Posts

Showing posts from January, 2018

DUKA

Duka Mengapa harus ada duka Ada yang terluka, Darah tersayat Menyayat Perih Terasa nyerih Tertusuk amarah dendam Membasahi segenap diri meredam Bukannya kita seorang samurai Sehabis perang terlerai Hanya tersenyum Terkulum "Hebat" Ucapmu sekelebat Sementara cairan memerah Membasahi hakama tanpa nyerah Lalu berjanji mengulang kembali Bertemu saling menanti Menunggu mati. Lagi. Tidak. Kau - Aku Hanyalah mata pedang Berharap menebas pantang meradang Mengeliat sekelebat terpaku seketika Akhirnya  kesadaran datang Membawa lara Tersarang Kalah. Sebagaimana samurai Tertatih-tatih jatuh berderai Pulang membawa luka bersalah KDI/18/01/2018

Sita

Sita Di bawah bayang-bayang hari yang lalu Ia tumbuh serupa lumut paku Bermekaran di sesela pohon dedalu Kandaka semayam rasa dahulu Matanya adalah perigi mengalir Mengisi petak-petak sawah bergilir Lama. Lama sekali masih berair Tertulis di buku kalbu sang penyair Seruling entah dari saung mana Gemanya memantul di masa lampau Nyaring menggetarkan stalakmit jiwa Kadang di lembah bersama kepakan silampukau Dua curug di wajah gunung Serupa senyuman kembali merenung Kadang tawanya pecah di tebing rindang Terbawa suara burung kepodang Matanya dalam nan hitam Airnya jernih mungkin dulu nampak kelam Sekarang hanya gelombang kecil di sana Tenggelamkan aku di masa yang lama Kini hanya nampak punggungnya berjalan di pematang Bulir-bulir padi menguning mencoba menahan langkahnya Tapi bayangnya terus merebah semakin memanjang Hingga semburat cahaya barat semakin gelap di belakangnya Apakah ia mencoba mengatakan ini hanya sebuah lukisan Gambaran masa silam yang tak mudah

PERIHAL BATU-BATU BISU

Perihal Batu-Batu Bisu Alam telah banyak bercerita Tentang batu-batu yang tak bersuara Jika ia seorang lelaki maka ia diam Layaknya pengelana malam Di pantai di mana ombak berkejaran Buih-buih putih berlarian Tubuhnya bergeming tak terbantahkan Diterjang asin lautan Angin bergemuruh di daun-daun nyiur Membuatnya berontak terpekur Layaknya anak kecil dengan gulali Menatap tanpa mampu membeli Bilamana air pasang hingga kepala Diselimuti tubuhnya oleh hening belaka Sebagaimana mata remaja dikehampaan Terkurung dari masa kegundahan Di malam seputih perak Cahaya bulan bersinar terang Bayangnya tak bergerak Bagai tugu hantu yang menantang Pun surut hingga jauh tak berair Bongkahannya hanyalah gagu Tanpa tetesan air mata yang mengalir Nampak bukit-bukit mengadu Orang bilang ada pula mercusuar Berdiri di sela-sela pepohon Memancarkan sinar ke luar Namun ia pun tak peduli dan memohon Keadaan telah buat hatinya membatu Mengeras dan cadas Tak lunak seperti air membe