LELAKI YANG MENCINTAI LANGIT

LELAKI YANG MENCINTAI LANGIT

Aku mencintai langit yang berwarna kelabu meski terasa meragu merayu dirasa
Kadang ambigu pada angin sepoi di sudut awan menyulut gundah dengan mudah

Aku mencintai langit yang menjatuhkan air dari tiap jejaknya membasahi pohon, rumah, tubuh, juga bibir rahimmu
Hingga kau mengandung melahirkan mendidik anak-anak hujan yang selalu ceria membanjiri halaman ilalang

Aku mencintai semua tentang langit awan yang tak lagi cerah rintik menggelitik rembesan di sela-sela tembok bahkan genangan air di jalan berlubang yang kadang menciprat teriakkan
Atau bahkan desahan di selokan, rintihan napasmu diriak arus yang kian menguning hingga aku terdiam bagai laut menampung segala gejolak amarah sungai

Sungguh. Aku sangat--sangat mencintai langit, udara lembab, tetesan terakhir di ujung atap, bulir-bulir sembab yang kini merayap di lantai teras hatimu
Karena hujan suram semalam menempel pada kaca jendela membentuk lelehan di wajah buram sang tirai hujan

Seperti hari ini aku mencintai langit meski kutahu ia takkan rela kedinginan menerabas segala tangis tebas segara belas  hingga raga terjaga oleh gigil
Kutahu ia takkan mampu bertahan menjadi titik air di atas rumput pagi karena embun menguap terbawa mentari akhirnya

Ibnu Nafisah
Kendari, 24 Maret 2016

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan