Posts

Showing posts from August, 2016

GELEGAK

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************* GELEGAK Ketika genap habis naas Di ranjang panjang Udara panas Berombak Tiada yang ingin berontak Gelap terkam senyap Memburuh penuh Lindap Segala mencapai pagi mati Membunuh tubuh rubuh Menghujam Peluh Tiada yang hidup merayap Meraung perih pedih Mengigau sengau Lirih Hingga gerak menjerat retak Darah berubah beku Malam tersentak Berderak Hilang akal terbuai meracau Seruak kekal meraja Hening berembun Meluka IBNU NAFISAH Kendari, 30 Agustus 2016

SEHARUSNYA

SEHARUSNYA Harusnya lebih dulu Guratkan namamu-namaku Di pohon berbatang Berdaun rindang Di dinding kelas Yang mungkin reras Di pantai Berombak santai Atau di sini Di bait puisi ini IBNU NAFISAH Kendari, 30 Agustus 2016

INGIN

INGIN Ingin kukatakan kata-kata Menjelma tangkai di lidahku merangkai kuncup berbunga Ingin kusampaikan sesuatu Berupa kekupu keluar dari ucapku terbang melayang ke kuntum wangimu Ingin kuutarakan isi hati Layaknya hujan menghujam bumi meniris gerimis di bibir manis Tentang rasa ini mulai mekar Tanpa pernah kusadari kini segar kuat mengakar IBNU NAFISAH Kendari, 30 Agustus 2016

BUKU TENTANG KITA

BUKU TENTANG KITA Sejak semula kau adalah buku yang ingin kubuka Membaca tiap lembar halaman mencari inti pedalaman Berulang-ulang kutandai mencerna cermati Mencari ke dalam tulisan yang kau gores guriskan Menelaah bait per bait puisi yang terbuat Menyusuri seduh sedan yang sedang kau ungkap tangkupkan Rahasia jadi bagian bahagia Beberapa helai kubelai merasakan guratan gugatan jadi suratan Tiada tanda cerita jadi berita bahkan derita Tanpa alamat ucapan selamat tersemat di atasnya Sudah hampir habis nomor pada catatan Tak nampak sayatan namaku di sana Namun masih saja dibolak-balik Mengira-ngira halaman berapa kini hilang darimu Tentang--- Diriku. IBNU NAFISAH Kendari, 30 Agustus 2016

KINANTI

KINANTI Andai rembang mengalun senja Kuinginkan kau duduk manja Meredup sinarku pelan melanda Mengurai senyuman merenda Seumpama engkau gugusan bintang Biarkan aku jadi cekungan melintang Memeluk seluruh degup kelipmu Hingga warnai malam merayu Kumpulan awan gemawan bertabur Adalah aku yang kini kian melebur Dan engkau timbul tenggelam Berkelap-kelip di hati terdalam IBNU NAFISAH Kendari, 29 Agustus 2016

ANDAI

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** ANDAI Kau adalah lengan gemulai Menari  indah semampai Bergerak rupawan Menawan Bayangkan aku lingkar gelang Berbunyi riuh melenggang Gemerincing tertawa Membahana Gendang yang bertabu meriah Suaraku nyaring sumringah Memandu tarian Kesenangan Seluruh tubuhmu pun bergoyang Lentik jemari melenggang Mengikuti irama Senada Biarkan aku menjadi selendang Merangkul mesra melintang Melingkari setubuh Seluruh Andaikan seruling meliuk berbunyi Jantungku berdebar bernyanyi Berlomba memecah Suasana IBNU NAFISAH Kendari, 29 Agustus 2016

LUKA

LUKA Ini luka semakin bernanah Balut debu semakin merana Bukan maksud hati jadi mati Karena kepergian merintih Cobalah bertanya pada waktu Hari dan pakaian yang lalu Kurasa ada lubang di saku Kini hitam dan membiru IBNU NAFISAH Kendari, 29 Agustus 2016

SUATU PERJALANAN

SUATU PERJALANAN Satu perjalanan kita tersesat Kini aku bukan lelaki lama Atau pejuang tua meradang dengan luka nanah pada angan Bukan pula bedil yang tak tahu arah sasaran Di simpang itu kita memilih Antara kemerdekaan dan kebebasan yang saling menerka IBNU NAFISAH Kendari, 29 Agustus 2016

KAU YANG INGIN KUBUNUH : CINTA

KAU YANG INGIN KUBUNUH : CINTA Telah terkubur dalam-dalam Kutanam jadi makam Sebelumnya terjerat leher pada tambang Pecah darah amis bertandang Segala racun suapi merayu Kubacai mantra meramu Hingga mati tak berdaya seketika Jiwaku tertawa tanpa etika Namun sayang kau masih saja datang menghantui Bagai sepi yang selalu hadir kala hening mendahului Apakah mesti kuturut pula engkau ke lahat Hingga nama kita jadi abadi dan terpahat Sungguh rindu ini kian melanda Membobol rasa semakin nyata IBNU NAFISAH Kendari, 28 Agustus 2016

NIKMATI SENDIRI

Bukannya aku tak ingin membagi sepi Bahkan hening ini bila perlu kuberi Namun malam pun mengendap Berjalan pelan jadi bayang menghadap Melangkah hati-hati tanpa bunyi Tiada suara dalam jerit sunyi Sungguh bukan maksud menikmati sendiri Angin sepoi bertiup pelan dan menyendiri Apalah arti kepergian menuju ketiadaan Hanya menambah sesal dan kenangan Percayalah dibalik kehampaan sejati Selalu ada pengharapan abadi Meski terbersit dalam pilu merana Di tengah malam gelisah meraba IBNU NAFISAH Kendari, 28 Agustus 2016

LAYANG-LAYANG

Benang yang putus akan selalu pupus Hilang dari tangan dan angan Sebagian terbawa lelayang jauh melayang Sisanya dalam hati menjerit-jerit di hari mati Berkali dihempas keras lalu tebas Terkait dalam bait-bait jerit melilit Seruan memohon pada pepohon Terbebas dari ranting tak jua lepas Kertas kini sudah semakin reras Tinggal rangka sedikit lagi tanggal Hanya angin dingin ingin menyapa Selebihnya rimbun ditimbun embun IBNU NAFISAH Kendari, 28 Agustus 2016

BADAI

Bukannya ingin menenggelamkan diri Melompat dan tak pernah kembali Namun bukankah segala laut selalu ada karang Selalu ada palung yang dalam menyarang Kali ini bahtera terhempas gelombang Layar dicabik-cabik pun tumbang Geladakku meronta-ronta diterpa air bah Hingga jadi puing di lautan merambah Jangan sesalkan luka yang karam Sisa siksa kian lama kian dekam Karena yakin disekoci itu kau akan tersenyum Mengumbar segala jerit derita terasa mengulum Tiba-tiba tersadar aku semakin tenggelam Terjatuh dalam lubang hitam dengan senyum terseram Bukan maksudku membuat jarak kesepian semakin lebar Karena kutahu serpihan luka telah tercetak berlembar-lembar Inipun kutulis di karang di lautan terdalam Palung kedukaan yang paling gelap dalam hidup yang kelam IBNU NAFISAH Kendari, 28 Agustus 2016

BERLARILAH!

PUISI PATIDUSA BIAS ********************** BERLARILAH! Berlarilah Kedukaan segala Kejar degupan semangat Biar keringat terus menghangat Tinggalkan jejak kelukaan meraja Lompati bayangan derita Langkahkan kaki Jelajahi Berlarilah Rasakan lelah Napas saling memburu Derap decit gesekan sepatumu Semakin jauh terlempar tersesat Biarkan semakin melesat Pikiran mencuat Terlewat Berlarilah Tinggalkan kenang Membuat jiwa mengerang Segala sakit datang meradang Hingga hilang pedih perih Terjang segala sedih Terus pergi Berlari IBNU NAFISAH Kendari, 28 Agustus 2016

PRAJURIT MUDA

P RAJURIT MUDA Sebelum malam menyinari dadanya jadi pualam Dan pekat membisikkan nyanyian alam Ditidurkannya resah dibalik keringat samudra Ditabuh pula genderang senja di cakrawala Melipir rindu di celah-celah cemara Bersanding derap sepi menghalau semata Mereka hanyalah angin berseragam ilalang Udara lembayung kian merayap jalang Gelora menderu-deru di hati Dan pagi bergejolak seakan mati IBNU NAFISAH Kendari, 19 Agustus 2016

PAHLAWAN BANGSAKU

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** PAHLAWAN BANGSAKU (Tontowi + Liliyana, Olympiade 2016) Kali ini kita berperang Bukan medan laga Serang terjang Berdarah Pegang bambu pun runcing Pasang ranjau meledak Gerilya berpusing Melacak Ini jaman karya kreasi Bedil kita: beraksi Teriak bereaksi Prestasi Merdeka berarti berjuang lagi Hidup atau mati Terus terpatri Abadi Bergelora keringat di lapangan Juara di tangan Medali emas Terkemas Terima kasih wahai kesatria Pejuang olahraga Indonesia Sebuah persembahan Kemerdekaan IBNU NAFISAH Kendari, 18 Agustus 2016

AKU

PUISI PATIDUSA ASLI ********************** AKU (Nama yang buatmu hilang akal : NARKOBA) Bangun dan tentang aku Hadapi jangan ragu Tatap seluruh Penuh Bentak Pula Hentak Siar segala gertak Buat aku tak bergerak Bedil ini buat bungkam Lalu seketika terkam Biarkan cekam Mendekam Ayolah Jangan kalah Wajah telah berdarah Langkah pun telah lemah Akulah musuhmu kali ini Bukan penjajah kini Menindas pedih Merintih Aku! Akulah musuhmu Sesungguhnya lawan seteru Yang telah merusak bangsamu IBNU NAFISAH Kendari, 17 Agustus 2016

CUKUP SUDAH!

PUISI PATIDUSA ASLI ********************** CUKUP SUDAH! Sudahi saja ini sekarang Berhenti dan pulang Bawa pula Dosa Teriakan Juga erangan Lalu segala ratapan Jadi tambah rasa kesiaan Aku hanya ingin merdeka Bebas dari segala Jerit derita Samsara Unek-unek Perasaan enek Kau pendam padamkan Hingga jadi dendam redamkan Bedil sudah merangkai tangan Jemari meraih platuk Kepala berangan Mengetuk Sudah! Cukup sudah Bawa serta eksekutor Untuk mental kotor : koruptor! IBNU NAFISAH Kendari, 18 Agustus 2016

BENDERA

PUISI PATIDUSA ASLI ********************** BENDERA Di ujungmu aku berkibar-kibar Bergelora penuh kobar Menyala mendidih Pedih Merah Warnamu darah Adalah gejolak perlawanan Dari ribuan tumpukan pahlawan Jutaan nama melayang terbang Mengapung bak kiambang Tanpa kenal-mengenal Mengental Tulang-belulang Berserakan menghilang Tumbuh patah berulang-ulang Jadi piramid manusia menjulang Demi engkau wahai kemerdekaan Segala wajah senyuman Merupakan sejarah Terjajah Kini Aku terpancang Meraih tinggi mentari Dari onggokan sejarah terpanjang IBNU NAFISAH Kendari, 15 Agustus 2016

MERDEKA?

Senjata kini telah disimpan Berdebu dari kenangan Darah yang dulu bercecerhamburan Kini hilang bekas nama harapan Merdeka aku dari dia Dari segala resah yang mengada Sekaligus bala rindu menjajah Membuat jiwa terpasung kalah Kali ini aku langgas sekaligus Reras di hati yang tandus IBNU NAFISAH Kendari, 15 Agustus 2016

FOTOCOPY

Berlembar-lembar tercetak Jiwaku tercekak Berkali-kali mengiba Pun tiada pernah teraba Bayangmu penuhi halaman Terekam di pedalaman Segalanya tertulis dalam kertas Menjadi nukilan tanpa batas Kujilid rasa tak kunjung sempurna Tertindik hekter membuatku terluka Uh, kucetak pula wajah ini Biar jadi sampul legam begini IBNU NAFISAH Kendari, 15 Agustus 2016

POLI GIGI

Sepasang rahang menunggu termangu Ditatapnya anak-anak gigi gerigi ngilu Dibuaidekapnya di atas ranjang Mendiamtidurkannya di batas sayang Menanti redah redup tangis Kian melengking sekali kais Memohon ampun tuk tidak diangkat Ditanggalkan dalam doa kian rekat IBNU NAFISAH Kendari, 15 Agustus 2016

AKU

PUISI PATIDUSA ASLI ********************** AKU Adalah bayang gelap dirimu Berada dekat darimu Melekat erat Pekat Aku Menyatu satu Dalam debar jantung Kekakuan yang datang berkunjung Kekikuan kian landa berdesakan Lirikkan kau sembunyikan Malu utarakan Deg-degan Seakan Hati dumba-dumba Tak tertahankan getarannya Jika bersitatap pada akhirnya Aku adalah perasaan cintamu Kau pendam rasakan Peram diamkan Sendiri IBNU NAFISAH Kendari, 10 Agustus 2016

AKU PUN

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** AKU PUN Kau mati, aku pun Karena aku nadi Urat darahmu Sebenarnya Matamu berair, aku pun Jadi pedih sedih Jiwa hatiku Sedu Apabila tertawa, aku pun Berdoa dalam diam Itu abadi Selalu Seandainya berakhir, aku pun Menjadi darah mengalir Basahi mata Hidupku IBNU NAFISAH Kendari, 10 Agustus 2016

SEBUAH KASUT

Jika kau perkenankan aku Berada di sepatumu Menjadi tali pengikat Yang tak lepas hingga erat Alas pijakan 'tuk menjejak Menginjak jauh dari sesak Meriangkan kaki-kaki mungil Meringankan ragu di hati kecil Jadi teman di jalan lalu Pengaman dari abu dan debu Jika kau perkenankan aku Maka memelukmulah hidupku IBNU NAFISAH Kendari, Agustus 2016

SEKALI WAKTU

Sekali waktu ingin pula menjadi bibir Berwarna merah marah mencibir Tersenyum-senyum manja Malu akan canda Berkata-kata riang Tanpa henti berucap sayang Terkadang diam seribu tanya Cemburu memburu buta Lain hari bercerita saja Seakan waktu miliknya Dan kini ingin pula merindu Menatap aku di bibirmu yang sendu IBNU NAFISAH Kendari, 10 Agustus 2016

BILA SAJA

Jadi rambut yang berurai Di pundak mayang menjuntai Bergelantungan manja ditiup sepoi Tersapu sang bayu nan amboi Aku tak habis-habisnya merengkuh Memeluk pundak lalu diri melabuh Tak ingin benar lepas Hanya menggantung bebas Meski suatu ketika aku putus Akan ingat wangi mengutus Terselip pula lalu Kau bawa serta daku IBNU NAFISAH Kendari, 10 Agustus 2016

CINTA

CINTA A kulah kata yang tersingkap Pun tiada pernah terucap Pula rasa yang tertangkap Meski tak jua mengungkap Suka yang terperangkap Tak terbaca dan mengu ap IBNU NAFISAH Kendari, 09 Agustus 2016

PERIH(AL) CINTA

PERIH(AL) CINTA Jika kutahu udara itu adalah engkau Tak biarkan hampa menjangkau Terhirup segenap napas Penuhi seluruh lafas Menjadi paru-paru yang mengemban Kau sebagai penghidupan Menggelembung ke dalam air Jadi oksigen berbulir-bulir Meruangkan dunia  Berisi tentangmu saja Berusaha jadi rongga dalam goa Agar kau hadir bersemedi dan berdoa Jika kutahu itu kau Tak memilih 'tuk menjauh IBNU NAFISAH Kendari, 09 Agustus 2016

TENTANG CINTA

TENTANG CINTA Kubiarkan kau bagai angin Melepasbebaskan rasa ingin Terbawa sampai cakrawala Seperti fatamorgana Liar bagai Afrodit semata Dikejar diburu semesta Karena matahari kan berpulang Pada harinya menuju petang Bahkan Aries sang dewa perang Menunggu jadi pemenang IBNU NAFISAH Kendari, 09 Agustus 2016

TRAGEDI CINTA

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** TRAGEDI CINTA Mungkin ini jadi berita Buah bibir belaka Jadi cerita Nantinya Kita saling bermain api Dalam liangkar hati Hingga hari-hari Berlari-lari Kau adalah musuh abadi Sekaligus cinta sejati Ciuman terkasih Mengakhiri Kau nantinya mati terbunuh Aku pun membeku Terisap racun Bibirmu IBNU NAFISAH Kendari, 09 Agustus 2016

MAKAM HATI

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** MAKAM HATI Aku ingin mati sekali Dalam hatimu lagi Terkubur rindu Rasa Dekam pada liang jiwa N yatu jadi tanah Tempat ziarah Kesah Biar jadi tulang belulang Kau taburi berulang Macam kembang Setaman Air mata berurai mengalir Pusara basah mencair Sebutkan syair Namaku Akulah mayat kini bangkit Terbunuh rasa sakit Yang terjangkit Cintamu IBNU NAFISAH Kendari, 09 Agustus 2016

Yang kupinta

Yang kupinta: Hanya segelas lupa Akan luka Setetes masa Tentang rasa Antara: Pertanyaan Kenyataan Cinta? Kita. Ibnu Nafisah Kendari, 06 Juli 2016

KUDA PERANG

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** KUDA PERANG Siapkanlah kuda pilihan perang Berlari paling kencang Dan terengah-engah Melaga Ladam kakinya api memercik Gelegar derap memekik Bersuara ringkik Bertempik Gegap gempita riak lantang Surai terurai terbang Kebas-kebas ekor Menteror Tiba-tiba pagi serang serbu Mengepulkan tanah debu Tengah-tengah musuh Berjibaku Adakah dikau bakhil ingkar Karena harta melingkar Dosa-dosa meliar Mengakar Lupa jika kitalah kuda-kuda Terlahir dalam dada Sebagai pasukan Kebatilan IBNU NAFISAH Kendari, 06 Agustus 2016

PERIHAL PERIH

PUISI PATIDUSA ASLI ********************** PERIHAL PERIH Langit-langit himpitku pula ranjang Memaki berceloteh panjang Bersuara lancang Lantang Engkau Entah mengigau Berkata-kata seraya meracau Bagai burung berkoar-koar berkicau Suara dengkuran pelan mengaung Napas kecil-kecil menggaung Tersampir sarung Murung Menggampar Kepergian menampar Jiwa guncang menggelepar Bagai halilintar menggelegar bergetar IBNU NAFISAH Kendari, 06 Agustus 2016

SYAK

PATIDUSA BIAS **************** SYAK Demi matahari riang mengitari Bulan berpendar menjalari Cahaya berbinar Berpijar Langit Cakrawala barat Dengan bumi mengapit Terhampar rona merah semburat Pepohonan julang meraih awan Sungai beriak menawan Suara lembayung Burung-burung Aduhai Indah permai Wahai penghuni semesta Masihkah diri berpaling meronta?! IBNU NAFISAH Kendari, 04 Agustus 2016

BUKU

Kita hanyalah buku berdebu Cerita di sana telah usang merayu Sampul tak lagi terbaca Tiada tertera sebuah nama Hanya berderet tulisan Penuhi tiap halaman Beberapa kisah menghapus sendiri Tak ingin berdiam menyendiri Pernah terpikir menggores sebuah pena Tentang sejarah baru akan kita Tapi sayang baris-barisnya telah penuh Meski menuliskan namamu IBNU NAFISAH Kendari, 02 Agustus 2016

PRESIPITASI

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** PRESIPITASI (Drama kita tercatat di langit) Akulah atmosfer di angkasa Larutan gas raksasa Merayu memadu Rindu Udara bebas menari riang Adalah puan juwita Rona terngiang Jelita Napasmu lambung ke udara Terhirup cinta gelora Merasuk hati Sanubari Lalu kejenuhan datang mendera Gemuruh kelabu menderu Langit pisahkan Resahkan Menetaskan setitik air halaman Lalu gerimis bertandang Hujan kenangan Meradang IBNU NAFISAH Kendari, 02 Agustus 2016

BUNGA

PUISI PATIDUSA TANGGA ************************** BUNGA Tuan petik indah merangkai Pegangan jemari tangkai Kelopak kembang Menembang Telah habis wangi terbagi Layu pun terkulai Pada tangan Karangan Hendak kemana daku pergi Jika tuan berpaling Tiada bernyanyi Berseruling Sedang debu sapu halaman Dipercik air siraman Hilangkan warna Namanya Inikah nasib bunga terbuang Manis dihisap kenikmatan Sepah dibuang Ditinggalkan IBNU NAFISAH Kendari, 02 Agustus 2016

MANTAN

MANTAN Mungkin harus tunggu api bakar kayu Agar hatimu jilat gemas nyala rindu Menanti derak purba dulu pernah ada Hangati di mana rasa kita membara Mengais-ngais arang kian beku Meniup-niup lagi cerita lalu Mungkin harus kusulut sekam Mengipas-ngipas rasa mendekam Hingga cintamu kembali kobar Jadi unggun di mata kita umbar Ibnu Nafisah Kendari, 01 Agustus 2016