 d4nosaurus

SENIN

SENIN (Bt : Habibati) Engkau seperti hari Senin Hari-hari panjang dan gemesin Detik demi detik seakan tak ingin berjalan Bagai dirimu yang tak mau pergi dari pikiran Pekerjaan numpuk bah sampah tertampung Layaknya rindu kini semakin menggunung Pagi hingga sore tenggelam dalam berkas yang panjang Begitulah dirimu buat aku karam sekaligus melayang Meski tak sempat menelepon mencari tahu Yakinlah sayang dalam sekejap kita sudah bertemu Segera selesai Seketika itu sampai Kendari, 06 April 2020 d4nosaurus

AHAD

AHAD (Bt : Habibati) Sayang biarkan sejenak aku di sini Meluruskan tulang dan hati ini Jangan pergi dulu Butuh dirimu di kepalaku Sambil dengarkan rintik hujan  Daun tangkai pohon kebasahan Biarkan aku bermanja  Dibelai mesra Kitalah abadi, kau tahu? Yang fana adalah waktu Aku pernah baca begitu Dan sekarang aku yakin hal itu Jadi, biarkan aku baring berapa abad Habiskan waktu di hari Ahad Kendari, 05 April 2020 D4NOSAURUS

JENDELA

JENDELA (Bt : Habibati) Kubayangkan engkau secangkir kenikmatan di sore berhujan Dan aku adalah greonggang leher menghirup segala kehangatan Akulah angin yang meniup tangkai bungamu di halaman rumah Lalu berjatuhan aku menangkapmu dan menerbangkan ke udara Engkau pula rerumputan menghijau basah oleh air yang terguyur Karena akulah tanah tempatmu bertumbuh jadi subur  Akulah selokan tempatmu mengalir tanpa resah Kan kupeluk seluruh riakmu lalu kita menjadi basah  Aku inginkan engkau menjadi jendela jiwaku Darinya tak puas-puas kupandangi halaman rumah kita saat hujan datang merayu Kendari, 04 April 2020 D4NOSAURUS

KAMAR

KAMAR (Bt : Habibati) Kamar ini banyak menyimpan rahasia Segala derit dan jerit diredam di dalamnya Hingga dingin diam-diam menguping Gelap merayap di sela pintu jendela hening Hanya suara 🐸 katak di luar sana berkata-kata tanpa henti Dan kita hilang di dasar mimpi hingga pagi Kamar ini seperti dirimu sayang Akan selalu damaikan lelah yang panjang Kendari, 04 April 2020 d4nosaurus

SABTU

SABTU (Bt : Habibati) Di halaman rumah berkerikil berbatu Selembar daun hatiku terselip di situ Sabar sayang, sebentar dulu Biar aku pandangi langit biru Rasakan belaian rindu Dan angin merayu Pikirkan dirimu Di hari Sabtu Kendari, 04 April 2020

SORE YANG TIDAK BIASA

SORE YANG TAK BIASA Sore ini hujan membasahi jalan beraspal yang sepi. Panjang tanpa kelok Pohon meneteskan air dingin dan sesekali mobil memercikkan genangan Di ujungnya ada suara angin menerbang namamu Semakin jauh kuberjalan semakin bergema ia di ruang jiwaku Hingga akhirnya tersadari kini aku berjalan ke arahmu dan suara itu adalah hatiku yang bergaung di setiap lorong-lorong sel darahku Bt: hbbt//D_24/04/2019

AKU INGIN MENJADI ANGIN

Aku ingin menjadi angin yang tak lelah mengelus kelopak wangimu jika engkau sekuntum bunga di pagi hari Menjadi mentari membagi hangatnya demi melihat engkau mekar pertama kali dari kuncupmu Jadi embun yang jatuh bagai salju membentuk bulir-bulir air di tiap kelopakmu di sebuah pot di depan jendela seorang tua Hujan yang akan membasahi dengan penuh kesyahduan di malam di taman ketika pagi itu orang lalu lalang kedinginan engkau tersenyum penuh kesegaran Ijin kan aku memetikmu dengan santun lalu meletakkan di vas di meja ruang tidurku yang mungil hingga aku terlelap Biarkan rambutku memutih dan kelopakmu berguguran karena waktu yang tak abadi dan kita yang setia Biarkan saja aku menulis ini di selembar kertas surat dan menyelipkan di buku catatanmu saban hari hingga suatu ketika ia terjatuh dan membacanya dengan hati yang tak tentu Karena mungkin saat itu akupun melihatmu tersenyum manis seperti bunga di taman di dalam hatiku Bt: hbbt//D_24/04/2019

AL SYAMS

Al Syams Mentari Sinar menari Udara panas terbakar  Menusuk susup  ke akar Hujam tanah gerak fatamorgana  Wajah-wajah beradu dosa Kaki-kaki bejat  Maksiat  Inikah gambaran neraka jahanam Tubuh terpanggang terajam Manusia berdosa Pendosa  Lalai 

AKU MENCINTAIMU

AKU MENCINTAIMU seperti bulan menerangi malam dalam ibadahnya lalu pasrah pada bintang kejora pada Illah.  Aku mencintaimu sebagaimana mentari pada siang dalam doanya lalu berserah di senja kala demi sujud di Barat pada Rabbnya. ABU NAFISAH KDI, 22 APRIL 2018 06 Sha'ban 1439 H 

MENJADI TANAH

Menjadi Tanah Aku akan terus menjadi bayanganmu meski sebaris titik hitam pada tonggak kayu Menghunus kuat di perut bumi, mencengkram dalam dan mengakar Menjadi karang di lautmu bertahan di pantai tempat gelombang bermuara Meski terkikis asin dalam keterasingan pandang Aku ingin menjadi pohon rimbun tempat buah berbunga serta serangga bercengkrama bebas Meski hujan datang membadai menggoyangkan resah batangmu AKU . Aku ingin menjadi waktu tiap saat mengitarimu Meski raga lapuk termakan rayap hingga tak lagi berbentuk jadi tanah 27 Agustus 2018 D_

HABIBATI

Habibati Engkau adalah puisi yang belum sempat tertulis Lembaran kertas yang menanti aku sebagai pena 'tuk merangkai kata Sejarah masa depan yang akan menjadi masa laluku Tentang kisah kasih yang akan menjadi novel di masa lain Meski ribuan paragraf mengulang kata kesedihan namun engkaulah kebahagiaan di bab akhirnya Engkaulah sebuah koma, dalamnya berderet huruf tentang kita Berharap hadirmu keindahan itu sendiri terbaca meski tak terkatakan Bahkan dalam tiap halaman buku itu akan tertulis namamu namaku bahkan nama anak kita Kitalah karya Tuhan yang paling megah cerita sejati yang takkan pudar meski kita bukan lagi sebuah kata-kata ..., bukan lagi sebuah kata-kata .... 27 Agustus 2018 D_

ADINDA

Adinda Biarkan aku bersemayam dalam gelung hitam rambutmu Bagai batu cadas di dasar telaga terlelap jauh dan menghilang Atau sekadar menidurkan lelah dalam curug lembahmu Adindaku sayang Diantara bukit terjal dan pepohonan cinta ada hamparan rindu yang kian menggunung Resah gelisah di sepanjang hutan belantara ini mengalir sungai berair jernih Jika engkau menelaah lebih jauh airnya berasal dari dua mata air asaku Kesemuanya akan bermuara ke laut di mana cintamu bermukim Jika engkau ridho beribu ekor ikan akan berenang bebas di dalamnya Beberapa nelayan dengan senyum yang amat manis datang ke pondok pondok mereka Anak-anak mereka akan tertawa bahagia dengan hasil tangkapannya Lalu istri-istri mereka akan menjatuhkan air mata cinta mendaratkan pelukan ke pundak-pundak sang perkasa Adinda oh adinda Biarkan aku menjadi pemerah bibirmu yang senantiasa kau kecup, menempel tanpa jemu Izinkan aku menjadi bulir-bulir keringatmu tergelincir di atas kulit putihmu yang ranum Senant

PERJALANAN

Perjalanan  (Buat E) Ketika roda berputar Hanya aku dan kamu  Tangan melingkar Terasa hangatmu Bukan jalan gelombang Jemari cengkram kuat Namun hati kembang Karena bahagia mencuat Tiada sepasang merpati seperti ini Terbang di jalanan tak bertuan Susuri hutan kian kemari Seakan dalam lukisan Meniti hidup tak ingin redup Menancap asa segala rasa Hingga waktu tak lagi letup Digiring sore kian senja 24 September 2018 D_

DI MEJA MAKAN KITA

Di Meja Makan Kita (Buat Habibati) Bibirku mengunyah bibirmu Sejumput nasi masih di tangan Lelah terpaku. Menunggu Ikan, sayur kangkung Sepiring kecil lombok cobek Terhenti sejenak. Ditikung 24 September 2018 ( D_ )

RINDU TAK TERTEPIS

Rindu Tak Tertepis Sejenak aku ingin menjadi malam Dalam gelap kucumbui bibir kelam Memeluk rembulan meski sebatas sinar Lalu rangkai bintang wajahmu binar Tiba-tiba aku ingin menjadi raja di hatimu Bersanding dalam kerajaan ragaku Seterang cahaya bersinar di langit Seperti itulah renjana di dada kian sengit Lalu aku tersadar dalam angan Kita hanyalah dua gumpalan awan Mencoba menahan tangis Kala hati kian rindu tak tertepis Bt:hbbt D_31 Desember 2018

RUMAH

Rumah Di dadamu aku berlari Dari penat sehari Jari jemari halus bertuah Mampu lunakkan jiwa Lalu terlelap Dari dunia yang kalap Kendari, 28 September 2018 D_

KAMPUNG HALAMAN

Kampung Halaman Jalan lapang dan berkelok ini adalah rambutmu yang panjang dan elok Ujungnya adalah rumah masa lalu yang telah lama tanggal dari waktu tak ingin tinggal lebih lama karena hari pun turut berlalu jadi dahulu Masa kekanak kini pudar seakan berenang di bola matamu datang bagai gelombang purba lama mengembara Masih terdengar suara anak-anak di sesela bambu masa lalu, lalu engkau mencari-cari, namun hanya ada aku di pangkuanmu. Anginnya masih sama seperti dahulu katamu namun kini lebih hangat karena  ada aku di sisimu Airnya setiris embun di pagi buta meski tak tak lagi meniris air mata di malam kelam karena kita menghapusnya dengan senda gurau belaka Suara adzan masih menyentuh dinding dinding kamar yang menggigil oleh kantuk Atau bunyi-bunyian besi yang dipukul oleh santri jaga malam kadang mengejar tahajud disenyap pohon cemara Aroma masa lalu bagai cerita mengulang di jam jam yang berdetak mundur seakan menolak berdetik ke depan Namun kenyataan tak pernah mau me

DI DAPUR KITA

Di Dapur Kita (Buat Habibati ) Selalu ada tangan yang melingkar dipinggang Merehatkan sejenak penat di lengkung lehermu yang jenjang Sementara jemarimu bergerak bahagia di atas piring dan gelas Kudengar dentingannya bernada cinta antara sabun dan air yang tak lagi cemas 27 Agustus 2018 D_

UHIBBUKI FILLAH

Uhibbuki Fillah (Buat E, doa yang kupanjatkan sepanjang waktu) Bayangkan aku rerumputan merayap menampung tiap kuntum merahmu. Beri warna hari yang tak pernah pudar di antara cokelatnya tanah lalu hijaunya dedaunan. Reranting kecil layaknya jemari rinduku yang takkan mampu melepas kebas rimbunan mekar bunga hatinya. Bahkan angin dan burung terkadang menggoda disesela sepoi teduhmu. Kudambakan engkau rumah berpintu merah berjendela biru yang selalu kutiupkan hawa segar di ruang-ruang sepimu. Akulah jejak yang akan meratapi segenap ubin dan tembok, menelusuri kamar bersprei biru. Lalu sajadah terbentang ke arah Barat ketika cintamu bersujud sepanjang waktu. Begitu pula cintaku terhanyut dalam lantunan surat yang kita baca bersama atas nama Allah. 27 Agustus 2018 D_

JEMURAN

Jemuran Entah berapa lama lengan ini menjadi gantungan baju Sementara engkau tak ubahnya abaya panjang dan baru Engkau dengan segala kisahmu, canda, manja dan rindumu Bergoyang seirama nyanyian angin yang datang tak ubahnya candu Hingga tali jemuran tak kuasa menahan cemburu Demi kita yang bergelayutan di udara bebas saling deru 27 Agustus 2018 D_

LELAKI

LELAKI. Lelaki yang berkejaran di dalam benakku kini berdebat hebat. Ia bukan lagi jiwa liar di sudut-sudut jalan yang tersudut oleh persimpangan dan penyimpangan. Jalan hidupnya hanya mempertanyakan sebuah tanya tanpa jawaban yang pasti dan musti terungkap . Pikiran dan prakiraan memenuhi segenap harap sekaligus ratap. Kaki-kaki yang keras seakan menendang segala cadas meremas hingga tandas. Kepalanya tidak lagi berisi selongsong peluru yang kosong melompong. Seluruh hidupnya luruh pada satu perihal yang berputar di akal. Mengarah pada arah yang tidak mungkin tidak buat dipersoalkan. Hingga dibuatnya gamang remang meradang. Dalam sujud yang panjang dan tenang ia hanya meminta dan berdoa sebuah ampunan dan sebuah jawaban. 'Apakah ada khusnul khotimah diakhir perjalanan ini?' Bisiknya lirih dalam diri seperti pencuri yang takut ketahuan sedang beraksi di depan korbannya. (IBNU NAFISAH, Kdi, 20 April 2018, 03 Sha'ban 1439 H) 

BELAJAR NGAJI

Belajar Ngaji Alif--     baa--      taa--      tsaa-- Lidah terbata terasa Teraba asa Bahasa Jiim--    Haa--   Khaa--   Daal-- Bibir berucap gandal Huruf-huruf badal Mengganjal Dzaal--    Raa--   Zaay--   Siin-- Amsal lautan berasin Kekata kek awin Terjalin Siin--  Syiin--  Shaad--  Dhaad-- Meski sukar kuberdoa Pandai membaca Mengeja Thaa--   Dzhaa--  'Ain--  Ghain-- Berikan ilmu kepandaian Indahkanlah lisan Bacaan Faa--   Qaaf--   Kaaf--    Laam-- Bagai samudera dalam Timbul tenggelam Menyelam Miim--  Nuun--   Waau--  Haa-- Bak mencintai gerha Selalu rindu Merandu Lam   Alif--    Hamzah--   Yaa-- Allah maha kaya Berkahi doa Upaya IBNU NAFISAH Kdi, 18 April 2018 02 Sh a'ban 1439 H

MENYERAH

Menyerah Daun yang tabah takkan bertahan pada tangkainya_ Tempatnya tumbuh bermekaran Ia pasrah pada angin pada hujan pada tanah yang merengkuhnya_ Begitu pula aku pada Mu IBNU NAFISAH Kdi, 16 April 2018 29 Rajab 1439 H 

TAMADHAR BINTI AMRU BIN AL-HARIS BIN ASY-SYARID

Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid Medan perang bagai membara Koarkan keringat darah Hidup sekali  Mati Pergi Jemput pagi Jangan lari darinya Sembunyi bagai bunyi hampa  Sekali 'allahuakbar' maka terjunlah Engkaulah debu menggila Pedang menyala  Bahana  Syahidlah  Bagai shahabiyat  Membela agama Allah  Bagai maut kemudian wafat Meski tulang-tulang menjadi duri  Tubuh-tubuh kita terhempas  Tanah-tanah tercuri  Terampas  Terlupakan  Bunga bermekaran  Manis roti memabukan  Bahkan air tiada terasakan IBNU NAFISAH  Kdi, 14 April 2018  27 Rajab 1439 H   

SEBUAH TEMPAT BERNAMA AL QUDS

Sebuah T4 Bernama Al Quds Kita sama berlari siang Bedanya senjata itu Serta liang Batu Kalian lempar gas peluru Kami bertakbir berdoa Bagai pemburu Memangsa  Kematian adalah jalan syahid  Sesuatu yang dirindu  Terasa pahit  Madu Kami menunggu di Ghouta  Datanglah di sana  Kita berpesta Bersama  Banyak daging yang terhempas Tulang kian berserakan  Kau bernapas  Kelaparan  Setelah berkhianat dulu sekarang  Perselingkuhan kini meradang  Sebagaimana karang  Menantang  IBNU NAFISAH  Kdi 09 April 2018 

TETAPLAH TERSENYUM

Tetaplah Tersenyum Kita telah lama jadi debu, asap, darah, dan air mata. Mereka menghadiahi kita dengan peti-peti kosong. Tapi kita cuma mengambil kain kafan. Untuk anak tetangga yang kemarin sore, kakak atau adik dan kerabat. Aku sengaja tak menyebutkan nama orang tua kita, karena wajahnya pun mereka hapus dalam hitungan detik. Kita telah lupa rasanya tidur nyenyak dan bangun dengan membuka kaca jendela di pagi hari. Karena mereka telah mengambil kamar kita. Lupa rasanya makan dengan perut kenyang, minum dari mata air yang jernih. Karena mereka telah bersusah payah meratakan daratan. Kita telah bosan melihat darah dan airmata. Lalu mereka jengkel melihat senyum yang masih bertahan meski napas tiada lagi di rumahnya. Hanya Dhouma masih mereka beri buat kita. Itupun berbaik hati dengan mengganti udara buatan, hingga beberapa dari anak dan dewasa lebih cepat bertemu Tuhannya. Mereka bisa saja mengambil ingatan tentang orang-orang yang kita sayangi. Harumnya bunga, rasa roti di pagi

SEKUMPULAN

Sekumpulan Ketika waktunya adzan tiba Suara seterang kandil Mengalun purba Memanggil Terkasih Membujuk rayuan Merindu layaknya kinasih Membuka raudah seluas buaian Ketika waktunya telah lewat Sinarnya berlalu senja Warna semburat Mengeja Wajahmu Dinding membeku Hatimu membatu terpaku Serupa gunung himalaya tergagu Bukankah engkau sebagian darinya Orang-orang menolak cinta Kasih sayang-Nya; Surga Sekumpulan Segolongan mereka; Fir'aun dengan kekuasaan Haman, Qarun dengan hartanya IBNU NAFISAH Kdi 08 April 2018

TIGA RATUS PEDANG

Tiga Ratus Pedang Sesaat aku akan pergi Langit berwajah kelabu Sesekali gerimis di atas perigi Mengalirkan sesak di dada kian menggebu Juga guntur yang mengguruh Desahan lirih napas kian tersesat Saat itu kau bisikan kalimat indah pada ruh Namun itu bukan hal yang mudah, itu berat Sesaat aku akan pergi Sesuatu menusukkan pedang ke tubuh Perih dan nyerih berulang kali Sekali lagi lagi lagi hingga menyerbu Tiga ratus tusukan mata pedang Menghujam dalam sekali waktu Tak henti hingga napas meradang Juga terhenti jadi beku IBNU NAFISAH Kdi 03 April 2018 

TIGA HAL

Tiga Hal Siang itu di bawah rimbun pohon durian, rambutan dan kelapa  Ada yang mencoba ingin melupakanmu  Mereka tidak ingin berpikir seperti itu tapi akhirnya waktu jua berkata  Awalnya dibuatkan sebuah rumah buatmu  Tempat tidur yang nyaman dan sejuk dengan jendela yang langsung menatap pepohonan  Halaman yang sangat lapang hingga bisa berladang  Jika malam tiba atapnya akan menampakkan bulan yang rupawan Dengan binatang-bintang menempel bagai manik-manik saling melintang  Ketika waktunya untuk pergi dua lainnya meminta pamit  tanpa bisa engkau cegah  Dengan berat hati mereka berlalu begitu saja dan berjanji akan datang lagi Lalu satu dari ketiganya berada di sampingmu seraya berbenah  Menatapmu seolah-olah ia meminta ijin agar kau membawanya sampai mati  IBNU NAFISAH  Kdi 01 April 2018 

DUA PUISI YANG TAK AKAN DITEMUKAN DI SURGA

Dua Puisi yang Tak Akan Ditemukan Di Surga #Cemeti Bila manusia diberi hidup  Kekuatan yang tak mudah redup Di tangannya berubah besi Juga setangkai cemeti  Serupa ekor sapi Di matanya membakar bara api Dengannya kenikmatan bersarang Membekas di kulit seseorang  Luka darah luka darah menetes  Membekas bahkan setetes  Luka di kulit akan mengering  Luka di hati duka menjaring  #Perempuan  Dalam bola mataku tertawa riang  Rambut panjangnya terngiang  Di sepanjang reka tubuhmu gelora menghujam Membanjiri setiap jengkal kesumat dendam  Bila bersuara nampak menawan  Jika berpakaian laksana bulan tak berawan  Berjalan dari ujung mata ke hatiku yang binal  Berlenggak-lenggok bak unta dahaga yang banal  Hingga aku tertawan dalam penjara dunia Lalu bumi tempatmu surga 'nusia  IBNU NAFISAH  Kdi 30 Maret 2018 

MUSIM SEMI

Musim Semi  Di waktu di musim semi Helai jatuh bagai angan-angan Di ranting tangkai tertiup sepi Oleh wajah penuh bayang-bayang  Maka tak tahukah kamu  Segala getah akan luntur Di bawah sujud ikhlasmu  Sebagaimana dedaunan gugur IBNU NAFISAH  Kdi 28 Maret 2018 

INGIN KUTULIS KATA CINTA

Ingin kutuliskan kata cinta Namun tanganku tak kuasa Pun bibir berucap  Lidahku keluh mengecap  Cinta manusia sebatas lilin  Habis malam sumbu terpilin  Hilang pula pelita  Redup tanpa cahaya  CintaMu tak terbaca langit Pun terukur lautan alit Gunung berakar hingga ke bumi Jua tak mampu melingkupi  Lalu bagaimana harus berkata  Sedang Engkau begitu maha segala Tiada yang sebanding Engkau  Karena seujung kukupun tak terjangkau  Meski aku bersayap  Kepakan pun tak setinggi harap Walau bersirip  Dalamnya cintaMu takan terselisip  Jadi bagaimana mungkin mengatakan cinta pada yang lain ....  IBNU NAFISAH  Kdi, 10  Maret 2018 

DI SUATU WAKTU DI ENTAH

Di suatu waktu di entah Mungkin di antabarantah Kita pernah mulai berkata-kata Bagai lampu diskotik di kota-kota Banyak cerita jadi berita Ada gelisah dan derita Kumpul kayak ketoprak Saling labrak mendobrak Kini kita berada di persipangan Petunjuk arah bergelimpangan Kau masih merakit dada yang sakit Sementara aku bangkit meski pahit Jejak-jejak musafir di padang tandus Tertutup debu mata tak tembus Adalah anak yang hilang nan malang Keluar dari jiwaku kembara dan calang Aku mulai bertakbir saat bayangmu hadir Doaku bertabir ketika garangku nadir Aksara tumpul jika jiwa sujud berkumpul Lenyap dari dunia bagai asap mengepul Lalu masih samakah aku yang dulu Ketika sadar hari semakin lusu Tiada tempat bersilat lidah Bahkan sekadar mengumbar gundah Sebuah tanya : masih sama yang dulu? Kau tahu jawabnya meski kubisu Karena suhu air membatu Karena waktu diri membeku IBNU NAFISAH 04/03/ 2018

14 JUMADIL AKHIR 1439

14 Jumadil Akhir 1439 Suatu subuh kautemui purnama Bulatan penuh berpendar melayang Sewarna perak gerakan hati pertama Hingga bibirmu bertasbih mengembang Ia hanya sejarak mata memandang Tapi tak jua mampu tergapai Hanya bayang memantul meradang Di pekat fajar bagai manik cerpelai Cahyanya banjiri tubuhmu Kauhirup dengan penuh keagungan Sejenak kauterpukau membeku Tersadar diri penuh keremangan IBNU NAFISAH Kdi, 02 Maret 2018 

AL ASR

‌Al Asr DEMI MASA Waktu Detik bergulir Segala juga sesuatu Membuat kita terlena. Terjungkir. Hingga bodohnya kita. Tersadar. Daun satu-satu melayang Senja bersandar Meremang Sia-sia Betapa kerugian Menggulung dada manusia Karena esok tampak bepergian Tinggal kenangan sesal kecewa Mengendap meraba derita Tangis tertawa Semata Sungguh Waktu bergulir Masa tak merengkuh Semua akan terus mengalir Tiba-tiba maut datang menyapa Malam hanya kegelapan Hitam menyala Penyesalan Ibnu Nafisah 25 Februari 2018

TERAS

TERAS (Bt : Habibati) Aku hanya ingin duduk berdua di depan rumah kita Seperti sepasang kursi yang mulai reot dan renta Melukis bunga Nusa Indah dan rerumputan tumbuh di halaman Habiskan secangkir malam berdua lalu mengenang pengalaman Membaca bahasa tubuhmu yang gemulai saat berkata-kata Atau sekadar menulis hal-hal lucu ke dalam tawa Aku hanya ingin menjagamu sepanjang malam Seperti teras rumah kita berpeluk pilar pualam Kendari, 03 April 2020

PINTU

PINTU (Bt : Habibati) Kemanapun aku pergi pasti akan kembali Aku terlanjur mencintai hangatnya rendaman kaki  Kukuku bersikukuh agar bisa bertemu Bulu ketiakpun merangkak kabur karena jemu Wajahku cemberut berkerut menanti belai darimu Ototku kaku beku jauh jemarimu Lidahku kelu rindukan makanan kesukaannya Dan seluruh tubuhku rubuh karenanya Kaki-kaki ini pasti akan pulang jika aku kelana Karena engkaulah pintu yang selalu terketuk di jiwa Kendari, 03 April 2020

JUM'AT

JUM'AT (Bt : Habibati) Hari ini aku akan berada di dekatmu lekat Kare na esok adalah kemuskilan yang pekat Melihatmu memetik sayur dan nasi menguap diudara Sementara anak kita kau dekap tanpa suara Jumat kali ini biar aku menjadi imam bagimu Karena Corona menjauhkan masjid dariku Hari ini ingin kujejaki setiap senti tubuhmu Mengukur berkilo-kilo panjang rambutmu Hari ini biar kita berulang-ulang nemu maut Berpeluk erat habiskan waktu saling berpaut Kendari, 03 April 2020

KAMIS

KAMIS (Bt : Habibati) Akulah si pengemis Berilah sedikit receh di hari Kamis Senyuman yang menawan tak apalah Sedikit lirikan malu terasa mewah Meski engkau tak berkata ketika melintas Namun hadirmu yang paling pantas Engkau memang tak beri apa-apa Tapi wangimu tertinggal tak mengapa Berjalanlah anggun dengan jubah menjuntai Bagiku itu adalah sedekah yang mengintai Tak perlu beramal di hari gerimis Karena elok hatimu yang paling manis Kendari, 02 April 2020

RUMAH

RUMAH (Bt : Habibati) Aku datang sebagai pengelana Tak tahu entah kemana Padang-padang nan luas Tempat-tempat buas Hujan kadang berganti panas Malam dan siang yang ganas Dahaga serupa hantu di bibir pantai Lapar seperti rindu yang tak sampai Lalu kau datang menawarkan segala Untuk merumahkan lelah mendera Bergelung ditangkai rambut semata Jadi kekasihmu setia sekata Selimuti aku dari duka nestapa Baluti luka yang masih terbuka Karena engkaulah gubuk dalam lubuk hatiku Pula rumah yang ramah bagi jiwaku Kendari, 02 April 2020

RABU

RABU (Bt : Habibati) Aku ingin katakan cinta sebagaimana ombak menyentuh bibir pantai Berulang-ulang menyapu pasir tiada henti di tepi yang landai Ingin pula rasakan panas asmara amsal kayu senggama api hingga mengabu Terbakar gelora tiap saat mengadu tanpa ragu-ragu Juga rindu yang menggebu-gebu digulung awan lalu bersemi ketika hujan  menderu Puaskan hasrat yang tandus membuas kala kemarau membiru Inginkan engkau jadi hari selalu bersama dirimu disetiap napas hidupku Seperti daun pada tangkai hadirkan bunga di hari Rabu Kendari, 01 April 2020

HUJAN

HUJAN (Bt : Habibati) Mestinya aku tahu engkau hujan  Saat seluruh tandus terhapus segan Tanah dan pepohonan bersuka cita Bunga-bunga mekar dan burung bercinta Jalan-jalan beraspal mengasap di cakrawala Aroma petrikor memenuhi bimantara Sawah dan ladang menjaring kasih pada derit air saling berpaut Sungai pun menyampaikan rindunya pada laut Awalnya engkau gerimis sahaja Namun kini renjana meluap di dada Kendari, 31 Maret 2020

HUJAN 2

HUJAN 2 (Bt : Habibati) Oh kekasihku kidung kinanti Lama sudah engkau kunanti Kini datang serupa hujan rindu Basahi ladang hati terkesiap melindu Segala resah gelisah segera tercipta Kini sirna pupus terhapus belaka Aku luruh seluruh tubuh rubuh Ketika jatuhmu menyegarkan subuh Aku ingin jadi dedaun ketika rintik menggema Merasakan deru rinaimu gelitik menggoda Hi ngga menetes didenyut rumput halaman rumah Tersaput dedaun oleh kemarau lama menjamah Engkau deru hari lama kucari Kini pelukku erat menetes di sesela jari Kendari, 01 April 2020

SORE

SORE (Bt : Habibati) Tahukah engkau sayang aku tak ingin lepas waktu lekas lalu Sebagaimana siang selalu jadi dahulu dan sore akan berlaku Engkau lihat di cakrawala kini tak ada senja Hujan datang sebagai teman ingin mengajak canda Di barat ditempat biasa kita habiskan rona merah  Kini hanya nampak kelabu dan dingin datang menjarah Aku tak dapat menceritakan tentang warna indah menawan Tapi aku hanya bisa mengingat senyummu yang rupawan Rupanya sore kali ini sungguh tercabik dari penaknya Namun tidak dengan mu ia akan selalu hadir dalam benakku Kendari, 31 Maret 2020

SIANG

SIANG (Bt : Habibati) "Berjemur di atas jam 10 pagi hingga siang dapat cegah virus Corona?" Tahukah engkau sayang hatiku takkan lelah meski matahari merona Cintaku tetap tercipta meski hari tak lagi ada Rinduku akan jadi candu jika engkau tiada Aku tak akan pernah takut kulitku hitam dan mengering  Tapi perih kian akut bila engkau jauh dan gering Hingga suatu saat di jam 11.19 aku masih berjemur  Dan kau berada sejauh 8,5 kilometer dariku namun kita seakan selumur Membayangkan bayanganku adalah dirimu seorang Dan siang ini berlalu tatkala aku padamu bersarang Kendari, 31 Maret 2020

PAGI

PAGI (Bt : Habibati) Apa yang bisa menerjemahkan pagi Layaknya mentari pribadi kau tak mudah terbagi Engkaulah udara subuh pertama kali kuhirup Sinar kuningnya sentuh wajah tuk kembali hidup Awali hari dengan bisikan cinta bah burung diranting kenanga Seakan akulah tangkai jadikanmu gairah di dahan berbunga Amsal embun di bibir daun dikau segarkan rasa dahaga Lumat segala resah kemarin datang berjelaga Tak ada mampu tandingi pagi Pelan-pelan endap masuk ke ruang hati Membawa hawa semesta di dada kinasih Basuh sukmaku bagai ciuman sang kekasih Pagi ini aku menjamah pagi sekali lagi Sejak itu rasanya tak ingin lari dan pergi Kendari, 31 Maret 2020

MALAM

🌃 MALAM (Bt : Habibati) Sayang, engkau tahu apa yang menyedihkan dari malam? Ketika bulan dan bintang tenggelam Langit seakan tak lagi berpenghuni Hanya dingin menusuk bagai belati Semua berubah layaknya lautan dalam Dan bumi bagai kapal yang akan karam Begitulah jadinya aku tanpa dirimu Duduk menyendiri di sudut ruang tamu Mereka-reka sedang apa engkau di sana Akhirnya pikirku mendapatkan dirimu amsal kelana Meraba-raba wajahmu dalam bayang baka Tak jua menerangi sepi tak bertepi belaka Sayang, jika malam ini bulan dan bintang tak datang Mungkin aku hanya langit gelap yang rayap dari senja ke petang Kendari, 30 Maret 2020

TANAH

TANAH   (Bt : Habibati) Akulah petani memanggul cangkul di pundak. Hendak ke kebun di puncak berundak. Tika musim tanam akulah biji mukim di lahan rahimmu. Kan tunas dalam tubuh bumi saat subuh embun beku. Aku memelukmu mesra dengan akar-akar cintaku. Kupuaskan pucuk mudaku membuas darimu. Tika panen tiba kugugurkan daun randu. Agar kita saling kubur rasa rindu. Biar batang pohonku lintang di punggung gunungmu. Hingga di padang ladang kita jadi satu bertemu. Tetaplah jadi ranah nan ramah bagi semesta. Tempat berpulang duka dan luka dari laku di luar sana. Meski hujan tumbuhkan hutan di wajahmu. Ingatlah aku petanimu sigap siangi segala resah tak jemu. Kendari, 30 Maret 2020 

API

🔥 API (bt : Habibati) Di hujan malam itu inginkan engkau jadi 🔥 api dalam lingkar kolam lilinku. Semburat cahayanya menenangkan nyenyak tidurku. Menikmati sinarmu penuhi ruang-ruang gelap dalam hatiku. Lalu cairkan udara yang mulai  beku. Dalam keremangan sayup-sayup sinarmu bergerak membentuk siluet di tembok rumah kita. Akulah serangga yang ingin terjerat dalam hangatnya panas cinta. Rela terbakar olehmu dalam bara asmara. Sebagaimana batang lilin yang pasrah jadi cair dan kaku karena gelora. Akulah sumbu yang akan setia membiakkan engkau jadi nyala. Lalu aku abadi jadi abu dan engkau jadi asap nantinya. Kendari, 30 Maret 2020

UDARA

UDARA (Bt : Habibati) Ketika lihat dirimu pertama kali, dada ini tak lagi sesak. Segerombolan oksigen tiba-tiba penuhi paru yang lama nyesak.  Kata seorang dokter mungkin aku mengindap asma. Atau mungkin pula butuh selaksa asmara. Katanya, "Berhentilah menjadi ruang kosong. Sebentar lagi uban keluar dan gigi ompong". Hingga aku tak ubahnya jadi kulit berbulir keringat. Kaupun datang seperti pusaran angin berkelebat. Engkau duduk bergeming menanti. Wajahmu berseri dengan jubah indah bagai mentari. Akhirnya aku tahu tulang rusuk sendiri. Ia tepat di depanku layaknya ratu, menyendiri. Dan aku datang bagai ruang kosong nan hampa. Kau seumpama udara yang mengembara. 29 Maret 2020

AIR

AIR  (bt : habibati) Seharusnya aku tahu engkau air. Dari awal jatuh menetes mengalir. Penuhi wajahku saat pertama kali engkau merintik mencair. Menjadi hangat dalam gelasku ketika pagi itu berangin. Mengisi piala-piala yang telah lama kosong dan dingin. Bersemedi di ruang bah beringin. Engkau serupa haus buas diujung siang mengganas. Membasahi geronggang leher tepat dahaga memanas. Ketika kulkas terbuka engkaulah sebotol embun menunggu diteguk dengan puas. Dalam gelasku engkaulah bening. Meski menyusup ke dalam ragaku hening. Namun cukup sudah menjawab tanya segala pening. 29 Maret 2020

DUHAI GADISKU

Duhai gadisku yang bersemayam malam Kusebut namamu disetiap doa melalui diam Atau menuliskan harapan di atas rindu yang bungkam Lalu menggambarkan dirimu dalam pendam Mungkin aku hanya ingin menidurkan resah Kadang bertiup di lorong-lorong pikirku mendesah Tentang dahan-dahan pohon jiwa mulai  menjelajah Lalu menghuni rumah-rumah hatimu kini kian betah Bt: hbbt 12 Januari 2020

KICAUAN CINTA DALAM HATI

Kicauan cinta dalam hati Bt:Hbbt Entah burung apa yang kini bernyanyi dalam hati Di antara kelopak bunga warna-warni Lalu sinar pagi memancar sehangat seindah hari Coba jelaskan gerangan apa ini sebenarnya Ketika aku menatap matamu nampak genderang membahana Seakan terhirup masuk ke dalam lubang yang mungkin engkau sebut cinta Aku hanya ingin menuliskan ini pada secarik kertas Yang akan kau sebut puisi lalu membacanya sekilas Namun senyuman tertahan hingga tidurmu pulas KDI, 20 September 2019

BIDADARI

BIDADARI Apakah kau pernah melihat bidadari? Apakah iya bagian dari malaikat? Atau dari jenis lain? Aku pernah melihatnya Aku tak tahu kalau itu berhubungan Tapi yang jelas bidadari yang ada di kepalamu Mungkin sama dengan di kepalaku Seorang wanita berakhlak baik Bertutur kata menyejukkan Tersenyum ramah Terpenting ia selalu membuat hati kita tenang dan senang Menciptakan kebahagiaan dan keceriaan Aku memiliki seorang diantaranya Ia telah melahirkan keturunan buatku Engkau jangan iri mendengarnya Atau tak mempercayainya Jika itu engkau lakukan Mungkin saja engkau belum bertemu dengannya Kendari, 26 Maret 2020 DN

SESAL

Sesal ... Dan akhirnya kita akan KEMBALI_                      Pada kata yang itu-itu saja ...                                          (10/03/20/d4nosaurus)    

BUNGA

Bunga Di pagi cerah kala burung melompat di dahan merah muda Matahari sedikit mengintip di celah atap  yang biasa kita lihat bersama Ada senyuman semerbak memaknai halaman rumah kita Sekuntum bunga bermahkota cinta kini menerka Bt:hbbt 16 Desember 2019

MAHONI

MAHONI Aku berdiri bagai mahoni di musim kemarau Berjuang membelah kulit lalu mengelupas  Daun-daun kuning kecoklatan jatuh serupa tanah Anginlah yang menggugurkan dedaunan itu Namun ia hanya mampu berdiri ia hanya mampu berdiri ia hanya mampu berdiri KDI, 01 Oktober 2019

MALAM YANG INGIN KULUPAKAN

Malam yang Ingin Kulupakan Bt: xvrnfs Malam ini seperti malam kemarin: aku lupa padamu Sekaligus seperti malam kemarin: aku merindukanmu Ah, jangan tunjukkan senyuman itu Engkau tak pernah rasakan hal begitu Rasa ketika cinta mulai mengakar menjalar Tapi engkau hanyalah udara yang mengisi sebuah kamar Ah, bagaimana membahasakan rasa ini Sementara aku baru meraba-raba perih begini KDI, 18 September 2019

KENANGAN YANG HILANG

Kenangan yang Hilang Bt: xvrnfs Bukannya aku hendak menghilangkan kenangan Ingatan hanya sebuah sesak yang mendesak Penuhi ruang dada kian hari kian melesak Mengin gat berar ti membia rkan piki ran pada luban g kubangan Tapi sungguh aku bagia n darimu dan eng kau sisa hidupku yang mengendap Kita akan saling coba melu pakan sekali gus meratap Kare na suat u hari yang biasa kita berjalan Aku akan sela lu ing at segala ten tang dirimu Tapi sung guh itu menyaki tkan ka rena aku tak tahu tentangmu KDI, 18 September 2019

RINDU YANG HILANG

Rindu yang Hilang Aku tak punya cerita buatmu sayang Sebagai kado di masa depan Sebagai pengingat masa-masa yang akan kukenang Aku tak punya sesuatu buatmu sayang Meski sedikit ciuman  Sebagai penghibur rindu yang semakin liar dan jalang Aku tak punya meski aku ingin sayang Karena kita terlampau terlupakan Karena kita dua hati yang saling bersilang KDI, 18 September 2019

KEMARAU DI BULAN SEPTEMBER

Kemarau di bulan September Tak ada yang lebih sabar dari kemarau di bulan September Digugurkan satu persatu cinta di tangkainya Dibiarkannya debu panas dikulit meranggas Tak ada yang lebih ikhlas dari kemarau di bulan September Diberikannya cinta pada tanah yang tandus Dan nyawa pada langit yang menggelepar KDI, 15 September 2019