JIKA AKU BELAJAR MENCINTAI

Jika Aku Belajar Mencintai

Jika aku belajar mencintai maka seluruh indraku mengeja. Kepala bertumbuh rumput di padang-padang yang tertiup angin membawa aroma alam di pondok kayu beratap daun kering. Hatiku menggali lubang-lubang dikedalamannya dan akan kutemukan pasir, bebatuan dan mata air yang nantinya menyegarkan mata batinku. Ragaku merangkai tiap gerak bersama tulang belulang dan otot daging di dalamnya. Kakiku akan ringan melangkah karena cinta yang ditawarkan tak lebih jua tak kurang. Tanganku menggapai-gapai seakan cinta adalah awan yang nampak maya tapi kaya rasa.

Bila aku belajar mencinta, kau akan memandangku sebagai anak yatim di pojok-pojok toko atau tangan-tangan yang memegang tamborin di lampu-lampu merah. Akulah mesjid-mesjid yang lapang namun tak jua memasukinya. Pun lemari berisi musyaf yang tak akan  kaudekati bahkan sekadar menyapa, ''Apa kabarmu hari ini?''

Jika aku belajar mencintai, kau akan memandangku sebagai puncak menara di mesjid-mesjid. Engkau mampu mendengarnya namun tak mudah menoleh kepadanya. Aku layaknya celana jingkrang yang kau pandang sebelah mata. Atau janggut yang kau tak ingin ia bergantung di wajahmu. Akulah salat berjamaah yang kau jauhi karena seribu satu macam alasan. Aku pula taklim-taklim yang kau anggap hanya membuang-buang waktu.

Jika aku belajar mencintai, bahkan darah daging pun merasa tak mengenal. Tak ada rumah untuk pulang dan 'berdamai dengan hati,' katamu.

Jika aku belajar mencintai, maka akulah karang yang tiap saat diterjang ombak diterpa angin dan pasir.

Jika aku belajar mencintai, maka engkau tak akan mencintaiku. Lagi.

IBNU NAFISAH
Kdi 08 April 2018

Comments

Popular posts from this blog

Di Meja Makan

PANTUN BUJANGAN

Pelabuhan