SESUNGGUHNYA
Kukatakan berulang-ulang pada tembok
Pada langit pada cermin pada waktu
Pada diriku sendiri
Sesungguhnya kecantikanmu terletak pada cermin saat kau bercermin
Pada make up saat kau berdandan
Pada senyuman saat kau melirik
Pada amarah saat kau mulai bermanja-manja
Padaku seorang
Berkali-kali terpadamkan api dalam mata
Dalam kepala dalam hati dalam jiwa
Dalam sanubariku
Namun kau selalu hadir bak sekam tergerus angin rindu
Bara tertimbun ilalang kering
Lava segar dalam kerak bumi
Gelora yang berkobar jadi sesal di kalbu
Meski berjuta kata sangkal kulempari
Bibir menyemburkan makian
Lidah meludah belaka
Selalu titik kecil di dasar hati menolaknya
Meraung memberontak tak searah
Mengobrak-abrik kedamaian semu
Kau akhirnya membuatku jadi pembohong belaka
Seorang munafik sahaja
Yang bodoh dan dungu
Penuh sesal dan dendam
Ibnu Nafisah
Kendari, 19 Juli 2016
Comments
Post a Comment