Kampung Halaman
Kampung Halaman
Jalan lapang dan berkelok ini adalah rambutmu yang panjang dan elok
Ujungnya adalah rumah masa lalu yang telah lama tanggal dari waktu tak ingin tinggal lebih lama karena hari pun turut berlalu jadi dahulu
Masa kekanak kini pudar seakan berenang di bola matamu datang bagai gelombang purba lama mengembara
Masih terdengar suara anak-anak di sesela bambu masa lalu, lalu engkau mencari-cari, namun hanya ada aku di pangkuanmu.
Anginnya masih sama seperti dahulu katamu namun kini lebih hangat karena ada aku di sisimu
Airnya setiris embun di pagi buta meski tak tak lagi meniris air mata di malam kelam karena kita menghapusnya dengan senda gurau belaka
Suara adzan masih menyentuh dinding dinding kamar yang menggigil oleh kantuk
Atau bunyi-bunyian besi yang dipukul oleh santri jaga malam kadang mengejar tahajud disenyap pohon cemara
Aroma masa lalu bagai cerita mengulang di jam jam yang berdetak mundur seakan menolak berdetik ke depan
Namun kenyataan tak pernah mau menipu, ayah dengan uban dan senyum tiada bisa berubah serta ibu dengan raga yang meski kuat dan semangat tetap terbaca lelah di kulitnya
Inilah kami datang dengan segenap rindu yang menggunung bagai randu jatuh di tanah tandus, butuh belaian dan kasih sayang
Dari kalianlah masa depan kami bertumbuh seperti tangkai tangkai pohon di depan rumah, ujungnya ingin menggapai langit namun batangnya akan selalu menggapai akar inangnya
Oh, hari yang berlalu bagai bagian dari diri yang berjatuhan di tanah membuat satu demi satu serpihan diri menghilang bersama angin waktu yang tak mudah dihentikan
Adakah aku, kamu dan kalian mempersatukan ini semua dalam waktu dan tempat ?
Saat itu terpikirkan kampung halaman makin jauh dari jangkauan meski sekadar berada dipangkuan ibu di bawah pohon bambu yang sama rindangnya
17 September 2018
D_
Comments
Post a Comment