Posts

Showing posts from February, 2016

GEMAWAN

GEMAWAN Akulah puncak gunung yang akan selalu berusaha menggapai Menerabas segala tebas menantang segumpal halang Demi sejumput kabut kau tebar sebar hingga dada berdebar Cangkang langit tempat bergelantung segala rebah Ruang jembar kian kembara layaknya kejora membara Meniupkan semburat semburan sempurna di nadi ragawi Taman lapang rindukan bayang teduhkan sendu rindu Hutan tropis nantikan lapis syahdu syair isyaratmu Hingga kita nyatu padu di pelangi ngarai ceruk lembah Ibnu Nafisah Kendari, 23 Februari 2016

LANGIT

LANGIT Seluas angkasa raya rasa hendak kubentangkan Melampaui segala resah yang kau hujat hajatkan Merengkuh segenap lelah kalap kian lelap Kupuja-puji engkau sebagai bintang gemintang Tampung bagai udara, terbang ibarat burung dara Kuhirup sepenuh nikmat, kasihi setulus jiwa raga Ke mana pun engkau akhirnya terbenam; tenggelam Kupastikan cahaya syahdu membara; bergelora Menjadikan lukisan alam karam dalam kagumku Ibnu Nafisah Kendari, 23 Februari 2016

SAMUDERA

SAMUDERA Di antara laut kupuja hanya birumu yang berdebur Menebar debar mengguncang kencang Ibarat buih putih tak ingin pulih pilih tenggelam dalam genggam Tak pernah puas terselam luas tubuhmu membuas Jerit jerat ombak pun tak jera jura pada jelita Meski seluk beluk berpeluk hingga runtuh rubuh tubuh Akulah kapal tak gentar gemetar menerjang serang Meski asin terasa asing sesaat pun ingin tersesat Bergumul berguling berharap dirajam kasih yang maha asih Ibnu Nafisah Kendari, 22 Februari 2016

PENYAIR PENABUR JANJI

PUISI PATIDUSA ORIGINAL «««««««««««««««»»»»»»»»»»»» PENYAIR PENABUR JANJI Kudengar seruling bambu merdu Pucuk bunga segar Menuai lagu Mekar Bibir Pantai melipir Bergulung bagai ombak Dewa amore kian berontak Masih mengalun degup jantung Kita terbuai menggantung Seekor mengular Menampar Caping Menggeliat picing Wajah manis berbayang Mulut mendesis tangis melayang Aku masih merindu asmara Datang bala membara Bukan syair Penyair Ibnu Nafisah & Herlina Z Nissa Kendari, 21 Februari 2016

KEKASIH

KEKASIHKU Benih yang kita sebar Pagi ini bertumbuh Pucuk mekar Mencumbu Bunga Pewangi jiwa Sirami derai aksara Membuka lagi tabir asmara Tak kusangka kembang merekah Mawar merah berdarah Penuhi duri Menjari Menyala Luka menganga Syairmu tergores berbisa Gemas cemas segenap resah Menanti esok pagi buta Kau datang membuka Segala onak Terkoyak Tanpa; Tanda tanya Tanpa; tampak tercampak Tanpa; tertampar wajah telapak Ibnu Nafisah & Herlina Z Nissa Kendari, 21 Februari 2016

KOSONG

KOSONG Ruang kosong yang kau tinggalkan kini melompong Bersisi tiada berisi bak gigi tanggal jadi ompong Udara hampa terhampar jadi hambar Langit tak berwarna karna terasa jembar Ragaku terjaga tanpa nyawa yang nyata tanpa api menyala Akulah gua kelompang tiada gema gaung menyapa Kurang tulang pada rusuk tampak hilang dan menusuk Bagai bangkai berserak tak bergerak kian membusuk Ibnu Nafisah Kendari, 02 Februari 2016

SENJA

SENJA Kusebut namamu senja hari Karena engkaulah mentari Redup teduhkan hati Menghangati Temaram Cahaya membara Belum juga terbenam Di ujung cakrawala mengembara Akulah burung pulang sangkar Menyelam dalam rindu Inginkan terbakar Cintamu Ibnu Nafisah Kendari, 02 Februari 2016

SEGALANYA

SEGALANYA Jika saja langit terbelah memisahkan kisah Bumi berserak retak bergerak menjauhkan kasih Aku tak ingin menjadi angin berhembus; terhapus Ungkapkan rasa kemudian susut kusut kan pupus Karena akulah sakit yang inginkan engkau jadi obatnya Gigil menggigit dambakan rebahmu sebagai selimutnya Waktu menebas jarak mendekat lekat merekat di sisimu Perpisahan yang selalu kembali berpindah ke dada dadimu Ibnu Nafisah Kendari, 02 Februari 2016 ----------------------------- Catatan Kaki : Dadi : Pertemuan antara bujang dan gadis pada upacara adat di kalangan suku Pubian di Lampung

SUBUH

SUBUH Dalam keremangan ketenangan pagi buta Di antara syair Sang Maha Penyair cinta Terjaga rebah dari tidur di barat merekah ke timur Tebar sebar pada sinar senar di balik pucuk Sentuh sentil jiwa mati di kapuk lapuk Memadu hati kian aduk memandu hari redam amuk Mencumbui buih embun di tikap yang rimbun Berkelip kedip diterpa surya pagi di antara halimun Mendekap sekap resah kesah jadi damai Ibnu Nafisah Kendari, 03 Februari 2016

SORE

PUISI PATIDUSA ORIGINAL ««««««««««««««»»»»»»»»»»»»» SORE Selamat sore gerimis mengiris Merubah hujan menangis Kubiarkan mengalir Membanjir Nikmati Merasakan basah Sentuh perasaan mati Siram kesepian kian tambah Aku kemarau rindukan genangan Cipratan air kenangan Bagai gendang Berdendang Menari Menyanyi pilu Hilang penat merintih Digores sakit pedih sembilu Ibnu Nafisah Kendari, 03 Februari 2016

PAGI

PUISI PATIDUSA ORIGINAL «««««««««««««»»»»»»»»»»»»»» PAGI Selamat pagi jiwa kelana Berdiri gelisah merana Menanti mentari Menari Pepohonan Hijau dedaunan Melambai diterpa sepi Bergoyang tanpa bayang diri Hujan yang semalam dendam Membawa segala pendam Tinggalkan redam Padam Tanah Menghampar ramah Terbentang memulai hari Semangat baru mewarnai hati Ibnu Nafisah Kendari, 03 Februari 2016

SIANG

PUISI PATIDUSA ORIGINAL ««««««««««««««»»»»»»»»»»»»» SIANG Selamat siang wahai manusia Benakmu semayam usia Merangkak jeritan Jeratan Pengalaman Segenap petualangan Menjejak hidup pedalaman Warnai lika-liku di perjalanan Baik buruk telah tercecap Asam manis tertancap Lewati huru-hara Prahara Simpang Kadang menghadang Memaksa pilihan putusan Penanda diri penentu jurusan Apakah kita telah belajar Sadari dosa; salah Menyesali sasar Kalah Bertobat Bersegera insyaf Sakit yang berobat Tanggalkan noda dan khilaf Ibnu Nafisah Kendari, 03 Februari 2016

SEPI

SEPI Akulah serangga yang menjelajahi tembok rumahku Merayap tanpa kata meratap membisu Kaca jendela takkan mampu membanyangi Bagai air mata terkabut buram terpandangi Hei! Ada laba-laba memintal sepi di sudut rumah Dan aku terperangkap sedih tak kuasa meronta Ibnu Nafisah Kendari, 13 Februari 2016

GELISAH

GELISAH Ombak bergulung-berguling Hanyut terombang-ambing Kapal nelayan lautan Gelisah serupa setan Apakah melompat; tenggelam Bertahan; pecah, karam Ibnu Nafisah Kendari, 13 Februari 2016

RINDU

RINDU Ketika psikopat dilanda frustasi Ada gairah mengalir berfantasi Desakan bawa sadar menggerayangi Nikmat jeritan datang menghantui Derita rindu itu, kini mendera Hasrat yang kuingin tak jua jera Ibnu Nafisah Kendari, 13 Februari 2016

MUAK

MUAK Jangan ditanya rasa tuak Mabuk cinta menyeruak Di ujung lidah terasa manis Saat terbakar pedih menangis Kini kumenawar dalam satu meja Muntah  kemarin basah di kemeja Kau muak pergi dan mual Tawaku tertawan membual Ibnu Nafisah Kendari, 13 Februari 2016

MALAM

PUISI PATIDUSA ORIGINAL ««««««««««««««»»»»»»»»»»»»» MALAM Selamat malam gelisah petang Segenap lelap merentang Nyalakan pelita Renta Gelap Hitam kalap Membekap dekap padam Menyekap sikap, nafsu mendam Semakin kuikat kuat meliat Desakan menari bejat Angin goyah Rebah Jatuh Benci berbuah Kita semakin rapuh Dosa membukit kian jauh Air mata layaknya rubah Sehari tobat; sumpah Esok sampah Berulah Iman Lautan ber-ikan Berenang dangkal, tertangkap Selam laut dalam, terperangkap Akulah kapal hendak karam Berada tapal batas Antara geram Redam Ibnu Nafisah Kendari, 12 Februari 2016