Posts

Showing posts from August, 2019

PADA SUATU WAKTU : ENGKAU DIEMPAT ZAMAN INI

Pada suatu waktu : Engkau diempat zaman ini : I. ZINA Suatu saat gemuruh dahsyat akan menggetarkan rongga tubuhmu. Pancarannya bagai gejolak badai menerjang karang. Tiada jalan untuk berlari menyelamatkan diri. Engkau sempat memikirkan untuk pergi darinya, namun dahaga segera menyeruak sesakkan dada. Napasmu nanti berlomba mengejar kenikmatan semu. Fikirmu nanti bak bohlam redup terlempar anak-anak jahil. Kekuatanmu serupa siluman menyibak yang tersingkap. Engkaulah serendah-rendahnya tanah yang terpijak, tapi tak jua kausadari. Matamu nyalang menahan geram. Engkaulah kegelapan malam, dari jauh suara anjing meraung-raung. Dari bulan jauh hanya cahayanya yang tak mampu menahan liar udara. Hingga akhirnya dengan senang hati engkau memasuki ladza. II. SUTRA Hingga di suatu waktu yang cerah. Langkah kakimu menapaki rumput bak permadani. Kereta emas yang engkau naiki tadi, parkir tak jauh dari istanamu yang keemasan. Keanggunanmu bagai angin yang jatuh kala mentari sore melemparkan senj

RUMAH

Rumah Di dadamu aku berlari Dari penat sehari Jari jemari halus bertuah Mampu lunakkan jiwa Lalu terlelap Dari dunia yang kalap Kendari, 28 September 2018 D_

IBUNDA RATUKU

IBUNDA RATUKU Ketika mahkota di kepala hanyalah keringat yang menetes Jubah kebesaran sekadar celemek basah berbau nan kusam Istana dan singgasana tak ayal sebuah BTN berukuran 6x6 meter Wilayah kekuasaan kita tampak halaman berumput hijau berpohon bunga sahaja Masihkah engkau bertahan dalam hatimu Menjadikan diriku Raja tanpa kerajaan dan kekuasaan Penguasa tunggal di negeri yang tak lagi miliki rakyatnya Pemilik kerajaan tanpa pengawal dan dayang-dayang pribadi Kita hanyalah Raja dan Ratu di dalam istana yang tak dikenal khalayak ramai Berpakaian mewah lagi gemerlapan namun tak mudah terlihat mata orang Berharta emas dan berlian jua tak pula bernilai karena hanya batu belaka Lalu Ibunda Ratuku masihkah engkau bersedia duduk di mahligai peraduan bersama aku, sang Rajamu. Apapun jawabannya itu adalah perkataan yang indah; Jika iya maka kita adalah penguasa di rumah kita sendiri dengan wilayah kekuasaan seluas rumah BTN dengan anak-anak memenuhi tiap jengkalnya Jika tidak

PULANG

Pulang Sejauh apapun waktu berlari Membawa raga perih Akan selalu kembali Merumahkan segala letih Sekuat apapun jiwa tertempa Menggilas hari nan panjang Nantinya bergelung tanpa daya Di sela rambutmu yang rindang (Bt: hbbt) D_19/01/2019

JARAK

Jarak Adalah waktu kebersamaan Dikalikan dengan kecepatan pertemuan Ketika kita tak lagi berjarak Serasa waktu tak ingin berakhir Meski jam hari dan bulan terus mengarak Berlalu dengan cepat bagai air mengalir 26 / 01 / 2019 D_

DI RUMAH KITA

Di Rumah Kita Tak ada siapa-siapa Hanya tangan merangkul Di dada Suapan manja menanggul Di raga Selebihnya hati terpanggul Di jiwa Bt:hbbt//D_8/02/2019

AKU, HANDPHONE DAN BUKU

Aku, Handphone & Buku Hubbiy... Maafkan diri ini yg kenyataanya tak mampu menarik perhatianmu layak engkau tertarik akan Handphone dan buku novel. Hubbiy .... Bantu aku bagaimana caranya agar diri ini bisa lebih menarik dan memperoleh perhatianmu , layaknya engkau tertarik akan Handphone dan juga buku novel mu. Hubbiy.... Aku malu pada handphone dan juga buku-buku novel yg sering engkau baca . Aku malu akan kehebatan benda-benda mati itu, sementara aku yg hidup tak bisa menarik perhatian mu. Hubbiy.... Maafkan dan terima segala kekuranganku, aku sadar bahwa aku hanyalah wanita yg jauh dari kata sempurna buat menjadi sosok istri idaman hubbiy. Terlepas dari itu semua aku sayang hubbiy, meskipun hati ini sesekali cemburu pada handphone dan juga buku-novel hubbiy. Senin, 11 February 2019 E_

AIR

Air Tak terbayangkan dirimu Alir aliran darahku Sebab denyut nadiku Juga rasa rinduku Bt: hbbt//D_13/02/2019

SUATU SORE SENJA BERHUJAN DI WARUNG PINGGIR JALAN : TERJEBAK!

Suatu Sore Senja Berhujan Di Warung Pinggir Jalan : Terjebak! Air basahi kemeja Duduk aku depan meja Sesisir pisang, daun kemangi Pikiran layang, dirimu membayangi Bt: hbbt//D_13/02/2019

HUJAN

HUJAN Boleh jadi air memelukku erat Dingin ganas mencumbu Namun rindu terberat Belai hangat cintamu Bt: hbbt//D_/13/02/2019

GERIMIS

GERIMIS Ribuan air jatuh Genang terciprat Basah berpeluh; Begitulah renjana mendamprat Bt: hbbt//D_13/02/2019

NASI GORENG IKAN ASIN DAN SAYUR KOL

NASI GORENG IKAN ASIN & SAYUR KOL Ada tangan lincah bergoyang di wajan Ada jemari merangkul erat di badan Asap mengepul mengudara Sedang wangi lehermu membara Bt: hbbt//D_16/02/2019

DI KAMAR KITA

DI KAMAR KITA Ada bunga tumbuh di tembok kamar kita Wanginya semerbak tubuhmu Ada kekupu yang hinggap di sana Sedang asyik mengisap madu Bt: hbbt//D_16/02/2019

RUMAH

RUMAH Akulah kepakan sayap yang lelah berputar di angkasa Keringat 'kan mulai mengering oleh paparan mentari membara Telapak kaki letih oleh waktu maksa 'tuk terus melangkah Mungkin juga seorang lelaki yang berpikir me rumahkan rasa pada kata ' istirah' D_18/02/2019

HUJAN MEREBAK

HUJAN MEREBAK Air jatuh membasahi tanah ciptakan jarak Selokan berarus bagai kangen yang mengarak Jalan ini rintik kian bergemuruh seakan menghapus jejak Di antara hujan, aku dan kamu ada rindu yang terjebak Bt: hbbt//D_18/02/2019

TAMSIL

TAMSIL Seumpama pohon berdahan rindang itu adalah engkau yang meneduhkan Maka akulah musafir rehat naung dibayangmu Pula engkau air dingin menelusup jatuh dalam kerongkongan Jadilah aku dahaga sejati menanti terpuaskan olehmu Bt: hbbt//D_23/02/2019

JIKA NANTI

JIKA NANTI ... "Beberapa puluh tahun lagi kulitku akan keriput, lemak ditubuh semakin subur, rambut memutih dan akan disebut renta," katamu suatu ketika, "akankah engkau berpaling ke wanita lain?" Aku tersenyum, "apakah aku menikah karena kecantikanmu? Tidak? Maka jagalah agamamu karena itulah aku tertarik padamu!" Bt: hbbt//D_23/02/2019

SENJA

Senja Ada sore yang tidak biasa hinggap di lengkung langit Cahaya emas pudar di sebelah barat seakan segan beranjak Awan keabu-abuan menyelimuti cakrawala tak jemu Burung-burung pulang ke arah rumah tak tentu Lalu manik mataku mencari senyum manis sedari pagi mengembang Ah, kecup bibirnya masih terasa di dada seakan enggan pergi Aku bukan pula burung yang segera terbang menuju rumah Hanya terpukau pada awan kelabu mulai temaram Bt: hbbt//D_12/03/2019

TEMARAM

Temaram Sebentuk bulan sabit berpendar di langit malam Kelam menumpuk dalam karam lautan awan yang bergulung Sejenak jeritan cahayanya timbul tenggelam Tak nampak bintang matamu yang pagi tadi berbinar Rindu hanyalah palung curam berjarak tak teraba Lalu kudapati diri menghilang di sesela angin yang kini bertiup sepi Bt: hbbt//D_12/03/2019

NASI GORENG

NASI GORENG Aku tak tahu bagaimana nasi mencintai minyak yang telah ada irisan bawang putih dan merahnya Bahkan betah berlama-lama diaduk di atas wajan panas sambil lalu ditambahkan, sosis, irisan sayur, garam, kecap dan saus Sebagaimana keringat yang jatuh di atasnya dari wajahmu yang mulai memerah Atau seperti senyuman yang engkau tawarkan dengan sepiring nasi goreng yang penuh dengan bumbu kasih sayang Aku tak tahu bagaimana itu melekat di lidah, perut dan hatiku hingga akhirnya betah berlama-lama di sisimu Bt: hbbt//D_/18/04/2019

CUCIAN

CUCIAN Kemeja kerja yang saban hari kau baui di kerak bajuku kini menumpuk di mesin cuci Sisa-sisa keringatnya bagai lelah yang tak ingin hilang tanpa sentuhan tanganmu Aku tak tahu letihmu saat membersihkan semua noda itu Tak pernah kubayangkan langkah gontai mu saat menjemur lalu bersusah-susah menyetrika di kamar yang gerah Hingga di suatu pagi yang sibuk dengan perutmu yang buncit karena mengandung anak kita, engkau masih saja membenarkan letak leher kemejaku Lalu perlahan mengecup manja seakan-akan tak ingin lepas dari pakaian itu atau mungkin .., dari sisiku! Bt: hbbt//D_18/04/2019

KIPAS ANGIN

KIPAS ANGIN Ada yang berputar menyebarkan kesejukan di kamar kita Mengipasi sesak di dada oleh penat karena seharian melawan letih Menguraikan kesalahpahaman oleh cuaca yang tak bersahabat Mengendur urat syaraf sepanjang hari menegang di dera mentari Melemaskan otot-otot yang mudah terkilir oleh mulut berhawa panas Bahkan menenangkan jiwa terguncang oleh udara hampa yang tiba-tiba merebak Ada hawa dingin senantiasa memeluk tubuhku yang telah membara Memberi nyaman dan bahagia dalam belaian seorang istri Tanpa sadar terlelap bagai bayi mungil pulas di dada ibunya Bt: hbbt//D_18/04/2019

AKU MENGINGATMU PAGI INI

Aku mengingatmu pagi ini Sebagai pohon berdaun ramai lalu burung dibuai angin di batangnya bersarang rerumput kering Aku berjalan-jalan di bayangmu sebagaimana teduh tak ingin pindah oleh mentari karena hari terlampau sering Tak jua jenuh duduk lalu berdiri mondar mandir di sekitarmu masih betah melihat -lihat guratan batang bahkan daun kekuningan jatuh bagai kecantikan senja Ada ranting mulai kehilangan daun lalu lepas dari tempatnya menimpa bumi tapi engkau masih bisa tersenyum lalu pucukmu mulai bertunas Kemudian hujan datang lumut mulai menghijau di pokok batang sehitam pekat tapi engkau lagi-lagi tersenyum dan masih anggun berdiri Aku tak jenuh berputar-putar di sekitarmu memanjati ketinggian batangmu menelusuri segala lekuk dan kerindangan sejukmu hingga tak tahu ketiduran aku padamu Aku terlampau penuh rasa padamu hingga tanpa sadar jari jemari menuliskan nama kita berdua pada batang pohonmu tanpa lupa meninggalkan anak panah dalam sebentuk hati di sana A

SEBAGAI

Aku ingin menjadi angin yang tak lelah mengelus kelopak wangimu jika engkau sekuntum bunga di pagi hari Menjadi mentari membagi hangatnya demi melihat engkau mekar pertama kali dari kuncupmu Jadi embun yang jatuh bagai salju membentuk bulir-bulir air di tiap kelopakmu di sebuah pot di depan jendela seorang tua Hujan yang akan membasahi dengan penuh kesyahduan di malam di taman ketika pagi itu orang lalu lalang kedinginan engkau tersenyum penuh kesegaran Ijin kan aku memetikmu dengan santun lalu meletakkan di vas di meja ruang tidurku yang mungil hingga aku terlelap Biarkan rambutku memutih dan kelopakmu berguguran karena waktu yang tak abadi dan kita yang setia Biarkan saja aku menulis ini di selembar kertas surat dan menyelipkan di buku catatanmu saban hari hingga suatu ketika ia terjatuh dan membacanya dengan hati yang tak tentu Karena mungkin saat itu akupun melihatmu tersenyum manis seperti bunga di taman di dalam hatiku Bt: hbbt//D_24/04/2019

SORE YANG TAK BIASA

SORE YANG TAK BIASA Sore ini hujan membasahi jalan beraspal yang sepi. Panjang tanpa kelok Pohon meneteskan air dingin dan sesekali mobil memercikkan genangan Di ujungnya ada suara angin menerbang namamu Semakin jauh kuberjalan semakin bergema ia di ruang jiwaku Hingga akhirnya tersadari kini aku berjalan ke arahmu dan suara itu adalah hatiku yang bergaung di setiap lorong-lorong sel darahku Bt: hbbt//D_24/04/2019

DIBATASI RINDU

Malam ini kita memang dibatasi rindu sejauh sepuluh koma sembilan kilometer lebih Aku berjaga-jaga menatap ke jalan raya tapi bukan di sisimu Mataku dibanjiri kendaraan lalu lalang tapi tak satupun menepi Bukan berarti berharap engkau turun di salah satu kendaraan itu Aku hanya berharap ia membawa doa-doa yang terucap di hati Hingga rindu terkikis meski tak jua terobati Bt: hbbt//D_ 24/042019

AN NAJIYAH

AN NAJIYAH ( Sabtu, 07: 30, 28 Syahban 1440 (04 Mei 2019), Ketika Allah Subhana wa taala menakdirkan seorang anak manusia lahir pada ibu yang Sholehah, in syaa Allah) Sebagaimana kepompong yang terkelupas menjadi kekupu Bunga kuncup jadi mekar kala mentari bersinar pagi hari Seperti semburat keremangan Surya kala embun pertama jatuh lewat senyuman Lalu kabut penuhi kerindangan kerinduan akan kicauan burung di dahan berdaun sunyi sepanjang sungai berbatu Gemericik air jatuh dari bebatuan terbetik pada dedaun hijau di perigi dari gunung ke lembah Begitulah hadirmu dari dunia rahim ke dunia nyata wahai anakku, buah hatiku, kecintaanku Diiringi dzikir panjang dalam kepayahan menanggung lelah dan rasa sakit oleh ibundamu yang penuh kesabaran Berkat kebesaran Allah Subhana wa taala hingga kini engkau hadir menjadi hadiah termegah nan epik sepanjang sejarah hidup Ayahanda dan Ibunda. Kdi, 25 Syawal 1440 (29 Juni 2019) D_

AN NAJIYAH II

AN NAJIYAH II ( Sabtu, 07: 30, 28 Syahban 1440 (04 Mei 2019), Ketika Allah Subhana wa taala menakdirkan seorang anak manusia lahir pada ibu yang Sholehah, in syaa Allah) Engkau datang kala hujan enggan bergantung pada awan kelabu Kinipun kemarau di akhir bulan Syawal meraba-raba di cakrawala ketika suaramu masih menggema di langit-langit rumah mungil kita yang berdebu Kupanggil engkau gadisku, yang kadang menatapku sampai ke hati Membaca jiwaku yang lama merindu kehadiranmu yang lama sendiri Jadikanlah aku pohon rindang berdaun lebat seperti yang ada di depan rumah kita Engkau bunga berwarna merah muda itu bergelantungan di tiap pucuk tangkainya Biarkan angin memainkan senyummu kala mentari merona Lalu kekupu hinggap di pipimu yang ranum menggoda Bertunas dan bermekaranlah wahai gadisku di batang itu karena engkaulah risalah denyut cinta dari sebuah cerita Kdi, 25 Syawal 1440 (29 Juni 2019) D_

ASIN YANG TERASING

ASIN YANG TERASING Rindu ini bergulung bak ombak di tepi laut bersarang Memecah pada sela lubang di sana sebagian sampai pula buihnya di pasir berkarang Pada dia kini bertumbuh dari pohon akarku tak terjamah diseberang Hanya angin terbangkan dedaun dan kabar meradang Mungkin lewat pasang surut kita menatap gelombang Selebihnya hanya suara burung dan decak buih menghantam terbentang Kdi, 03 Juli 2019 D_

SEHARI DI SETAHUN YANG LALU

Sehari di setahun yang lalu . . . Suara subuh selalu mengawali doa kita Seperti pagi ini tirai masih saja membingkai langit dingin berbungkus gelap Kitalah dua kursi di teras duduk bersanding dengan bibir melantunkan kalimat cintaNya Sedangkan dipangkuanmu seorang bayi mungil mendengarkan dengan hikmat Betapa indah bunga Nusa indah saat itu meskipun tak pasti melihatnya Untukmu habibati, apakah engkau ingat setahun yang lalu dimana kita hanya sepasang orang asing di atas ranjang yang juga asing Mencoba saling menyelami meski tak kunjung sampai ke dasar Sehari sebelumnya kita telah dipersatukan oleh Allah Subhana wa taala Kini kita bersukacita seperti saat itu tapi dengan rasa syukur yang semakin dalam Karena Allah Subhana wa taala masih memberikan hidayah dan nikmat bagi pernikahan kita. Lalu mentari perlahan membentuk bayang di pilar rumah kita Lalu hari bergegas tak ingin terlupakan Karena kita muda dan  waktu semakin menua di bayang hari. Kend

KARANG DI LAUTKU

KARANG DI LAUTKU (by.hbbt) Di pantai di mana aku menambatkan ⛵ perahu layarku pada sebuah karang Ombak saling kejar dikejauhan berair biru hingga menyepi di pasir berdesir Engkaulah karang hingga berlubang menahan gelombang jadi badai Menghalau angin purba lama mengusik lalu dingin menebal di sela kulit Geladakku berbentur air yang menolak tuk ditolak keangkuhannya Lalu melalui sauh yang terikat padanya aku tetap tegar dan kokoh Engkaulah kekuatan yang tak nampak menahan segala resa gelisah air asin Pula badai yang datang tanpa nama dan waktu Tetaplah begitu sekuat batu karang di lautan Menjadi pepunuk pulau di samudera cintaku Bagai gemintang dan aku bentang langit luas merengkuhmu Jadi hutan di atas tanah yang gersang tanpa dirimu Tempat merumahkan lelah dari sepi seusai hari yang jalang Ratu tak bermahkota dalam kerajaan hatiku Tetap seperti itu hingga usia lelah menemani kebahagiaan ini Meski waktu mati di depan mata kita lalu senyu

ARTI CINTA

ARTI CINTA by:hbbt Aku mencintaiMu dengan caraku Tidak seperti kayu pada api menjadikannya abu Tidak seperti awan kepada hujan menjadikannya tiada Aku mencintaiMu dengan cara yang berbeda Seperti sujud dan ruku' pada waktunya Seperti Nabi Ibrahim Alaihis Salam pada Rabbnya D_24/07/2019

AKU MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA

AKU MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA bt:hbbt Seperti angin yang memelukmu tanpa kata Sebagaimana udara penuhi ruang tanpa bahasa Bagai napas yang terhenti jika waktunya tiba D_24/07/2019

TENTANG CINTA

TENTANG CINTA bt: hbbt Akulah ruang ingin engkau jadi udara yang mengisinya Menjadi paru agar napasmu leluasa memaknainya Jadi untaian kata supaya mengenal rasa di lidahmu saat menyebutkan namaku Menjadi apa saja yang engkau mau selama Rabb kita memberi nikmat kepadaku D_24/07/2019

AKU TAK TAHU

AKU TAK TAHU bt: hbbt Aku tak tahu apa itu cinta Tapi mati adalah awal segalanya Aku tak tahu apa itu mengasihi Tapi kehidupan bermula ketika mati Kita menangis dan tertawa karena cinta Namun kita mati entah menangis atau tertawa Kita akan selalu mengagungkan kata cinta Namun mencemooh kata mati belaka Katanya cinta adalah dunia yang menari-nari diantara kenikmatannya Mati adalah awal kehidupan abadi bukan akhir segalanya Aku tak tahu apa itu cinta Tapi mati suatu yang pasti dan nyata Yang kutahu bahwa cinta hanya berarti jika engkau memaknai arti kata mati Kembali pada yang mahakuasa dan menyerahkan segalanya demi cinta padaNya bukan pada kekasih D_25/07/2019

TENTANG TANGIS

TENTANG TANGIS bt:njy Tangismu adalah puisi. Kata perkata coba engkau uraikan menjadi sebuah kalimat. Tapi sayang terlalu banyak kalimat yang terputus dan berhenti pada satu huruf kesukaanmu. Lalu dengan sabar engkau mulai merangkai huruf demi huruf, tapi kali ini terlalu banyak huruf konsonan. Di saat-saat lapar atau popokmu mulai basah ketika itulah berlembar-lembar kertas coba goreskan meski tak terbaca jelas, tapi kuyakin itulah awal mula puisi indah yang ingin engkau gubah dengan caramu sendiri. D_02/08/2019

KETIKA ADA YANG MENANYAKAN CINTA

KETIKA ADA YANG MENANYAKAN CINTA bt:njy Ketika ada yang menanyakan cinta kepadaku secepat kilat ingin rasanya berada di rumah meski sedetik hanya untuk mendengar pekik tawamu Ketika ada yang menanyakan cinta kepadaku tanpa sadar raga sudah kembali ke sisimu hanya untuk membuatmu bersendawa Tapi jika ada yang menanyakan cinta sejati kepadaku kau takkan menemukan aku di mana-mana karena mungkin bait awal adzan sudah lebih dulu mengaburkan jejakku pada baris awal puisi ini D_02/08/2019

ANAK ADALAH KATA-KATA

ANAK ADALAH KATA-KATA bt:njy Anakku adalah kata-kata yang kuucapkan sekuat keinginan menuliskannya di atas udara Ia menggema di langit-langit rumah yang kuciptakan sendiri Sebagaimana kau dengarkan apa yang terlontar dari mulutku, demikianlah ia jadinya Anakku adalah barisan huruf dalam sebuah naskah drama cintaku. Ia akan kau cintai dan kau benci seperti karakter aktornya, karena akulah sutradara yang akan memainkan irama hatimu Anakku adalah aku dalam versi terkecil dari sel terumit bagian tubuhku Suatu ketika tanpa sadar engkau akan berkata ia persis ayahnya atau bahkan tidak sama sekali, ia memang seperti apa yang dikatakan ayahnya D_02/08/2019

ANAK EMBUN

ANAK EMBUN bt:xvrnfs Pagi ini aku menemukan embun seperti kata-kata di atas kepalaku tentang dirimu, mataku hampir putih karena pertanyaan-pertanyaan yang menumpuk diterjang badai dingin Apakah engkau baik-baik saja?Apakah engkau baik-baik saja?Apakah engkau baik-baik saja?Apakah engkau baik-baik saja?Apakah engkau baik-baik saja? Kulihat rumput dan udara pagi ini beku dan seketika aku kaku membatu D_03/08/2019

PADA SUATU PAGI

Pada suatu pagi bt: xvrnfs Pernah sekali kita saling peluk lalu kepergok sinar mentari di ubun-ubun timur Namun anehnya aku sungguh mengenalmu tapi engkau tak tahu siapa aku lalu kita sama-sama menghabiskan secangkir kehangatan di dada Atau mungkin engkau pura-pura tak mengenal agar tak ada luka yang menganga ketika di suatu pagi yang sama engkau mengenang pagi itu seperti aku saat ini Kurasa engkau lebih beruntung dariku D_03/08/2019

PERI(h)AL RINDU

PERI(h)AL RINDU bt: xvrnfs Ini tak pernah terpikirkan sebelumnya dan tiba-tiba rindu menjelma dingin yang mengusik ujung-ujung jari tubuhku Lama-lama beku menghentikan aliran darah di kakiku lalu ke paha lalu langsung menuju di dada sebelah kiri.., Puisi inipun tak sempat tertuliskan dengan lengkap karena rindu itu semacam belati yang menanjap tepat di jantung... D_03/08/2019