Posts

Showing posts from February, 2017

ORANG-ORANG DALAM GUA

PUISI PATIDUSA TANGGA **************************** ORANG-ORANG DALAM GUA Itulah sebabnya manusia curiga Wasangka, saling duga Takkan percaya Waspada Bagaikan orang dalam gua Dengan api menyala Bayang bergerak Berderak Melihat sebatas gelap merayap Mengira-ngira tebak dicecap Dinding tergambar Menghambar Socrates, Aristoteles dan Plato Ketiganya saling dorong Nyanyikan legato Kerong Bahkan cawan pun beracun Jika bersuara sumbang Bernada lincun Cemplang Itulah sebabnya manusia curiga Selalu berpaduan suara Berbunyi sama Belaka IBNU NAFISAH Kendari, 24 Februari 2017

AKU MENEMUKANMU

AKU MENEMUKANMU Aku menemukan sebentuk kelewang terselip di bait puisi ini Begitu tajam menancap pada daging hingga ke tulang hati Darahnya mengalir pada tiap halaman buku, merembes hingga ke jantung Hampir kehabisan napas untuk sekadar membaca, jadi lumpuh mematung Aku menemukan ketidakadilan pada baris-baris koran yang kau baca Jeritmu berdesir bagai kuda tanpa kusir berlari dalam tapal penuh pecahan kaca Pada deretan kotak-kotak suara yang mengudara di hari kelimabelas Juga seruan burung-burung kecil saban hari bercicit keras di ranting reras Oh, aku mencium kebencian di udara dalam kabut fajar Asap dan api bagai dua anak manusia saling gumul, gila sasar Dan setelahnya akupun masih mendengar auman panjang di jalan-jalan Di wajah serta tembok-tembok kota bagai air menggenang dalam hujan Sungguh. Aku menemukan sebentuk kelewang dalam bait-bait puisi ini Tapi kau merapatkan telunjuk di bibir dan berlari dalam sepi!? IBNU NAFISAH Kendari, 24 Februari 2017

POS TERATAI 02

POS TERATAI 02 AK 101 melingkar di dada Mencium tubuh haus akan dahaga Merayap bodyvest senafsu napas kuhela Menjilati peluh bagai taring baskara Halong Tango bergemuruh ribuan mil di sana Bagai kekasih merindu tak jua bersua Mengabarkan api cinta mulai menghangus Mengoarkan 6-5  dua kelurahan sekaligus Otak ini menjadi kaku sebeku helm kevlar Di rentang fajar buta asmara kita menjalar Terendus romantisme pilkada kian seleweng Perselingkuhan malam tergeletak berkeleweng Gerbang meriakkan portal Seraya merayu serdadu nakal Gelegak darah berdesir Menyeruak di jalan berpasir IBNU NAFISAH Kendari, 22 Februari 2017

PEREMPATAN PRONTO 11.15

PEREMPATAN PRONTO 11.15 Geranggang ganas gelombang panas Aspal keparat jahanam nan ngenas Mobil motor berlalu lalang Melindas jalanan bukan kepalang Tangan-tangan kecil lenggang mengiba Terpanggang gelombang diregang nyawa Di gelanggang hari berpacu keringat Wajah-wajah pilu memelas menghangat Di seberang sana restauran, pengunjung menggila Menguarkan asap membuat perut teriak meronta Tuan-tuan berbaju dinas berwajah sombong Ke mana janji masa kampanye yang kini kosong Demi selembar dua lembar merah Soekarno suara kami gadaikan Kini di dalam kendaraan plat merah senyummu menyodorkan recehan Dengan berkas proyek menggunung di jok empuk Berpangku kaki dengan perintah sana sini rekening menumpuk Inilah wajah kota kita dalam surat kabar pagi jadi alas tidur malam ini Sebagai pengipas peluh di bawah matahari mendidih Di bawah tatapan curiga masyarakat kota Kendari Ketika berkedip hijau engkau pergi dan tak kembali IBNU NAFISAH Kendari, 22 Februari 2017

CINTA DAN KOTAKU

CINTA DAN KOTAKU Gelegak panas kotaku memang keras Seperti cintaku yang lawas nan ganas Bersemi di jambon senja remang kelam yang nahas Jemari kita beradu di bawah Tugu Religi berdiri ngenas Kuning pendar merkuri pelabuhan yang lama mati Bagai kapal tua kau rapatkan lidah, kita beriak-riak di tepi Oh, lelaki bengal rela hidup mursal kini Di atas ranjang-ranjang palsu matrimoni Di sepanjang teluk Kendari Beach yang tak kunjung usai Lenganmu merayap mesra bagai ular nakal membelai Antara puing-puing P2ID nun megah jadi saksi prasasti cinta kita yang binal Dengan senyum hina Pol PP menghambur tubuh bugil kita yang nakal Oh, cinta dan kotaku yang beringsang Betapa ini sungguh buat kita berangsang Gejolak cemas kotaku kian beringas Gelora cintaku semakin berangas IBNU NAFISAH Kendari, 21 Februari 2017

OTAKKU, KUTEMUKAN ENGKAU

OTAKKU, KUTEMUKAN ENGKAU Akhirnya kutemukan engkau di baris-baris sajak ini Masih kotor penuh imaji mesum seperti sisa hujan di Kendari Engkau hanya anak kecil juga sama mengisap lem di ujung lorong Sedikit mencuri keadaan kala situasi memungkinkan dan kosong Cakap tingkah lakumu kambuhan layaknya pemuda mabuk setelah pesta Menyesali kebodohannya dan berjanji sadar, besok kembali menegak dosa Entah beribu atau jutaan baret luka di jiwamu bagai si maling kecil keluar masuk bui Tangis mengiba melolong pada Tuhan toh, gadis-gadis belia bercelana gemas berpuntung rokok di bibir juga sama mengelabui Hari ini kita sadar sebentar malam kita sesat bak karaoke keluarga awalnya nyanyi-nyanyi nanti-nanti merem melek Benar kata silampukau Tuhan kalah di riuh jalan, tergusur nafsu serta ambisi pemimpin kota yang sama meledek Akhirnya kutemukan engkau di baris-baris sajak ini Kadang manis kadang najis layaknya pilkada kali ini Otakku, kau memang nakal Dalam sajak inipun kau tampak bana

EMBUN JATUH DI LAMOMEA

PUISI PATIDUSA ASLI *********************** EMBUN JATUH DI LAMOMEA Fajar gelepar setelah malam Usai hujan menghujam Brigjend Katamso Mengaso Portal Keringat nakal Telanjang beku membinal Celaka. Pos tertawa membrutal Genderang mengerang tiga kali Sial. Nyamur menghambur Melingsir berkali-kali Kumelacur Kuning Bawah lampu Teriakan sepi kelening Serulah panggilan hening beku Embun jatuh di Lamomea Memenjara jiwa anoa Bungkam makian Seruan-seruan Gerbang Terkubur sunyi Pekat senyap menerjang Lamomea terdiam dan sembunyi IBNU NAFISAH Kendari, 18 Februari 2017

DOAKU

DOAKU Sekali lagi kubuka kedua belah tangan Kubiarkan doa jatuh menetes di lengan Lalu kunyanyikan lagu cinta pada Tuhan Agar hati damai bagai tandus terhempas hujan Hanya satu pintaku pada hidup yang tak mudah redup Semangat jiwa yang akan selalu meletup Tuhan, aku hanya ingin melangkah dibawah berkahMu Berdiri sendiri di jalan yang telah Engkau ramu Aku hanya ingin berlari di sela-sela azan Lalu menyembahmu hingga sujudku berbuah amalan Tuhan ... Kabulkanlah ... 17 Februari 2017

KIPAS ANGIN

PUISI PATIDUSA TANGGA *************************** KIPAS ANGIN Kau kembali berputar diri Menjadi pusaran hati Kutakkan beranjak Berjarak Selalu berkisar antara rasa Benci dendam cinta Bagai kitiran Pikiran Segala hembus angin mendera Menderu dingin menerpa Tetap berdiri Pasti Akulah raga yang penasaran Rindu akan harapan Lambaian asa Kuasa Meski engkau sekuat halilintar Merobek rubuh menggelepar Meluluhlantahkan jiwa Sukma Akan selalu menjadi karang Teguh diri menantang Hingga lelahmu Merandu IBNU NAFISAH Kendari, 15 Februari 2017

RENCENGAN HATI

RENCENGAN HATI Melalui bait-bait kidung ini Kupanjatkan doa Gema yang bergaung di hati Getar berkumandang di dada Tentang rasa nikmat hidup Kau beri Rahmat hirup kan dunia Kau bagi Ampunilah hamba yang daif Mendamba rasa sempurna Selalu menyangka diri ini laif Menuntut segala paripurna Sesungguhnya ini lebih dari apapun Udara mengalir kemanapun Air berjatuhan tanpa batas Tanah terbentang maha luas Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan Sedang seekor serangga terkecil sekalipun Akan bangga hidup di alam terpencil dimanapun Apalagi aku yang punya harga sebagai manusia Mampu berpikir dan bertindak semadyanya Ya Allah, terima kasih Atas segala kasih Engkau beri cinta dan sayang Akan terus membayang Namun aku buta Selalu menabrak tembok yang sama Juga tuli Tak mampu mendengar dengan jeli Wahai Zat yang mampu membolak-balikkan hati Merubah segala resah gelisah di ujung belati Menjadi damai bahgia dalam kalbu Meski itu kan terbang bagai debu dan abu Sematka

HIDUP HANYA MENUNDA KEKALAHAN

HIDUP HANYA MENUNDA KEKALAHAN Bukan kematian yang kusesal Namun dunia ini buatku mursal Makna lacur kucur dari hati licik Menganak sungai dilaku yang fasik Bukan ketiadaan menjadikan kesal Tapi jiwa kafir kufur serasa gasal Alir alur nadi hingga berbarah birah Susur sisir selaksa dosa bernanah darah Bukan jua bersua bebal Sebal pada nubuat membanal binal Diri lelah terarus gerus mainan hitam dan putih Dibolak-balik jadi pontang-panting hingga letih Sesaat moksa dalam kebatilan Sesat maksa dikebaikan Hidup ini hanya menunda kekalahan Pun kemenangan semu menjemukan IBNU NAFISAH Kendari, 15 Februari 2017

PESAN KEPADA TUHAN

SEBUAH PESAN KEPADA TUHAN Tak seharusnya pesan ini kutulis Karena dengan doa Engkau pun menggubris Dan tak semestinya kumengeluh Karena tanpa diminta Engkau sangat acuh Namun suatu saat jiwaku begitu sepi Raga ini terlampau pelik dan sunyi Berharap hadirMu melengkapi Menenangkan rindu tak bertepi Sesaat sesal datang memeluk Sesat kesal bertandang meremuk Ingin meraihMu tapi tangan terpaku Berlari kerangkulanMu jua kaki membeku Bukannya hamba tidak sempurna dihadapanMu Namun Engkau Maha Paripurna bagiku Bukannya hamba tak cukup mensyukuri karuniaMu Namun bukan jua manusia yang mengkufuri anugerahMu Hanya satu pintaku padaMu, ya Tuhan Sayangilah kedua orang tua hamba Jangan biarkan mereka bersedih, terluka dan mengiba Karena menjadi anak yang tak mampu melindungi Menjaga mereka dari segala musibah yang merintangi Namun melalui pesan ini Aku panjatkan cinta dan sayang, hormat dan terima kasih Kepada mereka yang sayang lagi pengasih Yang telah merawat dan membesark

SEMANIS NANO-NANO

SEMANIS NANO-NANO Mungkin inilah persahabatan sejati Tersirat dijabat waktu, tersurat erat abadi Mekar dan segar di setiap musim Takkan gugur tergusur di segala mukim Senyuman yang kauberi Tawa yang kubagi Duka terkadang menyanyat Doa yang tersandang beribu ayat Adalah rangkaian hari-hari tentang rasa Untaian baris-baris kata tentang kita Ya. Rasa yang membuat kita satu: Dalam kebodohan, kegamangan, kegalauan, serta keluguan yang berpadu Bahkan Kehebohan, kemalangan, gurauan, tentu saja kelucuan beradu Membuat kita semakin dekat merekat Manis, getir dan bahkan terasa pekat melekat Tanpa kita sadari dunia menjadi lebih indah Bumi di mana kita ada tampak megah Karena ada aku, kau, kau, kau, dan kau Membuat ini terasa damai menjangkau Bilakah ini terlukis terbingkai Pada dinding kalbu terangkai Semua terangkum dalam sebungkus permen Kaya rasa kaya makna semanis nano-nano IBNU NAFISAH Kendari, 15 Februari 2017

TEMBANG MAWAR

TEMBANG MAWAR Indah nian elok warna Merekah liar merona Jika engkau sebentuk bibir Segala kumbang hinggap melipir Andai mentari jatuh ke bumi Cahyamu tetap binar bersemi Bagai senyum tiada akhir Memuja hati rasa terlahir Mawar merah tangkai berduri Merangkai jelita hasrat menari Adalah bulan bersinar terang Menawan pun gelap mengerang IBNU NAFISAH Kendari, 14 Februari 2017

YEN ING TAWANG ONO LINTANG

PUISI PATIDUSA TANGGA **************************** YEN ING TAWANG ONO LINTANG Ketika langit ada bintang Indah binar melintang Kunanti kinasih Terkasih Kutanyakan kabarmu, cah ayu Padang kerlip merayu Bertabur rindu Merandu Kepada awan yang mengawang Beruntai kerlap tawang Mega angkasa Kudamba Akan janji-janji terpatri, adinda Gemintang nan menggoda Setinggi pagoda Tercinta Dengarkan rintihan hati ini Mengerlap malam hari Terucap syahdu Syahda Kucari kehadiranmu, cah ayu Teriring rasa renjana Aku menunggumu: Purnama IBNU NAFISAH Kendari, 13 Kendari 2017

BEYOND THE SEA

PUISI PATIDUSA ASLI *********************** BEYOND THE SEA Mata gadisku menatap pilu Bergerak kapal berlalu Gelombang beriak Berarak Udara Awan mengudara Membelai sepoi wajahnya Angan beterbangan pada kasihnya Hati yang berlayar kemana Terbawa rindu kelana Lingsir cakrawala Menyala Geladak Tiang menegak Angin memukul bendera Semakin sepi kian meronta-ronta Seketika sesal berjabat erat Pedih timbul tersayat Tiba-tiba meraja Hampa Ooooh, Tuan kelana Bukankah dunia sama Jarak membuat kita merana IBNU NAFISAH Kendari, 11 Februari 2017

SOMEWHERE OVER THE RAINBOW

PUISI PATIDUSA BIAS *********************** SOMEWHERE OVER THE RAINBOW (Suatu Tempat Di Atas Pelangi) Bianglala Langit angkasa Terlukis indah cakrawala Membiru warna raya perkasa Suatu tempat antah berantah Burung riang beterbangan Menembus entah Gerangan Silampukau Mimpi menjangkau Menyanyikan Nina Bobo Hingga terlelap bagai tambo Suatu tempat atas pelangi Di antara mimpi-mimpi Penuh ilusi Fantasi Melayang Melintas berurung Kepak sayap merentang Di atas pelangi mengarung Kelak aku akan berdoa Pada bintang jatuh Tentang dunia Jauh IBNU NAFISAH Kendari, 11 Februari 2017

SEWU KUTO

PUISI PATIDUSA BIAS *********************** SEWU KUTO Seribu kota telah kulampaui Seribu hati kulalui Bayang membui Menghantui Seumpama langit berurai mendung Engkau bintang berkerudung Menghilang resap Lenyap Telah lama aku mencari Kekasih pujaan hati Lama pergi Berlari Kelana menjauh tiada kabar Tiada setitik berita Engkau bebar Embara Hanya satu pintaku sayang Kembalilah meski sekejap Sebagaimana bayang Mengendap Sejujurnya namamu masih bergema Membercak pada dinding Ruang-ruang jiwa Menggelinding IBNU NAFISAH Kendari, 12 Februari 2017

WARKAT ASMARA

#Event_Surat_Bersyair_ZAM Tema : GORESAN UNTUK ZAM Judul : AFORISME CINTAKU Penulis : IBNU NAFISAH #Warkat_Asmara AFORISME CINTAKU Buat Zahwa Aini Mazida Di Singgasana Peraduan Hati Wahai adinda yang jauh di mata Namun sedekat napas udara Melalui kertas putih dan tinta Kulayangkan rasa rindu membara Huruf demi huruf yang terangkai Merupakan sebuket bunga bertangkai Warnanya merah hati membingkai Gambaran jiwa kakanda yang menjuntai Berkali-kali telah kutulis nama Tapi selalu gagal ketika mengeja Bibir ini seraya terbata-bata Lidah menjadi kelu mendera Bukan. Bukan karena kurangnya rasa Bahkan ini adalah gejolak debar cinta Membuat sekujur tubuh semakin gila Menahan gelora kian hari kian menyala Wahai adinda bintang Zuhra Berdiam di negeri sana Bilakah waktu bagai kitir sahaja Diri ini tak ingin beranjak kemana Biar terbenam bak mentari Membara pelan ke pangkuan pertiwi Merengkuh manja dibuai sang bumi Bagai malam dan bulan yang selalu berseri Wahai adin

AFRODIT

AFRODIT Dari wajahmu memancar gairah Langit merah mudah Bergaris awan Penawan Bibir mekar merekah sekuntum Tergantung liar mengetum Senyuman bengal Binal Di dadamu tersimpan magma Terlahir lava membara Lahar panas Buas Bagai perang yang kalah Akulah serdadu payah Seketika menyerah Pasrah Ketika engkau berulah serigala Mencabik kunyah segala Akulah bangkai Terbantai Tenggelam hilang di muara Terselam tanpa suara Tertanam dalammu Bertemu IBNU NAFISAH Kendari, 05 Februari 2017

NYENYAT YANG NYENYAK

NYENYAT YANG NYENYAK Pilihlah sunyi Dan teruslah bersembunyi Dalam sepi yang berbunyi Karena kita tak pernah setia pada satu hati Meski terikat kuat kan terputus oleh belati Mudah lelah dan tak bersimpati Kejarlah senyap Dan jadilah sengap Jika tidak hening mengantap Lalu terdiam Bungkam Mendekam IBNU NAFISAH Kendari, 05 Februari 2017

PENGKHIANATAN CINTA

PENGKHIANATAN CINTA Nekat wajahku menatap cakrawala Sebagian karena takut akan tertangkap basah Semburat menyala tenangkan jiwa Tanpa ia sadari aku memuja bara memerah Aku mencintai fajar yang merona Belai pijar sinar pagi mempesona Namun senja membuatku terlena Dengan lembayung sendu cahyanya Oh malam yang gelap bertabur bintang Dosa apa hingga hati mendua Tak mampu menahan gejolak yang melintang Rasanya akulah penjahat cinta paling berbahaya Hingga gelisah datang mengancam Berperang dalam hati yang merajam Aku mencintai b inar wajahmu di pagi hari Namun jua tak kuasa menahan rindu pada layung mentari Biarkan aku jadi pendosa kali ini Pengkhianat cinta paling jahat Biarkan terbakar gairah begini Hingga tenggelam karena laknat Kendari, 05 Februari 2017 IBNU NAFISAH

EMPAT LINGKAR KOTA

PUISI PATIDUSA TANGGA *************************** EMPAT LINGKAR KOTA (Kisah kita terjejak di sana) Udara malam pecah beku Kau sebentuk tangan Melingkar erat Menjerat Sepeda motor berlari riang Menebas jalan kota Mengukir cerita Cinta Dada kita berdegup lincah Anak rambutmu liar Dimainkan angin Dingin Bibirmu berucap kata sayang Jantung berdetak cepat Ketika bisikkan Hangatkan Rumah-rumah pohon tiang listrik Berdecak setiap waktu Teriakan bahagia Terangkai Hari masih panjang betul Bulan telanjang bulat Lalu gemintang Melintang IBNU NAFISAH Kendari, 04 Februari 2017

APOLOGI DRAMA RAHWANA

APOLOGI DRAMA RAHWANA Apa mesti kusebut engkau Sita Dalam pewayangan purba jadi rebutan cinta Dan akhirnya takdir bercerita Renjana memang buta tanpa mata Berjalan hampa, tiada arah nyata Tersesat di kabut fajar berpucuk muda Dan kini kau anggap aku Rahwana Engkau memenjarakan hati dan jiwa Demi kenikmatan maya Reguk dan teguklah racun dunia Dalam perjamuan kudus yang eforia Karena bagimu itulah bahagia Bukan. Bukan itu yang kau cari Tapi dusta Rama telah membuat legenda ini semakin abadi Hidup dengan seorang pangeran di atas jeritan hati Kekayaan, kerajaan, kekuasaan, kasihku Sebatas permukaan tanah, tak akan memujamu Begitu dipeluknya, takluklah engkau Kekalahan kali ini kasihku adalah kemenangan bagi hati Sengaja kulepas engkau lekas biar bebas tanpa benci Mungkin di suatu masa yang muskil kau akan menyadari arti cinta sejati Sementara itu tiba Kutunggu Sitaku yang dulu di taman Asoka Meski saat itu aku tak lagi di sana IBNU NAFISAH Kendari, 03 Februari 201

INKARNASI

PUISI PATIDUSA TANGGA *************************** INKARNASI Dalam sajak ini kasihku Engkau adalah udara Beredar bebas Lepas Kuhirup sekuat semampu paru Meletakkan di dada Darah nadi Hati Mengisi ruang yang kosong Telah lama kelompang Hampa sesak Lesak Menghidupi denyut jantung sekarat Dalam lembaran penantian Menjadi gairah Nyawa Tempat bergantung segala makhluk Demi jalannya kehidupan Engkau berikan Ciptakan Dalam sajak ini kasihku Engkau punya kuasa Hirupi daku Sepuasmu IBNU NAFISAH Kendari, 03 Februari 2017

JERUMAT

PUISI PATIDUSA TANGGA *************************** JERUMAT Dunia belum pula kiamat Matahari masih berlari Darah mencurat Membasahi Waktu begitu lapang teramat Usia berjalan santai Langit beralamat Terampai Bila kaki-kaki kita tersemat Duri menusuk gering Usah umpat Nyaring Jikalau derai hujan azmat Mengucur tanpa jeda Basahi terlumat Sarira Tersenyumlah meski itu keramat Sungging merah merona Itulah azimat Pesona Karena dibalik duka menyanyat Kadang suka mengada Bagai ayat-ayat Selesa IBNU NAFISAH Kendari, 02 Februari 2017

GUNUNG

GUNUNG Kubayangkan engkau gunung jelita Menyingkap tabir kabut pagi buta Perlahan tanggalkan gaun semesta Biarkan bahu pongsu disorot mentari Jejali kata-kata mesra penuh kasih Dari pucuk perawan pohon berbiji Kau menjelma sungai di ngarai berderai Dan aku anak kecil riang bermain air, aduhai Benam aku tenggelam dalammu tak ingin berai Seketika hasrat terbang bak burung Mencubui gelung rambutmu yang larung Jatuh tersesat di hutan-hutan berurung Tak ingin lekas lepas dari belantara Menjadi bibir tubir tempatmu bersenda Menjamah ramah seluk beluk sarwa Amsal kerakal menelusuk bagai lingga Hanya gaung menggema bak gempa Saat engkau lunglai lenyai di kaki bukit perisa IBNU NAFISAH Kendari, 02 Februari 2017

SIREP

PUISI PATIDUSA TANGGA *************************** SIREP Telah kubunuh ribuan sunyi Di kamar sengap Rintihan bunyi Senyap Udara mengalir pun hening Diam nan gemerincing Menabuh geming Cicing Bisumu merayap pelan endap Tuliku menelan kedap Jerit tersadap Ranap Dan ruang hanya kosong Tiada wicara lompong Bahana kelompang Kerontang Engkau hampa tiba menerpa Gelegar sepi bungkam Lengang mendera Pejam Bagai hantu terkutuk gagu Aku renggang kelu Senggang pilu Saru IBNU NAFISAH Kendari, 01 Februari 2017