Posts

Showing posts from June, 2016

PEREKA CIPTA

Aku mencintaimu gadis Berparas bulan segaris Dari hati yang kalis Bila malam, kaulah cahaya Kunang-kunang dalam kelam Bersinar pijar berkejar-kejaran Kala gelap merayap Terlelap kalap meratapimu Memimpikan menggenapimu Ah, kau hanya siang yang kuanggap mentari Subuh senantiasa tanggap akan fajar mencari Bunga bermegah meninggalkan kuncup Menarik Namun siapakah Engkau selalu pandai mencipta Sungguh indah memberi setangkai nama cinta Mengerakkan detak jantung tak karuan di antara kita Mungkin Dialah penyebab segala rasa ini Pangkal musabab hati mendera begini Tanpa tahu dari hendak kemana di sini Ibnu Nafisah Kendari, 30 Juni 2016

ASONGAN

Aku tahu arti akan mata itu Sayup kuyup bercerita sesuatu Tangan hitam menenteng bungkusan Harapan yang kau jual bagai bingkisan Aku mengerti ucap pahit terkecap Tiap bibir kerap mengiba mengendap Semua kabar yang tersebar Demi sejengkal sabar kau umbar Aku larut dipandangmu menyusut kisut Kau bagai laut pantang surut beringsut Haru biru memburu jiwa-jiwa Menerka semang at kau puja-puja Inikah jalan panjang yang kau pilih Meski kutahu hidup tak pernah pulih Kan terketik segala harga keringat Yang kau petik sebagai harta pengingat Ibnu Nafisah Kendari, 25 Juni 2016

DI SEPERTIGA MALAM

Bola lampu mengantung menyala Pepohonan berdiri kaku tak tergoyah Subuh basah merayap menjarah Bagai perompak tinggalkan dalam ketelanjangan Mengambil malam panjang seperti gelandangan Menghardik damai laksana suramnya pemakaman Tiada pekik memekak Hanya pekat menyekat Tinggal pelik merangkak Langit masih mengutuk tubuhku Mengetuk tiap sendi rebahku Mematuk jendela resahku Membawa sebuah kenyataan Seperangkat pertanyaan Di sepertiga malam kehampaan Ibnu Nafisah Kendari, 25 Juni 2016

NYANYIAN PEREMPUAN TUA

Anakku, anakku sayang Sini datang sayang Pohon ini telah lama kering Ditinggal penanam ditanggal ranting Anakku, anakku sayang Mari kemari sayang Peluk pinang kian jalang Jenguk inang makin malang Tiada hujan di musim kemarau Segala sepi datang menjangkau Badai datang mencabut aku dari bumi Bagai batuk mengetuk paru jadi mumi Anakku, anakku sayang Sini datang sayang Hanya batang berbonggol di bukit Kini badan bercokol dalam sakit Tiada pandai berdusta selain malam Andai kau tahu kapan ini bermakam Anakku, anakku sayang Datanglah kemari sayang Ibnu Nafisah Kendari, 24 Juni 2016

ANAK-ANAK LANGIT

Wajahku adalah wajahmu Sewarna lampu yang kini memerah Sesepi jejak kau padamkan amarah Tangan kecilmu sama jiwa kerdilku Memaknai hidup tak ingin redup Tampak teguh biar terasa teduh Langkah gontai menyertai Menerabas menebas rasa santai Berdiri tegak terinjak pergi beranjak Suara-suara kelu mengeluh Mengelus damai ramai bergemuruh Bagai debu kelabu jadi abu mengadu Bibir bernyanyi menghibur Sekadar pengenyang pelipur Demi penghangat pemberi semangat Ibnu Nafisah Kendari, 24 Juni 2016

BAWA SERTA AKU

Angin menampar-nampar kainmu yang ingin terbang melayang Sementara ombak terkapar-lapar di tengah samudera mendera Memainkan perahu nelayan terombang-ambing gelombang mengambang Barisan anak pantai dikejar asin laut dalam keterasingan pengasingan Berlomba dengan bayang nyiur menggerinjal jajal siur berkesiur Meninggalkan diri kini tanpa menang meski tenang sedikit kenang meremang Bawa aku serta wahai dara pesisir walau pasir menepikan jadi tersingkir Biarkan aku bergelung bergulung dalam lipatan helai gemulai rambutmu Bawa serta aku sebagaimana kerang dibelah tangan yang kini mengerang Ibnu Nafisah Kendari, 23 Juni 2016

AWAN KELABU

Hujan berbondong-bondong todong Melarung karung berkantung-kantung Segala amarah amanah berdarah-darah Cecar cincang menguncang-guncang Membahana bencana kemana-mana Kutuk mengetuk mematuk-matuk Terdampar diri menampar-nampar Mencari pijak kini terinjak-injak Hingga raga melega melaga-laga Hilang malang palang kepalang Ibnu Nafisah Kendari, 19 Juni 2016