Posts

Showing posts from May, 2016

ANDAI

ANDAI Aku bayangkan mentari pagi menari di gelung rambut relungmu Membaca ulir bibir merah merekah terpapar sinarnya Menjelajahi pikir menembus semangat menghembus hangat Ingin kusematkan alunan syair syiar cintamu harapan pintaku Membelai tawa mempelai kata padu jadi satu senyuman Ah, andai saja aku pandai memain rindu menjalin candu dibinar sinarmu Jadi cahaya leluasa mengecup mengecap manis padang garis pandang gadisku Meski kau tak sadari pelukan sehari lekukan jemari tak jua melepas sua merangkai kita berdua Ah, andai saja badai asmara sewarna aksara cahaya jadikan kita sepasang bayang Bergerak dirayu sang bayu berserak malu dibuai angin lalu Ibnu Nafisah Kendari, 06 Mei 2016

KURSI

KURSI Aku telah di sini beberapa jam yang lalu Bibir kita masih bungkam seperti dahulu Diri ini masih saja duduk menikmati mega Kau pun setia serupa kursi menemani meja Ibnu Nafisah Kendari, 06 Mei 2016

AKU MENCINTAI #2

AKU MENCINTAI #2 Aku mencintai duri di hati Darah tak berarah Jarak kian mengarak Tanpa tujuan rayuan Aku mencintai sakit di kulit Nanah yang merana Duka terluka membuka Tanpa akhir terlahir Aku mencintai semua Semau derita Cerita jeritan Berita belitan; nasib Ibnu Nafisah Kendari, 17 Mei 2016

KEYAKINAN

KEYAKINAN Telah kutelan pahit di lidah Demi keyakinan akidah Hingga sepat tuk meludah Melepas bahagia di hati Meluk gelisah berhari berlari Demi jeritan hakiki Ya Allah Kini aku mengalah Berserah dan pasrah Ibnu Nafisah Kendari, 18 Mei 2016

RS BHAYANGKARA

RS BHAYANGKARA Kudengar kau menjerit terbelit lidah beku Tangis hening mengais di tembok kaku Bibir biru memburu waktu memaku pacu Tutup mata katup lemas badan terkemas Resah terpukul desah memantul Telah bungkus lelah ringkus lemah Tetap saja kau diam dalam pendam Bagai malam geram tanpa bulan tampar seram Ibnu Nafisah Kendari, 19 Mei 2016

SANDAL

SANDAL Sebenarnya kita sepasang dalam sepanjang perjalanan Meski bayang bersisian kiri dan kanan Walau bentuk tak sama serupa selama searah Sesungguhnya kita adalah kaki pincang dicincang terguncang Oleh alas kaki yang aus tergerus arus terus-menerus Terinjak kerikil terjerembab lubang kubang berulang-ulang Semestinya kau putus pupus tak lulus saat ini Akupun kandas lantas terhempas seketika itu Karena kita hanyalah sandal handal dalam skandal jadi ganjal nantinya Ibnu Nafisah Kendari, 20 Mei 2016

GEMAWAN

GEMAWAN Akulah puncak gunung yang akan selalu berusaha menggapai Menerabas segala tebas menantang segumpal halang Demi sejumput kabut kau tebar sebar hingga dada berdebar Cangkang langit tempat bergelantung segala rebah Ruang jembar kian kembara layaknya kejora membara Meniupkan semburat semburan sempurna di nadi ragawi Taman lapang rindukan bayang teduhkan sendu rindu Hutan tropis nantikan lapis syahdu syair isyaratmu Hingga kita nyatu padu di pelangi ngarai ceruk lembah Ibnu Nafisah Kendari, 23 Februari 2016

BENAR KATA SS

BENAR KATA SS Kita hanyalah ruang kosong Berharap menampung udara Namun tak kuasa bersuara Ingin menjadi cangkir di pagi hari Dengan kopi sebagai isi Tapi pahit berselisih Lengkung langit maha luas Gugusan planet meruah Tak terjangkau dan puas Benar kata SS Kita adalah padang panjang Gersang bertalu gendang Tiada pohon merindang Rongga dada yang berdegup Jantung dan paru kian redup Kita sesak sesal menghirup Benar kata SS Benar sebataS napaS Ibnu Nafisah Kendari, 24 April 2016

JAm

JAM Kubiarkan saja ia berdetak Memutar waktu sekehendaknya Biar bebas tanpa aturan Mengikuti arah pikiran dari angka ke angka Biarkan dia berlari Karena dunia ini menurutnya hanya masalah nomor Tak ada yang lain selain itu Dan jika ia mulai lelah kupastikan baterai cadangan selalu tersedia Sudah kukatakan padanya agar terus berjalan Waktu terus berputar Membuat kita tua dan rapuh Berhenti sama saja tergilas Dan jika engkau tahu kita berada di dua jam berbeda Berputar tak searah Ibnu Nafisah Kendari, 17 April 2016

LAMARAN

LAMARAN ( Suatu ketika berada dalam perayaan hajatan lamaran ) Harusnya rumah berdinding bata itu adalah kamu Berkumpul menampung menanggung suara beradu Para tetua lapang dada suka cita menyambut Pemuda riang gembira berkumpul mengepul menanti Seandainya akulah sang pendekar dari negeri seberang itu Bertandang bertampang satria meminang sang putri ujung negeri Mungkin saat ini adalah awal dongeng seribu satu malam kata Pertemuan dua adat dalam suatu ayat jadi cerita hajat kita Mimpi yang sebentar lagi akan terwujud Rasa yang tak mudah kemudian jadi terujud Ibnu Nafisah Kendari, 19 April 2016

SEPASANG SEPI

SEPASANG SEPI Rumah ini menyatukan kita Sekaligus menjatuhkan kata; Sepi- Tembok berlalu beku Langit-langit selalu bekuk; Bisu- Berada di satu tempat Berasa di suatu: sempat; Jauh- Jasad berhari tanpa jiwa Jagad berlari hampa jika; Senyap-lenyap Sebut namaku sunyi Dan kau adalah bunyi; Yang bersembunyi Ibnu Nafisah Kendari, 24 April 2016

JANGAN PERNAH

JANGAN PERNAH Tak ingin suara hilang dari liangnya Air terjaga dari telaga mata Jejak terhapus dari telapak Jangan engkau lari lagi Cukup awan berarak Tinggal langit biru berawak Jangan pernah engkau Menjadi darah di tubuh Menetes marah dan rubuh Keringat pekat di kulit Luka teringat dan sakit Jangan Jangan pernah Ibnu Nafisah Kendari, 04 Mei 2016

MAKNA BAGIKU

MAKNA BAGIKU Membacamu dalam buku itu belum seberapa Namun harus melafalkan huruf per huruf pula Menuliskan namamu di atas kertas pun belum cukup Tapi juga digoreskan pada jerit desis suara Dibayangkan pada imajinasi Menemukan pada keindahan Barulah hadirmu terasa dipikiran Ibnu Nafisah Kendari, 04 Mei 2016

GELAS

GELAS Semadyanya kita adalah butiran pasir kuarsa yang terajut menjadi gelas Hingga air bening menenggelamkan kosong di ruangannya Sebentuk bibir telah hadir di permukaan telaga sekadar menghilangkan dahaga Lalu waktu memecahkannya jadi berkeping menyisakan kita di antara luka dan beling Ibnu Nafisah Kendari, 04 Mei 2016