Posts

Showing posts from October, 2017

MUSSAENDA

MUSSAENDA Kumenemukannya bersemayam di halaman yang anggun tak seberapa luas Menengadahkan wajah diantara reranting sewarna kuas Bila kabut menampar pagi dan tubuhnya hanya beku diremputan Segala rapalan yang ia sebutkan dalam bibir sesepi kuburan Tiada lagi tangisnya di udara sebagaimana sinar pertama mengecupnya Pun tawa yang terdengar jauh di entah sebagaimana rintik hujan jatuh memeluknya Dari teras rendah beratap sepi kumelihatnya mengecap sesal Alih-alih bertapa hilangkan gundah kelopaknya jenuh terasa gagal Karena resah tanah menangkupnya jatuh Sementara gelisah jiwa menangkapku rapuh Kendari, 16 Oktober 2017 IBNU NAFISAH

PURNAMA

Purnama Ingin kusebut itu sebagai nama Yang bermanja-manja di dada malam Memanggil-manggil rindu dipangkuan kelam Padanya aku meminta meninabobokan Melantun syahdu rayu belaiannya kuimpikan Oh, purnama yang merambati malam Berkejaran dalam jiwa temaram timbul tenggelam Kendari-Madura, 08 Oktober 2017 IBNU NAFISAH-LAYYINA HALWA

RANDU

RANDU Lalu akhirnya sepi kembali pada sunyi Daun-daun kuning berguguran Batang-batang tegas berdiri gersang dan ganas Tidak. Tidak sekali ini angin barat hangat merambat Kelelawar bagai buah busuk menari dirusuk-rusuknya Menjadi dedaun menutupi tubuh tanpa gaun Berdiri kaku sendiri jadi beku oleh senja Kemerahan di kejauhan kegelapan berdekapan Berbisik-bisik diam gemerisik alam Tanganku candu anganku randu Duri-duri tajam menghujam tubuh Oleh dahaga menggelegar gelagah Reranting melenting jatuh beradu bebatu Ditinggal senyap kapuk-kapuk tanggal lindap melapuk Hanya hening yang berdenting ketika gelap datang merayap Kendari, 10 Oktober 2017 IBNU NAFISAH